第三

539 125 13
                                    

Hampir seluruh koridor sekolah sudah mereka jelajahi, namun hingga saat ini belum ada yang menemukan clue 1 (pintu berputar)

Tadinya mereka sudah di tegur satpam untuk segera pulang tapi Han-si pintar dalam membuat alasan-berhasil meyakinkan satpam agar mereka tetap diperbolehkan di sekolah. Ingin tahu apa alasannya? Han hanya mengatakan jika ada barang yang tertinggal dan barang itu sangat berharga hingga tidak ada yang bisa menandingi harganya. Han bilang jika mereka tidak boleh mencari, satpam akan di suruh ganti rugi.

Mungkin keberuntungan sedang memihak pada mereka hingga satpam itu akhirnya mengizinkan mereka tanpa ingin banyak bertanya lagi. Bahkan sang satpam terlihat tidak curiga.

Sekarang mereka semua masih sibuk melihat kesana kemari untuk mendapatkan tanda-tanda akan adanya clue 1.

"Apaan sih, dari tadi nggak ada apa-apanya." Decak Hyunjin.

"Iya dih! Apa si Gagal Move on pengen ngerjain kita?" Sahut Jaemin.

"Gagal Move on?" Seungmin tampak berfikir.

"Line nya dia GM kan? Mungkin GM singkatan dari Gagal Move on." Jawab Jaemin asal.

Yang lain menggeleng pelan akan ke konyolan Jaemin. Disamping itu, Jeongin melihat-lihat sekitar hingga pandangannya terkunci oleh sesosok pemuda bertubuh kekar dengan senyuman yang hampir seperti senyumannya Jeno. Matanya menjadi sabit saat tersenyum selebar itu.

Jeongin memiringkan kepalanya. Ia sungguh tidak kenal orang itu. Tapi, apakah dia kakak dari Jeno? Kenapa senyumannya mirip?

"Jeno, itu kakak kamu ya?" Tanya Jeongin akhirnya.

Tidak hanya Jeno, yang lain juga ikut menoleh ke arah pandangan Jeongin. Mereka lantas mengernyit bingung. "Gue nggak punya kakak. Lagian lo nunjuk siapa?" Tanya Jeno bingung.

"Itu, cowok yang berdiri di samping tiang. Emang nggak keliatan ya? Orang dia jelas kok. Liat deh, senyumnya kayak Jeno."

Chan menghela nafas. Ia faham akan keadaan ini. Jeongin pasti kelelahan dan itu membuatnya berhalusinasi. Tak hanya Chan, Lino yang memiliki tingkat kepekaan tinggi juga merasa sedikit khawatir pada Jeongin. Masalahnya, mereka semua selalu memanjakan bocah polos itu. Jadi kalau sampai ada kejadian aneh sedikit pasti Jeonginlah yang paling di khawatirkan karena pemuda Yang itu sangat polos.

"Jeongin sini." Ujar Chan memberi gestur menyuruh Jeongin mendekat.

Jeongin lantas mendekat tanpa memperdulikan tatapan aneh dari semua temannya. Dia bahkan tidak sadar jika temannya tidak bisa melihat apa yang ia lihat.

"Kamu capek ya? Ayo kita pulang aja." Kata Chan.

"Enggak kok, kitakan belum nemuin pintu berputar... Masa mau pulang sih." Jawab Jeongin.

Chan terkekeh. Ia pikir Jeongin tidak tahu apa yang sedang mereka cari. "Kalo kamu capek, kita pulang aja. Carinya lanjut besok. Lagian satpam udah nyuruh kita pulang kan?"

Fyi, Chan adalah salah satu dari mereka yang memiliki sikap dewasa. Ia sudah seperti ayah bagi mereka semua. Yah, bukan hal yang mengherankan jika melihat Chan bersikap selembut ini. Ia memang penyayang.

"Sekarang aja. Jeongin penasaran."

Chan tersenyum lembut lalu mengangguk. Anggap saja dia tidak tahu bagaimana cara menolak si polos ini.

Akhirnya mereka lanjut berjalan lagi tanpa memikirkan siapa yang Jeongin lihat. Mereka sengaja tidak berpencar untuk saling menjaga satu-sama lain. Takutnya, jika mereka berpencar nanti akan ada kejadian yang tidak-tidak.

Mendadak Yoshi berhenti. "Itu apa?" Ujarnya.

Semua temannya ikut berhenti dan ikut melihat apa yang Yoshi lihat. Mereka semakin menajamkan pandangan dan melihat sesuatu yang berputar.

"Itu bukannya..."











































































•-[[Insidious || SKZ]]-•
{To be continued}
..

>第三 ; ketiga (mandarin)

Insidious || SKZ ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang