Lari. Aku harus tetap berlari. Kaki sudah kugunakan sekuat tenaga membelah kegelapan. Aku tak boleh tertangkap oleh pria gila itu. Aku harus bergegas.
Namaku Park Yoonjae. Kini aku berusaha kabur dari pria yang kusukai, namanya Cha Taeoh. Aku suka padanya karena sifatnya yang ramah dan murah senyum. Tapi hari ini, saat diriku mencoba memasuki rumahnya, aku tahu bahwa Taeoh hanyalah pembohong besar.
Kaki pucatku terus kupacu. Nasibku buruk, sedari tadi aku tak dapat menemukan orang untuk melindungiku dari Taeoh. Air hujan terus mengguyur tubuh kecilku yang sibuk berlari. Rambutku berantakan. Sesekali aku menengok kebelakang untuk memastikan posisi Taeoh. Kaki telanjangku mulai lelah. Aku ketakutan melihat Taeoh yang mulai menyusul langkahku. Derasnya hujan membuat penglihatanku semakin buruk. Kakiku mulai gemetar.
Langkah kupercepat. Aku mencoba bersembunyi dari Taeoh di balik tong sampah besar yang ada dipinggir jalan. Aku memeluk kakiku erat. Kepala kutundukkan. Detak jantungku bertambah cepat setiap detiknya. Tiba- tiba terputar ingatan dimana aku melihat beberapa mayat yang sudah dimutilasi di ruang bawah tanah rumah Taeoh. Aku yang saat itu ketakutan langsung bergegas naik sembari menutup mulutku. Dan ketika aku mengalihkan atensiku ke dapur, disana ada wajah tampan Taeoh yang menatapku dengan senyuman yang sangat sulit kuartikan, tangan besarnya juga memegang sebuah pisau yang tajam. Cukup dengan mengingat semua kesalahan fatalku itu, kini aku mencoba menahan tangis. Aku takut, benar- benar takut. Bagaimana nasibku jika tertangkap oleh Taeoh? Apa dia akan memisahkan tangan dan kakiku dari tubuhku?
Aku menegakkan kepalaku. Mataku terpaku. Tepat didepanku, Taeoh sedang menatapku dengan seringai yang sangat menakutkan. Aku mencoba berdiri dan kembali lari. Tetapi tubuh besar Taeoh menghalangi segala gerak tubuhku. "Kau mau kemana, hm?" Suara berat itu, dulu suara itu sangat menenangkan untuk kudengar, tapi sekarang suara itu seperti mimpi buruk yang akan melahapku mentah- mentah. Taeoh memandangiku dari atas ke bawah. Lalu ia terkekeh, sedangkan aku? Telapak tanganku semakin basah karena keringatku yang terus mengalir.
Tiba- tiba mataku yang bergerak resah menemukab sesuatu. Itu tulisan! Tulisan besar yang bercahaya terang bertuliskan 'KANTOR POLISI'. Hatiku menjadi agak tenang melihat ada secercah harapan yang sangat dekat. Tapi detak jantungku juga semakin berpacu cepat. Otakku mulai memikirkan cara supaya aku bisa sampai ke tempat aman yang hanya berjarak 100 meter itu dengan selamat. "Kenapa diam, manis?" Taeoh memiringkan kepalanya untuk melihatku dengan lebih jelas. Dengan semua keberanian yang telah kukumpulkan, aku mendorong tubuh besar itu dari hadapanku. Taeoh hampir kehilangan keseimbangannya. Aku mengambil kesempatan untuk berlari. Dekat. Aku sudah dekat! Aku menengok kebelakang. Oh tidak! Jangan! Kumohon tuhan, jangan sampai Taeoh berhasil menangkapku.
Berhasil. Aku berhasil memasuki kantor polisi ini. Saat aku sedang sibuk menetralkan napasku, seorang polisi bersuara, "Nak, kenapa lelaki kecil sepertimu berada di luar di jam satu dini hari?". Aku mengarahkan mataku untuk menatap jam dinding besar berwarna hitam ke abu- abuan di samping kiriku. Dan benar saja, sekarang pukul 01.00 AM. Artinya, tadi aku berlari berputar- putar selama 1 jam penuh. Pantas saja kakiku sakit. "Nak?" Beliau memanggilku lagi. Lalu aku menoleh ke luar. Taeoh, dia sudah tidak ada.
Diam- diam aku bersyukur. Lalu aku tersenyum canggung kepada sang polisi, "Tadi saya menginap dirumah nenek, tapi saya tidak betah. Jadi saya memutuskan untuk pulang. Tapi karena hujan dan jalanan terlalu sepi saya jadi takut". Tiba- tiba ada satu polisi lagi yang muncul dari ruangan lain. Beliau menatap keadaanku yang kacau lalu kembali meminum kopi dicangkirnya.
"Pak Jung, tolong antar lelaki kecil ini kerumahnya" Ucap polisi yang sedang duduk itu dengan tatapan berterimakasih. "Siap, jenderal", Lalu beliau meletakkan cangkirnya diatas meja, "Ayo nak."
----
Di dalam mobil polisi, aku terus memikirkan mengenai Taeoh, tentang dia yang berpura- pura. Tentang dia yang ternyata seorang pembunuh. Juga seringai seramnya yang terus terlihat di dalam pikiranku. Nanti setelah sampai dirumah, aku akan memohon pada Ayah dan ibu agar mau pindah rumah. Aku akan tetap diam dan tak mengadu apapun kepada siapapun. Yang terpenting adalah aku yang harus pergi sejauh mungkin dari Cha Taeoh. Sekarang aku tahu, rasa sukaku kepada Taeoh telah berubah menjadi obsesi yang berdampak buruk kepada diriku sendiri. Disini aku tak menyangkal kalau diriku juga salah.
"Nak, kau tak apa?". Aku mendongak. Lalu tersenyum kearah beliau, "Tidak apa, pak". Belia mengangguk lalu kembali fokus ke jalanan sepi yang terguyur hujan. Aku menopang dagu sambil melihat ke luar jendela. Disana di kegelapan, di samping tiang lampu jalanan yang redup, Taeoh menatapku dengan seringai terpampang di wajahnya.
End.
ㅡ3ㅡHalo, aku kembali lagi nih :3
Ada yang kangen ga sih? :")🍀By:CacaYun
KAMU SEDANG MEMBACA
BL Oneshoot 📍 YAOI
Short StoryRate : T - M Bahasa : Baku / Nonbaku Oneshoot / Twoshoot 💡Project With @lemonade3027💡 Enjoy