I Love You! Not Her! ( CHAPTER 12 )

1.3K 40 3
                                    










Seorang laki- laki berjalan santai menuju tempat yang biasa ia kunjungi disekolahnya itu, taman belakang.

Disana ada banyak hewan, dia memang sangat suka hewan, apalagi kelinci, itu makhluk terlucu yang pernah ada, begitulah menurutnya. Tak ada salahnya kan? Anak laki- laki usia 17 tahun sepertinya suka hewan?



Ronald William Arcchedess namanya, ia biasa dipanggil Ron. Mommy Ron adalah orang Amerika dan Ayahnya orang Thailand. Ia sejak kecil sudah tinggal di Indonesia karena ayahnya memulai bisnis baru disini.


"Tch! Mau ketemu ama temen- temen lu ya? Pirang" Ah.. suara itu, Ron hafal suara ini, Dion Wisena, anak itu selalu mengganggunya setiap hari.

Ron mencoba tak menggubrisnya, menggubris Dion membuat urusan semakin panjang.

"Heh Arcchedess! Kalo ada orang nanya dijawab! Lu tuli apa bisu sih!?" Dion sudah sampai dibelakang Ron sekarang.

"Lu kenapa sih? Nggak bisa ya sehari aja ngebiarin gua tenang? Gua udah nggak deketin Hera! Lu masih belum puas!?" Ron lelah, tentu saja. Ia bahkan rela menyerah mendapatkan hati Hera sang pujaan hatinya karena Dion fucking Wisena ini mengganggunya karena Hera. Dion menyukai Hera, itulah kesimpulan yang Ron dapat setelah dibully 5 tahun olehnya, dan kalau kau ingin tau, itu sejak sekolah dasar.

Dion hanya tersenyum miring sorot mata dibalik kacamata itu tak terlalu terlihat oleh Ron, jika sudah seperti itu berarti dia sudah puas, Ron hafal betul.

Ron bergegas pergi dari situ, ia akan ke perpustakaan, hah.. setidaknya tempat itu selalu tenang.









^♡^

Malam harinya




"Ahh hujan" Ron ke supermarket untuk membeli bahan makanan, akhir bulan seperti sekarang mungkin susah bagi sebagian orang, tapi Ron tidak. Ia dikirimi uang oleh Mommynya tiap minggu sekali. Oh iya, Ayah dan Mommy Ron sudah cerai, tapi mereka tetap berhubungan baik. Mereka juga tetap peduli dengan anak- anak mereka. Adik Ron--- Rose --- tinggal dengan Ayah mereka, itu karena pekerjaan Mommy sebagai model tak mudah, harus sering berpindah tempat. Dan soal Ron, ia meminta tinggal sendiri sejak SMP kelas 3.

"Nih pakek, lain kali bawa payung, jan ngerepotin orang lain" Ucap seseorang sambil menyodorkan payung padanya, tunggu. Suara ini, bukankah ini suara Annoyed Wisena itu?

Dan benar saja, saat Ron menoleh, disampingnya sudah ada Dion. Tunggu, kenapa anak itu jadi baik?

"Ha? Lu lagi ngomong ama gua?" Tanya Ron kebingungan. Yang tentu saja seperti orang bodoh dimata Dion.

"Bukan, buat kucing tuh. Ya buat lu lah pirang" Balasnya, masih gengsi seperti Dion Wisena yang biasa.

"Gaperlu, gua bisa nunggu sampe hujan reda" Ron juga gengsi sepertinya.

"Heh pirang, lu liat laporan cuaca ngga sih? Ini hujannya bakal lama, dan rumah gua deket ngga butuh payungan, ya jadi gua sebagai orang yang tidak mau membuang payung, gua kasihin nih payung buat lu" Dion Wisena yang gengsi seperti biasa memang tak bisa kalah dalam argumen, ia mengatakan itu sambil menatap lurus kedepan, tidak menatap mata laki- laki disampingnya yang melongo. Kacamata yang bertengger di hidungnya sepertinya agak berembun.

"Tch! Yauda! Gausah harapin ucapan makasih dari gua! Udah cukup kan ama gua nglepasin Hera!" Balas Ron sambil mengambil payung itu dari tangan Dion dan segera berlalu dari sana.

Dion yang melihat itu tersenyum miring, sambil menelepon seseorang.

"Susul gua cepet, gua ada didepan supermarket, payung gua tadi terbang" Yah.. itulah kira- kira yang Dion bilang ke supirnya.



^♡^


Keesokan paginya
Di Sekolah




"Ron!" Ron yang sedang berjalan otomatis berhenti dari jalannya. Tunggu, bukannya itu suara Wisena?

Ron menoleh untuk memastikan pendengarannya.

Eoh? Itu benar Dion dengan kacamata yang selalu bertengger dihidungnya, entah kenapa hal yang pertama Ron lihat dari Dion selalu kacamata itu, tapi.. kenapa anak itu tak memanggilnya Pirang atau semacamnya?

Merasa bukan Dion yang memanggilnya, ataupun anak itu sedang iseng, Ron kembali melanjutkan langkahnya.

"Dipanggil tuh berenti terus nyaut, bukannya tetep jalan" Ucap Dion yang kini menepuk pundak laki- laki yang lebih pendek darinya itu.

"Huh?" Ah Ron memang bodoh. Sudah diberi kode malah bertingkah seperti orang linglung.

Dion mengusak rambut Ron pelan. Tunggu, kenapa anak menyebalkan itu jadi begini. Ron menyingkirkan tangan yang berada di rambut rapinya dengan kasar.

"Maksud lu apa sih? Gua uda ngga ngejar Hera! Lu belum puas!? Dan sekarang lu ngapain!? Tiba- tiba jadi gini!?" Teriak Ron kebingungan sambil mencak- mencak.

Dion tersenyum miring.

Ron semakin bingung! Mau anak ini apa sih!? Kok aneh!

"Tch! Kalo nggak ada yang mau diomongin lagi gua mo pergi" Ucap Ron kesal, dan ia tambah kesal lagi saat ia akan pergi malah tangannya ditahan oleh Dion dan mendorongnya ke dinding. Posisinya sekarang dihimpit oleh Wisena sialan itu.

"Lu nap---"

Ucapan Ron terhenti saat sesuatu yang itu kenyal bertemu dengan bibirnya, wait! Si keparat Wisena ini mencuri first kiss nya! Aaaaaakkk Mommy! Help!

"Fuck! What are you doing!? Are you crazy? Shit!" Ron mengumpat habis- habisan sambil mengelap bibirnya setelah bisa melepaskan tautan itu.

"Lu nya sih nggak peka" Ucap Dion sambil terkekeh

Ron cengo. Nih anak kenapa? Bingung Ron dalam hati.

"Gua suka lu, bukan Hera, paham?" Dion mengucapkan kalimat itu dengan tenang sekali. Wait! Wait! Wait! Oh iya, Ron pasti salah dengar, itu saja.

Merasa tak ada sautan dari Ron, Dion kembali mengecup bibir merah milik sang pujaan hati.

"Eh! Wait! Lu suka gua? Are you kidding me?" Ron tak percaya! Dan bagaimana ceritanya anak yang sudah lama membullynya mengaku menyukainya! Ini pasti lelucon!

"Ish, nggak percayaan amat sih? Kan uda gua bilang, gua suka ama lu, apa perlu gua tidurin dulu biar lu percaya?" Dion sebel, sudah 7 tahun memendam rasa dan baru sekarang berani mengungkapkan, eh malah dianggap bercanda.

"E- eh! Kan g- ga mungkin lu suka ama gua! Lu aja tukang ngebully gua!" Ron memang membantah fakta bahwa Dion menyukainya, tapi tak dapat pungkiri bahwa pipinya merah sekarang.

"Lu sih nggak pinter kek gua jadi nggak peka. Gua tuh ngebully lu biar lu merhatiin gua" Balas Dion enteng sambil mengelus pipi Ron yang keheranan.

"Ha? Lu ngapa sih? Pasti hari ini lu ngga sehat, sono ke UKS!" Ya Allah kuatkan hati Dion.

"Udahlah! Gua nggak terima penolakan! Mulai sekarang lu jadi pacar gua" Setelah mengucapkan itu, Dion memeluk Ron dengan eratnya.

Pipi Ron memerah, entahlah.. Ron tak tahu kenapa, ia sepertinya mulai percaya dengan pemuda berkacamata itu.
























































































.
.

End💜







🍀By:CacaYun

BL Oneshoot 📍 YAOITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang