12 ; pertengkaran ( tak ) kecil

177 55 41
                                    

Baik Inara, Ryuzna, Bryan, dan Lia hanya bisa mengunci mulut mereka kala Theo dan Karin saling melempar tatapan, apalagi dengan sorot mata Theo yang terlihat dingin dan mengintimidasi Karin, membuat mereka bergidik ngeri sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Baik Inara, Ryuzna, Bryan, dan Lia hanya bisa mengunci mulut mereka kala Theo dan Karin saling melempar tatapan, apalagi dengan sorot mata Theo yang terlihat dingin dan mengintimidasi Karin, membuat mereka bergidik ngeri sendiri. Lelaki itu terlihat sangat berbeda dari sifat biasanya.

Ryuzna menyikut lengan Inara, menyuruh sahabatnya untuk mencairkan suasana yang sudah kepalang kaku ini.

Inara melirik tajam, ia juga kebingungan hendak mengucap kata apa. Mereka sama-sama dilanda kegugupan menyaksikan Theo yang tidak suka dengan kehadiran Karin.

Lia menarik nafas, mencoba mengakhiri ketegangan ini. “Theo, gimana? Karin boleh 'kan nanti siang ikut ke Bandung?” tanyanya.

Theo melirik Lia sekilas, lantas memalingkan wajahnya malas. “Hm.”

Karin tersenyum. “Makasih, Ayden...”

“Theo.” lelaki itu meralat ucapan Karin.

Perempuan itu menggelengkan kepalanya. “Gue lebih suka manggil lo Ayden. Jadi jangan larang gue,”

Theo menatap jengah ke arah Karin. “Tapi gue nggak suka nama itu, jadi berhenti berbuat sesuatu seenaknya sendiri.” tukasnya.

“Dan lo berhenti buat benci gue tanpa alasan!” Karin meninggikan suaranya akibat geram pada lelaki di hadapannya.

“Gue nggak pernah benci lo,”

“Tapi lo selalu menghindar dari gue, lo nggak pernah dateng ke acara makan malem keluarga kita, lo seakan nganggep gue nggak ada!”

“Gue ngelakuin itu karena gue nggak mau setuju sama pertunangan itu sampai kapanpun! Ngerti nggak lo?”

Inara seperti disambar petir di siang bolong saat mendengar ucapan Theo. Berarti dugaannya selama ini benar, jika Theo adalah tunangan Karin?

Astaga, tiba-tiba Inara lupa cara bernafas dengan baik.

“Semua ini udah direncanain sama orangtua kita dari lama, lo nggak bisa segampang itu buat nolak!”

“Gak gampang bukan berarti gak mungkin.”

“Terus lo mau sampai kapan menghindar kayak gini?”

“Sampai pertunangan kita dibatalin.”

Karin menghembuskan nafasnya dengan kasar. “Pengecut. Lo itu pengecut,”

“Dan lo udah terlalu banyak berharap sama orang pengecut kayak gue.”

Ryuzna dan Lia menggenggam tangan Inara dengan erat, berusaha menguatkan sahabat mereka yang kini terpukul setelah mengetahui fakta yang tidak terduga.

Karin, teman sebangku Inara adalah tunangan dari kekasihnya sendiri, Theo.

Bu Ziva selaku guru pembimbing olimpiade pun bergegas menghampiri Inara karena mereka harus segera berangkat ke tempat dilaksanakannya olimpiade agar tidak terlambat registrasi ulang.

Mengapa Kita #TerlanjurMencintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang