O4 ; salah siapa?

232 64 34
                                    

Biasanya Inara akan bergegas pulang setelah bel sekolah berbunyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Biasanya Inara akan bergegas pulang setelah bel sekolah berbunyi. Namun hari ini berbeda, karena sore ini ia terduduk di pinggir lapangan sembari mengamati Theo yang sedang asyik bertanding basket bersama kawan-kawannya.

Inara berniat memberikan Theo minuman isotonik yang baru saja ia beli di kantin. Sebenarnya perempuan itu tidak tahu jika Theo ikut ekskul basket, bu Tatik lah orang yang dengan senang hati membeberkan beberapa fakta tentang lelaki itu.

Satu, Theo adalah anak tunggal. Ia sering mengeluh kesepian pada bu Tatik dan berujung menjahili ibu kantin tersebut.

Dua, Theo adalah murid kelas 11 IPS 2 dan bersebelahan dengan kelas Inara yaitu 11 IPS 1. Jadi pantas saja lelaki itu tahu jika kelas Inara diadakan ulangan dadakan karena kelas mereka dekat.

Tiga, Theo mengikuti ekskul basket karena ingin tubuhnya tinggi dan mendapatkan banyak penggemar perempuan. Inara cukup kesal mendengar alasan itu.

Empat, Theo sedang menyukai seorang perempuan cantik yang baru saja patah hati. Dalam hati Inara penasaran, siapakah sosok perempuan itu? Saat bu Tatik ditanyai oleh Inara, jawabannya benar-benar membuat perempuan itu menggelengkan kepalanya.

“Kalau kata mas Theo, ciri-cirinya perempuan, bernafas, berkedip, bergerak, memiliki akal, cantik bukan ganteng, ya kira-kira gitu mbak jawabannya.” ujar bu Tatik.

Inara menepuk jidatnya, ia lupa kalau lelaki itu sangatlah random dan memiliki pola pikir yang aneh serta bertingkah tidak jelas.

Terimakasih kepada bu Tatik yang bersedia membocorkan sedikit informasi tentang Theo.

Dan kini Inara memutuskan untuk menunggu Theo selesai bermain basket dan memberikan minumannya sebagai bentuk terimakasih atas contekan Fisika yang amat menolongnya di masa kritis tadi.

Perempuan itu teringat jika sepertinya ia juga membawa handuk kecil. Ia pun membongkar is tasnya, siapa tahu benda itu berguna untuk menghapus peluh keringat di wajah Theo.

“Eh, sayang? Ngapain ada disini?”

Inara menoleh, mencari sumber suara yang menginterupsi gerakannya yang tengah sibuk mencari handuk kecil.

Ternyata Aldo lah pelakunya, lelaki itu tersenyum manis seolah tidak berbuat apapun pada Inara. Ia telah mengkhianati dan mengabaikan perempuan itu berhari-hari namun wajahnya menyiratkan bahwa ia tidak merasa bersalah dengan ulahnya.

Suasana hati Inara seketika memburuk melihat lelaki itu di hadapannya. “Minggir, badan lo ngehalangin pandangan gue.”

“Kok marah-marah? Kita udah lama nggak ketemu lho, Ra?” tanya Aldo sembari meraih kedua telapak tangan Inara.

Buru-buru Inara menepis tangan milik Aldo. “Lepasin!” bentak Inara tanpa menatap wajah lelaki di hadapannya.

Aldo justru bersikeras menggenggam erat tangan Inara dan memaksa perempuan itu untuk menatapnya.

Mengapa Kita #TerlanjurMencintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang