O5 ; cuma wacana

218 66 29
                                    

Pagi ini Inara berangkat tidak terlalu awal dikarenakan ia harus menyiapkan beberapa modul untuk pengayaan materi olimpiade secara mendadak pagi ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini Inara berangkat tidak terlalu awal dikarenakan ia harus menyiapkan beberapa modul untuk pengayaan materi olimpiade secara mendadak pagi ini. Perempuan itu langsung memasang wajah cemberut ketika menerima pesan dari Bu Ziva selaku pembimbingnya jika hari ini ada jadwal tambahan bimbingan.

Itu berarti rencananya untuk berkeliling Jakarta bersama Theo hari ini gagal terealisasikan.

Biasanya Inara selalu antusias ketika mendapat kabar jika ia diikutsertakan kompetisi. Namun hari ini berulangkali ia mengeluh kesal, merasa malas untuk berkontribusi.

“Yaudah tinggal nolak ikut aja, susah amat.” timpal Ryuzna sambil mengunyah pocky rasa stroberi.

Bryan mengangguk setuju. “Bener, daripada ntar pas lomba lo ngerjainnya gak maksimal.” lalu lelaki itu mencomot makanan milik Ryuzna.

Ryuzna tidak terima camilan favoritnya diambil oleh kawan sebangkunya pun menoyor kepala lelaki itu. “Ih, beli sendiri dong!”

Bryan menggerutu pelan sembari mengelus kepalanya. “Ah elah satu biji doang pelit amat,”

Inara menggeleng-gelengkan kepalanya, heran melihat kedua insan itu selalu bertengkar meskipun dengan alasan yang sepele.

“Sayang banget lho kalau gak ikut, siapa tahu lo bisa menang.” Karin ikut berkomentar.

Inara mengangguk, membenarkan pendapat Karin. Dengan mengikuti olimpiade ini maka kesempatannya untuk memperbanyak koleksi piagam dan sertifikat di rumahnya menjadi terbuka lebar.

“Tapi tumben deh lo gak semangat lomba? Biasanya aja ambis banget,” celetuk Ryuzna.

Inara menoleh ke arah sahabatnya itu, kemudian dirinya merenungkan kalimat tersebut. Benar juga, ia akan bersemangat kala ia didapuk mewakili sekolahnya untuk berkompetisi. Tapi mengapa sekarang rasanya berbeda?

Apa karena ia takut rencana untuk main bareng dengan Theo batal?

Inara menggeleng-gelengkan kepalanya. Mengapa ia terkesan begitu menginginkan berkeliling kota bersama Theo hingga terbesit pikiran untuk menolak jadwal bimbingan tambahan?

Oh, ayolah! Ini bukan sifat Inara. Masa hanya karena hal yang tidak penting seperti itu sampai dirinya tidak ikut serta pengayaan materi yang urgensinya lebih besar?

“Eum, gue jadi ikut jadwal tambahannya kok. Hehehe,” akhirnya Inara mengambil keputusan.

“Sip, ntar kalo menang lagi traktir gue ya!” ujar Ryuzna.

Inara mengacungkan jempolnya. “Oke boskuh, doain terus makanya!”

“Gue doain kalo inget ya,” kata Ryuzna cuek.

Inara memanyunkan bibirnya sebal. Tapi tak apa, perkataan Ryuzna hanyalah gurauan semata. Karena sejak dulu perempuan itu selalu mendukungnya, bahkan sampai rela membolos demi menyemangati Inara di lokasi ujian sembari membawa spanduk bertuliskan nama lengkap Inara dan SMA Gemintang Bangsa.

Mengapa Kita #TerlanjurMencintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang