13 ; janji malam itu

182 59 57
                                    

“Kita pulang dulu ya, semangat buat finalnya besok!” Ryuzna melambaikan tangannya pada Inara dan Theo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Kita pulang dulu ya, semangat buat finalnya besok!” Ryuzna melambaikan tangannya pada Inara dan Theo.

“Pokoknya harus menang, ya!” Lia ikut menyemangati.

Bye Nara, good luck my dear!” sahut Karin.

Hari telah menjelang petang, teman-teman Inara yang menyusul ke Bandung pun memutuskan untuk segera pulang agar tidak terlalu malam sampai ke Jakarta. Mereka pulang menggunakan mobil milik Theo yang dikendarai oleh Bryan, sedangkan Arkasa pulang terpisah menggunakan motornya. Lain halnya dengan Theo yang memutuskan untuk menemani Inara di Bandung.

“Lah anjir gue cowok sendiri dong di mobil ntar,” Bryan mengeluh pelan. Arkasa dan Theo hanya tertawa renyah.

“Woi Arkasa, lo nanti motorannya ikut jalur gue aja lah. Biar gue ada temennya gitu,” bujuk Bryan.

“Ya kagak bisa, lo kan lewat tol. Motor gue mana boleh,” timpal Arkasa.

Bryan mendengus sambil berdecak pelan, meratapi nasibnya sebagai supir mobil malam-malam untuk ketiga penumpang perempuan. Ryuzna, Lia, dan Karin pun bergegas masuk ke dalam mobil.

“Bro, ini gapapa mobil lo kita bawa balik?” tanya Bryan yang masih ragu menggenggam kunci mobil milik Theo.

Theo mengangguk. “Di Lembang gue masih ada Rolls Royce peninggalan bokap gue, ini lagi otw dianter kesini.”

Arkasa yang memperhatikan Inara yang sedari tadi hanya menutup mulut pun bertanya-tanya, ada apa dengan perempuan itu?

“Nara, lo baik-baik aja 'kan?” tanya Arkasa.

Theo mengerjap-ngerjapkan matanya, lantas menoleh ke arah Inara. Memangnya ada apa dengan pacarnya sampai Arkasa bertanya seperti itu?

Inara menarik kedua ujung bibirnya, membentuk senyuman tipis. “Eh, gapapa kok. Cuma rada capek aja,” ia merespons Arkasa.

Theo segera mengelus puncak kepala Inara dengan khawatir setelah mendengar jawaban dari perempuan itu. “Kok lo gak bilang? Badannya lemes gak?”

Inara hanya menggeleng pelan. Theo pun menangkup wajah Inara dengan kedua telapak tangannya.

“Yaudah, abis ini gue anter balik ke hotel. Lo harus langsung makan malam sama istirahat yang cukup ya? Disana ada siapa aja?” tanya Theo.

“Arya sama Bu Ziva, kayaknya.” jawab Inara.

Bryan menepuk pundak Theo, lantas menjabat tangan Inara. “Kayaknya gue sama anak cewek-cewek itu balik sekarang aja, biar Nara bisa cepetan istirahat. Pamit ya!”

Arkasa pun menyusul pamit. “Gue juga mau balik sekarang ya cuy, semangat buat Nara!”

Kemudian Bryan pun mulai melajukan mobilnya menjauh dari mereka, diikuti Arkasa mengendarai motornya dengan lincah membelah jalanan raya.

Mengapa Kita #TerlanjurMencintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang