O7 ; tiada rahasia

178 55 19
                                    

Di penghujung pekan ini, Inara kembali mengikuti bimbingan untuk olimpiade, hanya tinggal menghitung hari dirinya akan berkompetisi merebutkan gelar kejuaraan nasional tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Di penghujung pekan ini, Inara kembali mengikuti bimbingan untuk olimpiade, hanya tinggal menghitung hari dirinya akan berkompetisi merebutkan gelar kejuaraan nasional tersebut.

Tapi ia sedikit tidak fokus memperhatikan penjelasan materi dari guru pembimbingnya, karena diam-diam ia mengamati salah satu teman seangkatannya yang juga ikut bimbingan sore ini.

Arya namanya, seorang lelaki kelas 11 IPA 1 yang berhasil mencuri atensi dari Inara.

Bukan karena parasnya yang tampan, ataupun kejeniusannya menjawab soal-soal yang sulit, melainkan akibat inisial hurufnya yang berawalan 'A'.

Semenjak malam dimana Karin menceritakan jika ia memiliki tunangan di sekolah ini, Inara sekarang sering mencurigai lelaki yang memiliki nama awalan huruf 'A'. Sepanjang hari ia mencari sosok lelaki yang menjadi pasangan Karin yang dingin. Tapi sejauh ini belum ada jawaban yang memuaskan.

Bukan apa-apa, Inara hanya ingin membantu meringankan masalah teman sebangkunya itu dengan menegur sosok lelaki yang mengacuhkan Karin. Tidak seharusnya lelaki itu mengabaikan tunangannya meskipun hubungan mereka dipaksa oleh orangtua masing-masing.

Inara pun ragu-ragu menyenggol lengan lelaki yang tengah duduk di sampingnya sambil menyimak penjelasan guru pembimbing.

Psstt, Arya...?” perempuan itu berbisik.

Lelaki itu berhenti mencatat dan menoleh. “Kenapa, Ra?”

Inara terdiam sejenak, menimbang-nimbang untuk bertanya pada Arya atau tidak.

Eumm, itu lho, anu—jadi gini...”

Arya tertawa melihat Inara bicara dengan tergagap dan tidak jelas.

“Lo kenapa deh Ra? Mau confess ke gue?” Arya melempar candaan ringan.

Inara mendelik. “Dih pede amat! Gue cuma mau tanya sih,”

Arya menaikkan kedua alisnya bingung. “Tanya yang soal nomer berapa?”

Inara kembali mencebik sebal. “Bukan tanya soal ih!” gerutunya.

“Ohh kirain, emang mau tanya apa?”

“Lo... kenal sama Karin nggak?”

“Karin? Awkarin selebgram seksi itu?”

“Bukan woi, temen seangkatan kita.”

“Ohh kirain, kagak kenal tuh. Emang kenapa?”

Inara mendengus sebal, lagi-lagi ia mendapatkan jawaban yang mengecewakan. Arya bukanlah sosok yang ia cari-cari.

Perempuan itu memasang senyum masam. “Yaudah, gapapa.”

* * *

Baru saja beberapa langkah Inara keluar dari ruang bimbingan, dirinya langsung disambut oleh Ryuzna dan Lia dengan heboh.

Mengapa Kita #TerlanjurMencintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang