14 ; kenyataan yang tak diinginkan

205 52 38
                                    

Inara menundukkan kepalanya, sedari tadi dirinya terus dihantui dengan perasaan bersalah pada Karin atas kejadian tadi malam di grup angkatan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Inara menundukkan kepalanya, sedari tadi dirinya terus dihantui dengan perasaan bersalah pada Karin atas kejadian tadi malam di grup angkatan. Meskipun kemarin Theo sudah menyakinkan jika semua ini bukan salahnya, tapi tetap saja Inara merasa begitu jahat pada Karin.

Inara mengusap keningnya frustasi, bagaimana caranya untuk memperbaiki semua ini?

“Lo gak papa 'kan?” tanya Arya.

Inara menggeleng, kemudian mengacungkan ibu jarinya. Berpura-pura jika semuanya baik-baik saja.

Arya dan Inara duduk bersisian di ruang aula, tempat mereka akan menerima pengumuman final Olimpiade pada hari ini. Mereka berdua tampak gugup dan cemas, jantung mereka berdebar kencang menanti hasil nilai lombanya.

Arya menoleh pada Inara. “Lo tadi ngerjain soalnya fokus nggak?”

Inara menggeleng. “Tadi ada beberapa soal gue jawab asal...” jawabnya sembari menghela nafas pelan.

Arya menepuk-nepuk pundak Inara, menyemangati perempuan itu. “Gapapa, apapun hasil nilai hari ini, pasti yang terbaik buat kita.”

Inara mengangguk setuju, lantas kembali menundukkan kepalanya, terlihat murung lagi.

“Masalah kemarin, ya?” tanya Arya kemudian.

Inara mengangguk sekilas.

“Emang kronologinya gimana sih? Kok bisa sampe nyebar gitu,” ujar Arya menelisik.

“Gak tau,” jawab Inara singkat. Enggan membahas masalah itu lagi.

“Yaudah deh kalau nggak mau jawab, tapi tuduhannya mereka kalau lo nikung Karin kemarin itu cuma fitnah doang 'kan?”

“Mungkin,”

“Lho, kok jawabnya gitu?”

“Ya karena gue nggak tau gue ngerebut Theo dari Karin apa enggak.”

“Ohh, berarti cuma salah paham aja ya. Terus kemarin—”

“Diem dulu, panitianya udah mulai ngumumin nilai tuh,” Inara memotong ucapan Arya, membuat lelaki itu langsung mengunci mulutnya.

Layar proyektor di ruangan tersebut mulai menampilkan nama-nama peserta beserta jumlah score dan peringkatnya pada olimpiade ini. Inara harap-harap cemas melihat layar itu.

Nilai milik Arya telah muncul, ia berhasil score yang cukup tinggi dan meraih juara 3 pada bidang MIPA, lelaki itu langsung melangkah maju menuju auditorium dengan bangga. Sedangkan Inara masih harap-harap cemas menunggu nilai miliknya muncul di layar.

“Dan inilah siswa yang berhasil memuncaki puncak peringkat dengan kembali meraih score sempurna di bidang IPS dan menjadi juara bertahan dari tahun lalu. Kita panggilkan, Inara Nadira Amila dari SMA Gemintang Bangsa!”

Mengapa Kita #TerlanjurMencintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang