O8 ; celah kenyataan

180 57 33
                                    

ganti background hitam dulu ya <3

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ganti background hitam dulu ya <3



* * *

Kini mereka bertiga duduk melingkar di atas karpet bulu milik Inara sembari menyimak curhatan dari Ryuzna dan menikmati kudapan ringan yang tersedia.

“Tau Chandra gak? Temen mabar gue itu lho, dia nembak gue masa...” ujar Ryuzna sambil memeluk bantal.

Inara membelalakkan matanya terkejut, ia memang tahu siapa sosok Chandra. Lain halnya dengan Lia yang tidak mengetahui siapa orang yang dimaksud oleh Ryuzna.

“Serius? Padahal gue tim Bryan-Ryuzna,” celetuk Inara.

Perempuan berambut pendek itu bingung dengan ucapan Inara. “Jadi maksudnya lo lebih dukung gue sama Bryan daripada sama Chandra?” tanya Ryuzna.

Inara dan Lia kompak mengangguk. “Kalau dilihat-lihat, sepupu gue tuh jarang keliatan deket sama cewek kecuali lo.” timpal Lia.

Ryuzna mengacak-acak rambutnya frustasi, ia semakin dibuat galau. “Masalahnya, gue nggak tau perasaan gue ke Bryan itu suka atau bukan. Dan gue juga ragu si anak itu juga suka ke gue, soalnya dia keliatan cocok sama Olivia.” ungkap Ryuzna sambil meninju-ninju bantal di pangkuannya.

“Olivia?”

“Temen SMP gue,”

Baik Inara maupun Lia sama-sama ber-oh ria setelah mendengar jawaban dari Ryuzna.

“Menurut gue sih ya, lo sama Bryan tuh udah terlanjur kejebak sama hubungan pertemanan, makanya kalian bingung sama perasaan kalian sendiri.” ujar Inara.

Lia mengangguk setuju. “Coba deh abis ini lo renungin, lo lebih nyaman sama Bryan atau Chandra. Kalau emang jawabannya nanti Chandra—ya gue harap persahabatan lo sama Bryan nggak hancur.”

“Tapi gue tetep lebih setuju Ryuzna sama Bryan, mereka udah kayak magnet, kemana-mana nempel terus!” Inara bersikukuh dengan pendapatnya.

Ryuzna menghembuskan nafasnya kasar. “Udah deh, nanti aja mikirinnya, puyeng banget gue. Sekarang lanjut siapa yang mau curhat?” tanyanya.

Lia yang tengah menyereput bubble tea nya pun langsung mengacungkan tangannya. “Gue boleh?”

Inara dan Ryuzna mempersilahkan.

Perempuan itu menarik nafas sebentar. “Jadi gue 'kan punya pacar nih, kita LDR Jakarta-Kanada sekarang. Tapi dia kayak jarang bales chat gue gitu, emangnya dia sesibuk apa sih, kok sampe nggak sempet jawab pesan singkat dari gue. Terus yang anehnya lagi gini, kalian kenal Arkasa nggak?”

Inara dan Ryuzna langsung mengangguk cepat, penasaran dengan kelanjutan cerita Lia.

“Nah, setiap gue ngeliatin dia kok gue jadi deg-degan gugup gitu ya? Apalagi pas dia senyum ke gue—rasanya kayak salah tingkah gitu. Padahal 'kan seharusnya gue nggak ngerasain itu, soalnya gue udah punya pacar.” lanjut Lia menjelaskan.

Mengapa Kita #TerlanjurMencintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang