—Selamat membaca 🐰
Jaemin mengabaikan rasa lelah. Ia terus berlari. Tujuan satu-satunyanya hanya rumah bunda. Jaemin tidak ingin kembali ke rumahnya. Ia masih takut dengan ayahnya. Membayangkan wajah marah sang ayah membuat Jaemin bergidik ngeri.
"Jaemin berhenti!" teriak Jeno dari kejauhan.
Jaemin segera menyetop taksi. Jeno tidak berhasil mengejarnya.
Taksi membawanya ke rumah Jungwoo. Ia segera turun setelah membayar taksi.
Jaemin mengetuk pintu rumah Jungwoo. Ketika pintu dibuka, menampilkan sosok jangkung yang terkejut melihat keadaan Jaemin.
"Ada apa Jaemin?" Lucas menggiring Jaemin untuk masuk.
Setelah melihat Jungwoo, Jaemin langsung berlari ke pelukan sang bunda.
"Ada apa sayang? Kenapa menangis?" Jaemin tidak menjawab dan terus menangis. "Baiklah, Jaemin ganti baju lalu istirahat, bagaimana?" Jaemin mengangguk. Jungwoo mengantar ke kamar yang biasa Jaemin tempati ketika menginap.
Setelah mengantar Jaemin, Jungwoo berinisiatif menelpon Jaehyun.
"Biar aku saja yang menelponnya." Lucas mengambil alih ponsel Jungwoo.
"Halo?"
"Apa Jaemin di sana?"
"Iya, dia kemari. Keadaanya tidak baik-baik saja."
"Aku—membentaknya tadi. Aku salah paham."
"Astaga! Kenapa kamu melakukan itu? Jaemin menangis tahu! Ayah macam apa kamu ini?"
"Aku harus bagaimana sekarang?" Jaehyun mengerang frustasi.
"Jangan temui dia dulu."
Jaehyun mendesah kecewa.
Lucas memberitahu Jungwoo, "Jaehyun membentaknya karena salah paham."
"Ya tuhan. Sebenarnya apa yang ada dipikiran Jaehyun?!"
"Aku melarangnya ke sini agar Jaemin lebih tenang."
🍁
Sudah dua hari Jaehyun tidak bertemu putranya. Selama itu juga Jaehyun tidak bisa tenang karena terus memikirkan Jaemin.
Jaehyun mengambil kunci mobilnya lalu pergi ke kediaman Lucas. Setelah 15 menit, Jaehyun sampai.
"Jaemin mana?" tanya Jaehyun langsung tanpa basa-basi. Jaehyun menerobos masuk rumah Jungwoo.
"Masih tidur. Tadi malam dia muntah-muntah. Katanya pusing. Diajak makan juga susah." Jawab Jungwoo. "Kamu kalau bentak-bentak anakku lagi, aku bakal ambil dia loh, Jae." Ancam Jungwoo.
"Aku tidak bermaksud bentak Jaemin, Woo." Lirih Jaehyun, "hanya—"
"—hanya apa?! Kamu kalau sudah senang-senang, anaknya dilupakan. Pantas saja Jaemin berontak." Menyilangkan tangannya di depan dada, Jungwoo menatap sinis Jaehyun yang terlihat frustasi.