[6] Kenapa?

716 97 5
                                    

—Selamat membaca 🐰



Jaemin tidak masuk sekolah hari ini. Ayahnya sudah membujuknya untuk ke sekolah, namun tidak mempan. Selama seminggu, mungkin Jaemin hanya pergi ke sekolah dua atau tiga hari. Entah mengapa, Jaemin malas melakukan apapun. Inginnya hanya tidur dan tidur saja.

Di sinilah Jaemin, di kamarnya. Akibat tidak masuk sekolah, ia harus berhadapan dengan setumpuk buku-buku pelajaran karena banyak sekali tugas.

Jaemin mulai mencoret-coret bukunya untuk menemukan jawaban dari soal-soalnya. Menggaris bawahi setiap kata kunci yang berada di buku. Ya walaupun otaknya tidak pintar, tetapi Jaemin juga tidak mau nilainya kosong.

"Eeeh kenapa ini?" tiba-tiba pandangan Jaemin mengabur. "Apa aku kebanyakan tidur jadi seperti ini?" setelah itu kembali normal lagi.

"Jaemin? Tidak sekolah lagi?" tanya Jaehyun menghampiri Jaemin.

"Malas." Jawab Jaemin singkat.

"Ada apa hmm? Ada masalah di sekolah?"

"Tidak."

Jaehyun menghela napas, mencoba memahami sikap dingin anaknya. Jaehyun tentu bingung. Anaknya beberapa hari lalu merestuinya. Namun mengapa Jaemin terus bersikap dingin padanya?

"Tidak kerja?"

"Pekerjaan Ayah sudah beres. Kamu mau ikut ke rumah Jeno?"

"Untuk apa?"

"Untuk membicarakan emm pernikahan?" ucap Jaehyun dengan hati-hati. Ia tahu, Jaemin belum sepenuhnya menerima keluarga Taeyong.

"Oh."

"Mau ikut?"

"Aku sudah janji dengan bunda," bohong Jaemin. Ia tidak ingin bertemu Jeno lagi. Tidak suka. Jeno itu menyebalkan baginya.

"Yasudah, nanti ayah antar sekalian ya?" tawar Jaehyun sembari mengelus surai Jaemin.

"Tidak perlu, aku bisa sendiri."

Karena sudah terlanjur berbohong, Jaemin memutuskan keluar mencari udara segar. Sebelum itu, ia membereskan buku-bukunya. Mungkin nanti ia akan mampir ke rumah bundanya agar tidak terlalu berbohong.

Jaemin menyusuri jalanan yang lengang. Hanya ada beberapa kendaraan yang lalu lalang. Cuaca pun tidak panas ditambah beberapa pohon rindang yang tertanam di pinggir jalan yang membuat cuaca sejuk.

Jaemin berbelok ke kiri menuju taman bermain. Ia duduk di salah satu ayunan di sana. Maniknya menatap kosong ke depan.

"Huh, baru jalan sebentar saja sudah lelah.."

Jaemin mengayunkan ayunannya. Ia memejamkan mata. Menikmati semilir angin yang menyapu wajahnya.

"Jaemin?"

Jaemin menghentikan ayunannya. Ia memfokuskan matanya yang terasa kabur.

"Hyun-jin?" ucapnya ragu-ragu. Iya tidak yakin karena pandangannya yang mengabur.

"Iya ini aku,"

"Maaf mataku tiba-tiba buram..."

"Sedang apa kamu di sini?"

"Main,"

"Kamu terlihat sedih. Waktu pertama kali bertemu juga begitu. Kamu kenapa?"

Jaemin diam.

"Tidak apa-apa kalau tidak mau cerita," Hyunjin paham, tidak semua orang terbuka. Apalagi Jaemin baru dikenalnya beberapa hari lalu.

"Hanya masalah kecil yang aku besar-besarkan sendiri. Oiya, kamu tidak sekolah?"

Iridescent, Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang