—Selamat membaca🐰
Jaehyun sedang mempersiapkan pernikahannya dengan Taeyong. Tentunya mereka sangat bahagia menunggu hal itu. Tak jarang mereka cekcok hanya karena masalah sepele. Misalnya, hanya karena Jaehyun salah memilih warna baju membuat Taeyong menceramahinya selama satu jam. Namun mereka berhasil melewati hari-hari tersebut.
Semuanya selesai, tinggal menunggu hari H. Dan mereka akan sah.
"Aku bahagia." Ujar Jaehyun memandang wajah Taeyong. Mereka berdua sedang berada di Cherry's Cafe saat ini.
"Aku pun." Balas Taeyong mengelus punggung tangan Jaehyun. "Aku harap, Jaemin merasakan hal yang sama, Jae." Sambungnya lirih.
"Kamu tenang saja, Jaemin pasti bahagia. Yah walaupun sikapnya berubah-ubah terus."
"Aku akan berusaha."
Jaehyun tersenyum mendengarnya. "Tapi apa Jeno sudah menerimaku sebagai ayahnya?"
"Tentu saja, Jae."
"Baguslah. Kita tinggal menyatukan Jeno dan Jaemin. Aku rasa, Jeno harus bersabar memiliki saudara seperti Jaemin." Jaehyun terkekeh lalu menyesap kopinya yang masih hangat.
"Memang harus begitu sebagai kakak 'kan?"
"Kamu tahu, Jeno itu mantan pacarnya Jaemin?"
Taeyong membulatkan matanya terkejut. Jeno bahkan tidak pernah bercerita tentang kisah cintanya. Apalagi dengan Jaemin?
"Tidak tahu ya?" tebak Jaehyun, namun sialnya benar.
"Jaemin yang menceritakannya padaku. Dia bilang Jeno menyebalkan karena sudah memutuskan Jaemin. Jeno pasti tidak tahan haha."
"Jeno saja tidak pernah cerita kisah cintanya padaku."
"Anak muda, masih malu-malu."
🍁
Di kediaman Jung, tiga orang sedang duduk berjejer di sofa empuk berwarna cokelat. Dengan ditemani berbagai camilan sambil menonton kartun doraemon. Mereka adalah Jeno, Jaemin, dan Mark.
Saat itu Jaemin dan Mark sedang asyik bermain game. Tapi Jeno datang dan mengatakan bahwa ia diminta menginap di rumah Jaemin.
Jaemin sebenarnya malas dengan adanya Jeno di sini. Ia takut, takut belum bisa move on dari Jeno tepatnya.
Mark akhirnya mempersilahkan Jeno masuk.
"Besok 'kan pernikahan ayahmu, bagaimana kalau kita mendekorasi kamarnya?" usul Mark memakan keripik kentang rasa balado.
"Ide bagus. Setidaknya kita bisa memberikan hadiah untuk mereka." Jeno tanpa pikir panjang menyetujui usulan Mark.
Jaemin mendengus. Apa karena bermarga Lee mereka punya pemikiran yang sama? Batin Jaemin kesal.
"Jaemin, bagaimana?" tanya Jeno lembut.
"Tapi untuk apa mendekorasi kamar? Memangnya nanti akan dipajang di hari pernikahan?" Jaemin sebal.
Sedangkan Jeno dan Mark saling berpandangan mendengar penuturan Jaemin.
"Ya bukan seperti itu. Aduh bagaimana ya menjelaskannya?" Mark kebingungan membuat Jaemin mengerti. Ia harus memutar otak mencari kata yang pas agar Jaemin dapat memahaminya. Ia menatap Jeno seakan meminta bantuannya.