Bantal yang empuk mendarat di wajahku.
Aku terjatuh karena tidak seimbang.
"Akh.."
"SIAPA KAU?! KENAPA KAU ADA DI RUMAHKU!!"
Aku berusaha untuk berdiri tetapi Jimin melempariku bantal lagi, sehingga aku kembali jatuh.
"JAWAB!!"
Wajah Jimin merah.
Tangannya sudah siap untuk kembali melempar bantal.
"Aku datang untuk menemui Park Jimin" kataku.
Bantal yang ada di tangan Jimin terjatuh.
"O-oh.." ia terlihat malu.
Tetapi aku lebih malu lagi.
Kami sudah pacaran beberapa bulan, bagaimana pun juga aku tidak pernah melihat Jimin tanpa baju.
Aku sangat kaget ketika melihat otot tangan Jimin.
Ia jarang sekali memakai pakaian yang mengekspos kulitnya.
"Jimin sedang tidak ada.." katanya.
Aku menatapnya lalu bertanya dengan pelan.
"M-maaf, aku tidak pernah bertemu dengan mu, kau alter ego yang mana?"
Jimin melangkah.
"Aku alter perempuan Jimin, anggap saja aku kakak perempuannya" ia membantu ku berdiri.
"Terima kasih.."
Canggung sekali rasanya.
Aku tidak tahu kalau Jimin mempunyai alter perempuan.
"Em.. jadi.. Jimin.."
"Panggil saja Mimi, memang terdengar lucu tetapi kurasa cocok untukku" katanya sambil merapihkan make up yang tercecer.
Aku menatap punggung Jimin.
Kancing dress nya tidak dapat ditutup karena terlalu kecil, sehingga menampakkan punggung Jimin yang lumayan kekar.
Aku menepuk pipiku pelan.
Yebin, sejak kapan kau menjadi mesum?
"Ah, Mimi, aku minta maaf karena masuk tanpa izin"
"Tidak apa, aku tidak keberatan, sepertinya ada yang lupa mengunci pintu"
Jimin menoleh.
Ia menatapi wajahku untuk sesaat.
Aku belum terbiasa dengan tatapan Jimin.
"Kau yang bernama Yebin itu?"
"Iya.."
"Hm.." Jimin- salah.
Mimi menatapku dengan seksama.
Pandangannya jatuh ke dada ku.
Aku menutupnya dengan kedua tanganku.
"Biasa saja tuh"
M-memang biasa saja sih, tapi haruskah dia bicara di depan mukaku seperti itu.
Aku tidak pernah merasa sesakit ini karena Jimin.
"Jadi kau sudah tahu Jimin mengidap penyakit DID (Dissociative Identity Disorder)?"
"Ya.. Aku baru mengetahuinya belum lama ini.."
"Lalu kenapa kau tidak menghindarinya?" Mimi bertanya dengan muka datar.
Benar juga, kenapa aku tidak pergi darinya?
Aku mencintai Jimin, tentu saja.
Sejujurnya tidak ada satu pun orang yang ingin mempunyai pasangan dengan gangguan mental.
Benar kan?
Tetapi bukan berarti aku harus meninggalkannya.
"Kenapa aku harus menghindarinya?"
"Kau tidak takut?"
"Takut? Akan apa?"
"Tidak semua alter mempunyai sifat sepertiku, yang menerimamu dengan mudah, dan itu menempatkanmu di posisi yang berbahaya"
Saat itu aku langsung terpikir alter pertama yang kutemui.
Aku tidak tahu harus memanggilnya apa.
Tetapi terlihat jelas bahwa dia sangat membenciku.
Aku merasa bahwa ia dapat membunuhku kapan pun.
"Aku baru bertemu 3 alter, termasuk kau, salah satunya sangat membenciku.."
"Apa itu J?"
"J?"
"Itu panggilannya, ia memilih panggilan yang gampang karena hanya satu huruf"
Aku sedang berbicara dengan Jimin, tetapi rasanya beda sekali.
Caranya berbicara sangat lembut dan anggun, dan suaranya sedikit lebih tinggi.
"Aku ingin bertanya, mungkin sedikit lancang tetapi.. alter Jimin sebenarnya ada berapa?"
Mimi tertawa kecil.
Manis.
"Kenapa kau bertanya dengan takut seperti itu? Kemarilah, duduk di sampingku" ia menepuk ranjangnya, lalu aku duduk disamping Mimi.
"Kau akan tahu nanti, yang pasti tidak sebanyak yang kau pikirkan"
Aku pernah menonton film tentang penulis buku yang mempunyai penyakit DID, ia mempunyai 92 alter. Kondisi ini memang langka, 92 bukanlah angka yang sedikit.
Maka dari itu aku menebak Jimin setidaknya mempunyai belasan alter.
Mimi melirik tas ku yang sedikit terbuka.
"Itu apa?" tanya Mimi.
"Hm?"
Mimi menunjuk cookies yang ada ditas ku.
"Oh, kau mau?" tanyaku.
Sebenarnya ini untuk Jimin, tetapi mau alter mana pun yang mengambil alih mereka tetap lah Jimin.
Mata Mimi membesar ketika memakannya.
"Enak? Aku membuatnya bersama adik-adikku"
"Adik? Kau punya adik?"
"Ada dua, laki-laki semua, aku satu-satunya anak perempuan di keluargaku"
"Berarti kau sama sepertiku, aku juga satu-satunya alter perempuan"
Aku melirik Mimi.
Aku selalu merasa terasingkan di keluargaku, aku tidak mempunyai teman yang dapat mengertiku.
Dan terlihat jelas bahwa Mimi merasa yang sama denganku.
Ia terlihat kesepian.
Aku memberanikan diri untuk bertanya.
"Mau jadi temanku?"
Yaampun kangen banget sama dunia oren ini😅
Kalian jaga kesehatan yaa
KAMU SEDANG MEMBACA
filter • pjm
FanfictionPark Jimin memiliki suatu gangguan kejiwaan yaitu kepribadian ganda, hal ini membuat Jimin sulit untuk hidup normal karena alter ego nya yang kerap muncul. "what kind of me do you want?" ⚠️SENSITIVE CONTENT⚠️