Chapter 1 : Ketua OSIS Terhormat

39 6 7
                                    

Jemarinya tak lantas berhenti menari dari atas keyboard. Sorot matanya tajam melirik sana sini. Lila menghembuskan napas lelah, menjadi sekretaris OSIS dengan masa jabatan tak lebih tiga bulan sudah membuat kepalanya senantiasa berdenyut nyeri. Tak hanya masalah proposal dan berbagai macam berkas yang harus ia rampungkan, menjadi pionir kedisiplinan anggota lain pun turut serta menjadi tanggung jawabnya.

Rapat kali ini bukanlah yang terpenting, tapi Lila sangat muak dengan namanya keterlambatan.

"Tunggu lima menit lagi," Alfi berujar tanpa perlu melihat Lila. Fokusnya masih pada rangkuman rumus matematika di hadapannya, menyanding jabatan sebagai wakil ketua OSIS tak melunturkan predikat berprestasi dari cowok itu. Tahun kedua menjadi teman sekelas Alfi, Lila sangat memuji kejeniusan cowok dengan satu cekungan dalam di pipi sebelah kanan.

Lila melirik tepat pada pintu yang terbuka. Memunculkan para anggotanya yang lain, Arif dengan kacamata tebalnya, Wati dengan buku besar merah untuk menampung catatan keuangan OSIS, Kerren tak lupa membawa serta pena dengan hiasan bulu diujungnya; kini berwarna merah muda mencolok, dan Dio, cowok itu menggaruk belakang kepalanya saat bersitatap dengan Lila.

Wati menarik bangku menghadap Lila, menunjukkan kedua bola mata yang mulai berair, "jangan marah ya Lil, kita udah berusaha se-ontime mungkin." Lila tak tahan dengan ini.

Brakk

Pintu ruangan terbuka lebar, diiringi hantaman nyaring, yang membuat enam kepala secara bersamaan menoleh. Afdan, pelakunya. Ia memberi cengiran lebar sembari mengelus pintu kayu tersebut, ia tidak bermaksud menggebraknya tadi, hanya tenaganya saja yang terlalu berlebihan ia keluarkan.

"Gimana?" dengan santai dan gaya selengekan khasnya, Afdan tanpa merasa bersalah duduk manis di singgah sananya. Mari perkenalkan ketua Osis SMA Nusa periode ini. Afdan Mahatama. Semua memekik heran saat namanya terpanggil menjadi perolehan tertinggi saat pemilihan. Tak ada yang menyangka. Tersangkanya pun tidak menyangka. Terlihat dari pidato sambutan yang ia ambil dari google dan tak lupa ia membawa sontekan keatas podium. Semua orang tahu itu, dan maklum. Sebuah berita mengatakan, Ayahnya menjadi salah satu jejeran penting dalam Komite Sekolah, banyak yang menyangkutpautkannya dengan terpilihnya Afdan menjadi Ketua OSIS.

"Bisa lo lebih telat lagi?" sindir Lila melihat kelakuan Afdan yang memutar-mutar kursi yang didudukinya. Hanya itu kursi terbaik di ruangan ini, dan hanya dimiliki oleh seorang Afdan.

"Bisa." Jawabnya. "Bahkan gue bisa nggak dateng sekalian," Lila memberi tatapan penuh ancaman. Berulangkali ia maklum dengan tabiat Afdan, dan jangan sampai cowok itu semakin memancing emosinya lebih jauh lagi.

"Rapat bersama anak MPK dilaksanakan sepulang sekolah nanti. Gue harap kalian punya jawaban terbaik saat mereka mulai mendesak nanti," ujar Lila dengan tegasnya. Kemudian ia menyalakan tombol power pada print out yang berada tepat disamping kanannya.

"Rapat lagi?" Kerren mulai menampilkan muka melasnya, tak jauh beda dengan Wati, ia banyak mengeluh, "kenapa kita sering banget eval sama anak MPK sih Lil! Dulu aja cuma kalau habis ada event. Mereka tuh Lil, cuma mau nyari-nyari kesalahan kita aja. Percaya sama gue."

Lila menaikkan alisnya, ia turut membenarkan apa yang dikatankan gadis manja seperti Kerren, sejak awal masuk OSIS, Lila bertanya-tanya, faktor apa yang menyebabkan tipe cewek seperti Kerren mau susah-susah menjadi pengabdi sekolah, "tanya aja sama ketua lo." Lila melirik Afdan. Ia mengambil kertas buffalo yang baru keluar dari print out, membentuknya menjadi papan segitiga yang bisa berdiri diatas meja. Ia tempatkan tepat di hadapan Afdan, KETUA OSIS TERHORMAT, tak lupa kapital dan bold-nya. Afdan mengamati rangkaian huruf yang tertulis disana, melirik pada Lila kemudian ke teman-temannya yang tengah menahan tawa.

Ketua OSIS TerhormatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang