Afdan menyipitkan mata. Yang berada di depan sana adalah ring basket. Lapangan basket kecil yang dibangun sejak ia SD, dimana ia mengumumkan bahwa tertarik dengan olahraga yang satu itu. Papanya dengan senang hati mendesainkan lapangan basket untuk anak sulungnya itu, tidak jauh, hanya dua puluh langkah dari rumah tempatnya.
Bola orenye besar akan segera meluncur dari tangannya. Pertama kali ia bisa memasukkan sebuah bola ke dalam ring, ia berbangga hati dan menyebut dirinya jenius. Namun setelah ia masuk SMP dan bertemu dengan aljabar, ternyata kejeniusan diperkirakan dari kemampuan seseorang untuk meramu angka.
Wuusshh. Tepat sasaran. Afdan tersenyum menang karena sekali lagi ia berhasil.
"Three points." Gadis dengan celana berbahan jeans perpotongan diatas lutut. Dan kaus putih bertuliskan Candy. Ia mendudukkan diri diatas dedaunan kecil yang berserakan, disusul juga oleh Afdan. "Keren banget sepupu."
"Terima kasih sepupu." Balas Afdan, kemudian mereka saling bertukar tawa. Kara mengansurkan satu kotak susu berperisa pisang untuk Afdan. Dan satu untuknya.
Afdan mengarahkan susu kotak yang ia terima pada Kara untuk ditusuk sedotan, kemudian ia melakukan hal sama pada susu kotak kepunyaan Kara. "Rasa pisang terus."
Kara menyeruputnya sampai tersisa setengah. "Ini yang paling gue suka." Afdan tidak akan lupa perkara itu. Susu berperisa pisang satu-satunya yang menjadi favorit Kara. Ingat betul ia dulu berkeliling sampai enam minimarket untuk mencari susu tersebut saat Kara terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Hanya itu yang gadis itu suka. Bermodal rasa sayang, Afdan rela berkeliling mencari apa yang Kara mau.
Afdan memutar kemasan susu ditangannya, mengamati dengan seksama. Kara menyukai semua susu rasa pisang, tidak tertuju pada satu merk saja. "Nanti gue buat inovasi baru. Rasa apel."
Kara mengalunkan suaranya menjadi sebuah lantunan tawa kecil. Ia sampai harus berdehem berulang kali untuk membersihkan tenggorokannya. "Ide berlian ketua OSIS terhormat." Kara tertawa kembali setelah mengatakan hal demikian.
Afdan mendengus kemudian menggeleng pelan. Ia menoleh kepada Kara, "lo suka panggilan baru gue?"
Kara tiada henti meledakkan tawa. "Gue nggak habis pikir, bisa-bisanya si jaguar punya julukan baru buat lo. Tuh anak benci banget ya sama lo Dan." Bukan Jaguar binatang atau bahkan merk sebuah mobil. Kara tidak memiliki hubungan cukup baik dengan Lila, hari-harinya bertemu Lila selalu diisi dengan adu argumen. Afdan tahu itu. Alibi Kara, terlalu lucu kalau ia memanggil Lila dengan sebutan macam atau singa. Jaguar mewakili semua kejudesan dan kegalakan Lila.
"Dia terlalu mengagumi gue. Tapi nggak tau cara tepat buat ngungkapinnya."
"Dan! Bisa nggak lo jangan bercanda. Serius." Kara berkacak pinggang, berlagak cosplay menjadi seorang Lila. Afdan menanggapinya dengan senyum yang tak pernah luntur.
Afdan menandaskan susu miliknya. Meremas kemasannya, kemudian ia lempar ke dalam tong sampah. "Masuk!" ujarnya bersemangat. Afdan bangkit kemudian mengajak Kara bermain bersama. "Main yuk Kar." Mendapati gadis itu yang menggeleng kuat-kuat, ia berdecih. "nggak asik lo."
"Nanti gue nginep di rumah lo ya," Kara berseru keras. Memastikan telinga Afdan bisa mendengarnya dengan jelas. Afdan kembali berlari, memasukkan kembali bola oranye itu beberapa kali dengan bergaya.
"Tante kemana?"
"Reuni." Sedari kecil, Kara sering dititipkan pada bundanya Afdan jika Mamanya pergi. Bukan sekali dua kali ia menginap di rumah Afdan bahkan sampai sebesar sekarang. Mereka akan bertukar cerita tentang hari-hari yang mereka lalui. Bagi keduanya, mereka saling memiliki arti yang sama. Sepupu yang berkamuflase menjadi seorang sahabat. "Mama lagi seneng-senengnya ketemu sama temen-temennya." Kara menghela nafas. "Apapun yang Mama suka, gua bakal dukung sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua OSIS Terhormat
Teen FictionBACA DULU KALI. Kalau suka, tinggal tambahin ke library. Kalau udah baca, tinggalin vote & komen kalian ya. Mau follow penulisnya? boleh banget hehehe Lila sangat menghormati posisinya saat ini. Menjadi Sekretaris OSIS SMA Nusa tidaklah mudah. Apal...