Chapter - 1. Finally He Realized

880 74 28
                                    

Cerita ini diikutsertakan dengan team WWAcademy

HAPPY READING 📖

-------------------------------------

Tarikan di rambutnya semakin kuat. Ia menggigit bibir sembari menahan tangis. Bagaimanapun, ia tak mau terlihat lemah walau fisik dan hatinya sudah terluka.

"Listen, sampai kau mencium kakiku. Aku tidak berniat untuk membuka hati apalagi mencintaimu. Aku hanya mencintai Christine, bukan kau!" Ia tidak menangis karena kekerasan fisik. Ia menangis karena kata-kata itu terlontar dari bibir itu. Ia ingin sekali mengucapkan sepatah kata yang meluluhkan hati keras suaminya agar mencintainya dengan tulus. "Christine benar. Kau tamak! Kau menginginkan semua orang mencintaimu tapi tidak mengizinkan siapa pun untuk mencintai adikmu! Shit! Aku tidak akan termakan rayuanmu. Aku sudah muak melihat kelakuanmu!"

Ia mengerjapkan mata bersamaan bulir-bulir yang mengaliri permukaan kulitnya. Ia menghunuskan tatapan pada sosok itu, menatap begitu dalam dengan mata melengkung ke bawah.

"Aku menyerah. Kau berhak mengajukan surat perceraian dan kembali bersamanya. Aku tidak akan mengganggu kalian. Kalian benar. Aku memang tamak. Aku ingin kau mencintaiku karena aku tulus mencintaimu. Aku egois."

"Kau memang egois! Pantas adikmu selalu berada di kuasamu! Kau memperlakukannya bak anjing yang kau pelihara! Jujur, aku membencimu, Angel! Kebencianku ingin membunuhmu!" Bersamaan dengan rahang yang ditekan kuat, tarikan di rambutnya semakin terasa. Ia ingin mati. Ia ingin menulikan telinga dan berharap kebencian itu akan musnah. Ia tidak mau merasakan kebencian-kebencian itu terlalu dalam.

Isakan akhirnya lolos. Bibirnya bergetar dan bergumam, "Maaf."

"No sorry for you, bitch!" Dilepasnya genggaman dan cengkraman dari tubuh Angel. Pria itu melangkah cepat ke ranjang, mengambil map cokelat di laci yang berada di lemari baju lalu memberikannya pada Angel.

"Tanda tangani dan pergilah dari hidupku. Biarkan aku dan Christine bahagia tanpamu."

Hancur. Ia benar-benar tak ada kesempatan untuk memperbaiki hubungannya. Tidak akan ada lagi kisah yang semula terjadi dari kesalahan. Keputusan pun telah ia putuskan. Ia tidak ingin mengganggu mereka. Biarkan kebenaran-kebenaran yang belum terungkap, terkuak dengan sendirinya. Ia akan pergi namun tidak akan berhenti mencintai Grisster Clark, suaminya.

Diambil map cokelat beserta bolpoin lalu dibuka isinya. Tak berlama-lama, ia pun membubuhkan tanda tangannya. Tak ingin banyak berpikir karena ia takut ia tidak bisa memberikan mereka kebahagiaan. Ia egois dan ia tidak seharusnya memisahkan mereka. Tak seharusnya ia mengotori hidup mereka dengan kehadirannya. Semua ini memang salah sejak awal.

"Kalau kau membutuhkanku, aku akan datang." Ia memberikan map cokelat itu lalu menunduk. Griss mengambilnya kemudian pergi begitu saja, membiarkan ia meresapi kepahitan yang berlangsung, tak ingin berlalu.

Kepergian Griss, ia terduduk di lantai dengan isakan kencang. Ia tidak mau berpisah. Seandainya ia lebih berani untuk mengucapkan sesuatu, pasti pernikahan ini masih bertahan. Sayang, ia tidak mau lagi menghancurkan mereka.

***

Griss tersenyum menaiki anak tangga di rumah Christine. Ia tak sabar menunjukkan map yang ia bawa agar senyum merekah Christine kembali tampak. Berjarak beberapa meter dari kamar Christine, langkahnya terhenti. Ada suara lain dari bilik itu namun ia tak ingin mengambil kesimpulan aneh.

Ia membuka pintu kamar lalu mengerutkan dahi.

"Chris?" Matanya tampak menebak-nebak siapakah sosok yang bersama Christine. Mereka berdua duduk berhadapan dengan tangan yang bergenggaman.

No Reason Why ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang