Aku membuka mata ketika atmosfer hangat merambat ke jaringan kulit tipis di wajahku. Mataku mengerjap karena bertabrakan langsung dengan sinar matahari yang begitu terang. Refleks tanganku menutup indera penglihatan untuk beberapa saat. Silau. Ketika merasakan sensasi menggelitik di pinggiran telinga, aku pun sadar akan sesuatu.
"Di mana ini?"
Kalimat itu meluncur begitu saja dari mulutku yang kering. Melihat dunia asing yang begitu luas. Tanganku meraba rerumputan di sebelah tubuhku. Tebal, hangat dan cukup kering, seperti rumput ilalang tapi yang ini versi lebih kecil. Aku kembali memandang sekelilingnya setelah berdiri.
Apa aku sedang bermimpi? Di mana aku sekarang?
Aku mencubit pipiku lalu menamparnya sampai terasa sakit. "Ini sungguhan?!"
Langit biru gelap dengan serta awan kemerahan sebagian bersama dengan bola bercahaya yang kuyakini adalah matahari. Sejauh mata memandang, aku hanya melihat hutan dan bentang rerumputan berwarna seragam.
"Di mana aku sebenarnya?"
Mataku memicing ketika melihat dari kejauhan sesosok bergerak menuju ke arahku sekarang. Aku menatapnya tanpa berkedip ketika rupa sosok itu mulai membuatku merasa tak asing.
"Tunggu, tunggu jangan bergerak!"
Dia melambaikan tangannya ketika melihatku mundur beberapa langkah karena ragu. Pelan-pelan aku mengenalnya dengan baik. Sekilas.
"Hani?"
"Selamat datang penyelamat!" sambutnya dengan penuh kegembiraan. Aku malah kebingungam sampai menatap penampilannya yang aneh. Rambut hitam panjangnya dikepang dua seadanya tapi menarik. Baju kulit kecokelatan dan sepatu bot selutut serta sarung belati di pinggang. Jangan lupa sarung tangan yang sepertinya kokoh di kedua tangannya.
"Kau bukan Hani?" Aku bertanya sekali lagi karena pertanyaanku yang pertama diabaikan. Dia tersenyum tak henti-henti dengan napas ngos-ngosan.
"Seperti yang kau lihat," jawabnya cepat.
"Apa? Kau bukan Hani lalu siapa kau?" Aku serasa dipermainkan.
"Tidak penting kau mau meyakinkan dirimu sendiri tentang identitasku. Saat ini kau sangat dibutuhkan untuk itu aku membawamu ke sini."
"Hah, apa maksudmu?"
Sungguh aku bahkan mulai dilanda pusing ketika dia bicara panjang lebar seperti itu.
"Baiklah panggil saja aku Hani. Aku tidak masalah. Tapi kau mau kan membantuku?"
"Apa lagi? Bukannya kau yang membawaku ke tempat aneh ini? Sekarang aku ingin pulang!"
Hani merenggut sambil menyilangkan tangannya di depan wajahku.
"Aku sudah membawamu jauh-jauh dengan usahaku sendiri. Bahkan aku harus masuk ke dalam dunia membosankan milikmu."
Aku mulai kesal dengan gaya bicaranya. "Aku tidak peduli, bawa aku pergi dari sini!"
Hani menggelengkan kepala beberapa kali tanda menolak permintaanku. "Tidak akan sebelum kau menyelsaikan tugasmu dengan baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE AENOM SAGA : Born Shine ✔
Fantasy🎖: Top 7 Writora 2022 "Get Your Prompt" © KANG ZEE present • (#) BOY'S IN THE NIGHTMARE • THE AENOM SAGA: BORN SHINE • THE 4TH FULL NOVEL '2022' • Fantasy, Action • Completed Elion masih belum sepenuhnya menerima keadaan yang membingungkan ini...