Cairan hitam itu akhirnya menyusut dengan cukup cepat. Kami semua hampir melihat bagaimana lautan cairan hitam dengan bau asam menyengat itu perlahan lenyap. Seolah cairan itu sudah diperintahkan untuk segera masuk kembali pada celah-celah batu dan lingkaran air mancur.
"Apa sudah berakhir?" tanya Hani.
"Sepertinya begitu," jawabku sambil menatap ke arah tubuh Reo yang hanya tersisa pakaiannya saja yang sebagian rusak. Cairan itu seperti menyesap setiap inci organ hidup di dalam tubuh dengan waktu singkat.
"Reo, maafkan kami," kata Ella lirih. Dia pasti lebih kehilangan dariku. Air matanya mulai kering di pipi.
"Kita harus melanjutkan langkah kita selanjutnya," kata Leiden dengan nada tegar.
Cairan itu benar-benar sudah lenyap dari lantai. Kami semua turun dengan hati-hati. Melewati sebujur tubuh kempes Reo yang mengenaskan. Belum kami keluar dari jalan sebelumnya masuk. Sebuah suara yang entah dari mana tapi begitu menggema, membuat langkah kami terhenti.
"Selamat datang! Para ksatria yang tersisa!"
Aku menoleh ke arah Hani lalu Leiden yang tiba-tiba bergumam, "Itu adalah suara Raja Neros."
"Dia berada di mana sekarang?" Aku bertanya sambil memperhatikan keadaan di luar dari jendela.
Tidak ada salah satu di antara kami yang berani keluar. Lebih tepatnya kami mengira ini mungkin akan menjadi jebakan, aku pikir begitu. Terlebih keberadaan Raja Neros tidak terlihat oleh penglihatan siapa pun dari kami.
"Dia bersembunyi di suatu tempat," kata Leiden memperhatikan setiap anggotan dari tim ini yang tersisa, lalu melanjutkan ucapannya, "Kalian persiapkan diri. Kita akan segera keluar dan menghadapi Raja Neros."
"Bukannya kita masih harus melewati beberapa pintu lagi?"
Aku masih ingat sekitar ada tujuh pintu yang harus kami semua lalui dan bertemu dengan Raja Neros di kerjaannya yang jauh itu dari Aenom.
"Mungkin kita lebih beruntung sekarang," jawab Leiden. Dia menarik pegangan tombaknya menjadi lebih panjang. Aku baru melihat senjata itu.
Aku lihat yang lainnya juga bersiap-siap. Sementara aku hanya memiliki tangan kosong. Hani menatapku seolah memberi pengertian dalam tatapannya itu.
"Kalian pasti terkejut dengan ini bukan? Aku menyambut kedatangan kalian dengan penuh sukacita!"
Suara Raja Neros mulai kembali menggema. Aku memasang baik-baik pendengaranku dan menebak-nebak di mana Raja Neros berada sekarang.
"Ayo bergerak!" Leiden memimpin lebih dulu keluar dari ruangan. Lalu Ella dan Anna yang masing-masing percaya diri dengan senjata di tangannya.
"Kau siap Elion?" Hani mengulurkan tangannya padaku. Butuh beberapa detik untukku mengerti situasi seperti ini. "Kita tidak akan mati sia-sia," lanjutnya.
Aku menyambut uluran tangannya dengan senyum tipis.
"Kita pasti akan kembali membawa kemenangan," kataku.
Kami berdua keluar menyusul yang lainnya. Lapangan itu kembali bersih seperti semula meski ada sedikit sisa cairan hitam di beberapa tempat. Suara Raja Neros lenyap untuk beberapa saat setelah kami semua keluar.
Aku bisa menatap langit yang berubah mendung. Sebuah asap tiba-tiba muncul di sela-sela lubang jendela yang terbuka. Anehnya asap itu seolah telah diatur untuk bergerak memuat di seberang lingkaran pancuran hingga membentuk tabung berbutar setinggi enam meteran. Bukan hanya itu, makhluk Dark soul bermunculan dan ikut serta mendekati tabung asap yang mulai memenuhi udara serta penglihatan sekitar.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE AENOM SAGA : Born Shine ✔
Fantasy🎖: Top 7 Writora 2022 "Get Your Prompt" © KANG ZEE present • (#) BOY'S IN THE NIGHTMARE • THE AENOM SAGA: BORN SHINE • THE 4TH FULL NOVEL '2022' • Fantasy, Action • Completed Elion masih belum sepenuhnya menerima keadaan yang membingungkan ini...