5

7.5K 1.2K 130
                                    


Sabtu sore, setelah pulang dari kantor sejak siang tadi, Revan meluangkan seluruh waktunya untuk Dimas dan Azka. Menemani mereka bermain, mendengarkan apa pun yang mereka ceritakan. Bahkan, satu jam yang lalu Azka dan Dimas merengek pada Revan agar membawanya ke minimarket di sekitar rumah mereka untuk membeli coklat di dalam sebuah telur mainan. Dimas bilang persediaan makanan mereka yang satu itu sudah habis, jadi dia memaksa Revan untuk membelikannya karena Dimas tahu kalau dia meminta pada Ibunya maka jawabannya adalah tidak.

Azka sendiri tidak terlalu peduli dengan coklat itu. Asalkan pergi ke luar rumah, mau kemana pun itu Azka pasti menyukainya. Azka memang tidak bisa bermain sebebas dulu lagi ketika dia tinggal di panti.

Di panti, ada banyak tempat yang bisa Azka datangi untuk bermain. Ada banyak orang juga yang dengan senang hati mau bermain dengannya. Dan sekarang, di rumah yang baru baginya itu, Azka merasa cepat sekali bosan. Semua pintu tertutup rapat, dia hanya mendatangi satu ruangan demi ruangan yang membuatnya merasa jenuh. Belum lagi jika Dimas sekolah dia hanya akan bermain dengan Ibunya yang sedikit-sedikit mengomel. Padahal, Azka hanya hanya membuka pintu kulkas dan membiarkannya terbuka karena dia sedang duduk di depan kulkas itu.

Azka menyukainya, sungguh.

Dan tentu saja, Revan akan menuruti semua permintaan anak-anaknya. Tidak peduli Calista sudah terlalu sering memperingatinya, dari mulai menasehati sampai mengomeli Revan, tapi suaminya itu tetap saja memanjakan anak-anak mereka.

Revan bilang, itu karena dia menyayangi Dimas dan Azka. Lagi pula, dia bekerja dan mencari uang demi membahagiakan mereka semua, jadi apa salahnya kalau dia mengambulkan apa yang mereka inginkan. Termasuk Calista. Tapi sayangnya, istrinya yang cerewet itu selalu aja mengatakan Revan terlalu senang memhambur-hamburkan uangnya.

"Yang," tegur Revan setelah dia masuk ke dalam kamar.

Calista sedang membongkar isi lemarinya, memilih pakaian yang masih bagus tapi tidak pernah lagi dia pakai untuk diberikan pada anak perempuan Bu Salma. Kemarin Calista dan Bu Salma mengobrol, ternyata Bu Salma mempunyai anak perempuan yang masih kuliah. Calista juga mendengar kisah hidup Bu Salma yang membanting tulang demi bisa membuat anak-anaknya sukses dan mempunyai pendidikan yang tinggi. Padahal Bu Salma adalah seorang janda.

Maka itu, setelah meminta izin pada Bu Salma, Calista ingin memberikan beberapa pakaiannya untuk anak Bu Salma.

"Kamu ngapain?" tanya Revan dengan dahi berkerut.

Calista menoleh padanya, dia sedang berdiri di atas bangku agar bisa memeriksa lemari bagian atas. "Lagi milihin baju-baju aku yang udah nggak pernah aku pakai lagi, Van, mau aku kasih ke anaknya Bu Salma."

Saat Calista memutar tubuhnya, Revan bergegas menghampirinya, mengulurkan satu tangan untuk membantu Calista turun dari bangku itu. Calista menyeka dahinya yang sedikit berkeringat.

"Boleh, kan?" tanya Calista.

"Hm?" balas Revan tidak mengerti.

"Aku kasih baju-baju aku ke anaknya Bu Salma."

"Terserah kamu."

Lalu Revan beranjak dari sana, mengambil ponselnya dari atas nakas, berbaring di atas tempat tidur sementara Calista melanjutkan pekerjaannya. Kali ini, dia duduk bersila di atas lantai, melipat sekitar dua puluh pakaian yang berhasil dia keluarkan dari dalam lemari. "Anak-anak lagi ngapain?" tanya Calista.

"Nonton kartun."

"Udah mandi?"

"Udah."

Married LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang