Hari ini Bima akan melangsungkan acara lamaran di rumah calon istrinya. Ya, calon istri yang baru saja diketahui oleh seluruh keluarga dua minggu lalu. Selama ini Bima tidak pernah terlihat berkencan atau memiliki kekasih. Sang putra bungsu itu hanya terlihat sibuk dengan pekerjaannya, sekalinya weekend dia akan berada di rumah untuk bermain bersama keponakannya, atau pergi berlibur dengan Akbar maupun beberapa teman dekatnya.
Dan dua minggu lalu, Kila menelefon Calista, memberitahu mengenai Bima yang akan melamar kekasihnya. Siapa yang tidak terkejut mendengarnya. Saat itu sudah pukul delapan malam, tapi Calista memaksa Revan untuk mengantarkannya ke rumah mertuanya. Padahal, Revan yang statusnya sebagai saudara Bima saja tidak seterkejut Calista.
Saat mendengar berita itu, Revan hanya meresponnya dengan kalimat Oh, ya? Kapan lamarannya? Seolah-olah apa yang Calista beritahu sama sekali tidak membuatnya terkejut. Calista sempat mengomeli Revan yang tidak mau pergi ke rumah orangtuanya karena saat itu memang sudah malam dan Revan malas keluar rumah.
Tapi, begitu mendengar Calista ingin pergi sendiri dan menitipkan anak-anak padanya, suaminya itu langsung berdecak kesal, mengomel sebentar lalu bergegas mengambil kunci mobil.
Begitu sampai di rumah keluarga Revan, Calista langsung memberondongi Bima dengan rentetan pertanyaan yang membuat Bima terkekeh geli. Calista sempat merasa kesal karena selama ini Bima merahasiakan kekasihnya dari mereka semua, tapi ketika Bima memerlihatkan foto kekasihnya, Calista langsung bersorak heboh bersama Kila karena kekasih Bima benar-benar terlihat cantik.
Dan hari ini, hari di mana Bima akan melangsungkan acara lamaran, Revan malah izin pergi ke kantor pagi-pagi sekali untuk mengurus pekerjaan yang tidak bisa ditunda. Pukul tujuh pagi Calista sudah mengomeli suaminya itu walaupun tetap mengantarkan Revan sampai ke pintu rumah.
"Pakaian kamu aku bawa ke rumah Mama. Aku nggak mau tahu, ya, Yang, jam sepuluh nanti kamu udah harus sampai di rumah Mama." Omel Calista sambil membantu Revan memakai jasnya di sepanjang jalan menuju ke luar rumah.
"Iya, Yang... kerjaannya juga nggak banyak kok."
"Tahu gitu mendingan aku tidur di rumah Mama tadi malam."
Revan hanya mencebik malas. Memang kemarin Mamanya mengusulkan kalau sebaiknya mereka menginap saja di sana agar lebih memudahkan Calista menyiapkan anak-anak. Tapi, seperti biasanya, Revan Anggara ini tidak terlalu senang berada di luar rumahnya terlalu lama. Dia jauh merasa nyaman berada di rumah bersama keluarga kecilnya. Bahkan ke rumah orangtuanya sekalipun.
"Ya udah, aku pergi dulu, ya," Revan mengecup dahi Calista. "nanti minta Akbar jemput kamu sama anak-anak, jangan nyetir sendiri."
Calista mencebik manja. "Aku bisa nyetir sendiri, Yang. Ngapain sih minta di jemput Akbar."
"Nggak," bantah Revan tegas. "kamu bawa anak-anak, bahaya. Apa lagi kalau Azka rewel."
Calista mengerucutkan bibirnya kesal. Namun Revan hanya tersenyum tipis kemudian mengecup bibirnya. "Sampai ketemu di rumah Mama."
Mendesah malas karena tidak bisa menang dari Revan, akhirnya Calista mengangguk pasrah.
Hal pertama yang Calista lakukan setelah itu adalah memeriksa anak-anaknya di kamar mereka. Saat dia menemukan keduanya masih tertidur pulas, Calista tersenyum tipis. Dia kembali menutup pintu kamar tanpa mau menimbulkan suara. Biarkan saja mereka tidur, lagi pula mereka akan berangkat pukul sembilan nanti. Lagi pula, semakin lama mereka bangun, maka semakin banyak pula waktu yang Calista miliki untuk bersiap-siap.
![](https://img.wattpad.com/cover/232275292-288-k163398.jpg)