Hermione's POV
Begitu menyedihkan. Pagi ini, aku mendapatkan surat dari orang tua ku. Tidak, lebih tepatnya dari ibu ku. Dia bilang ayah masih tak setuju dengan keputusan ku untuk kembali ke hogwart. Ibu bilang, ayah tidak akan bicara padaku sampai aku kembali lagi ke dunia muggle.
Sungguh, bukan kah itu sesuatu yang menyakitkan ketika orang tua mu tidak menyetujui keinginan mu? Aku sudah berusaha untuk memperbaiki hubungan dengan orang tua ku setelah perang berakhir. Sampai-sampai minggu lalu, aku kembali bertengkar dengan ayah ku karena aku memutuskan untuk kembali ke hogwart. Dia marah besar tentu nya, dan mengancam tidak akan menganggap ku sebagai anak nya.
Ibu bilang, itu tanda kekhawatiran ayah terhadap ku. Aku setuju untuk itu, tapi tidak bisa kah dia percaya bahwa aku akan baik-baik saja disini? Ini bahkan sudah 1 minggu berlalu, tapi dia masih marah pada ku dan tak membalas surat ku.
Aku tidak sedih, aku cenderung kesal. Kesal tak bisa marah pada siapapun, karena disini tidak ada yang salah. Aku hanya ingin ayah berhenti marah padaku dan membalas surat ku secara langsung, tidak melalui ibu.
Aku kini masih menangis melampiaskan kekesalan ku sendiri di salah satu bilik yang berada di kamar mandi itu. Hingga tiba-tiba aku mendengar seseorang datang dari luar, di susul dengan suara tangisan seorang pria.
Siapa itu? Kenapa dia datang ke tempat ini? Apakah dia tidak takut di ganggu oleh moaning myrlte?
"Bloody hell!!
"Arghh!!!"
Apa orang itu baik-baik saja? Kenapa suara nya familiar? Apa yang terjadi dengan nya? Suaranya terdengar sangat berat dan menyedihkan. Aku penasaran dan khawatir dengan orang itu. Membuat ku akhirnya memutuskan untuk melihat langsung siapa dia.
Sambil menghapus air mataku aku memilih untuk keluar dari bilik ini. Tepat saat aku baru keluar, di jendela besar kamar mandi itu terdapat moaning myrtle yang melirik ku sedih, namun sebisa mungkin aku mengabaika nya. Dengan langkah hati-hati dan sangat menimalisir suara, aku berjalan semakin mendekati suara yang seperti nya berada di jejeran wastafle berada.
Dan benar saja. Dari posisi ku sekarang, aku sudah mendapatkan siapa pria yang menagis itu. Si rambut pirang, itu draco malfoy? Apakah benar itu dia? Astaga, apa yang terjadi dengan nya? Kenapa dia bisa sekacau ini?
"M-m-malfoy?"panggil ku untuk memastikan apakah benar pria yang bedara disana adalah malfoy.
Dan benar saja, setelah aku memanggil nya, aku dapat melihat wajah nya, wajah Draco malfoy. Dia terlihat rapuh. Wajahnya basah karena air mata, bahkan dia terlihat tidak bernafas dengan baik. Astaga, dia benar-benar sedang tidak baik-baik saja sekarang.
Setelah dia melihat ku dia kembali menunduk. Tangis nya sedikit tertahan namun tak bisa berhenti. Dia terlihat sangat tidak terkendali. Apa ini, kenapa aku merasa sedih melihat nya? Mengikuti gerakan hati ku, aku pun dengan segera menghampiri nya dan berjongkok di samping nya.
Sedikit ragu, aku memegang pundak nya bermaksud untuk memberikan ketenganan pada nya. Sambil bertanya apakah dia baik-baik saja.
"Malfoy, are you okay?" Tanya ku padanya membuat nya hanya menoleh dan tak menjawab ku.
Bodoh, tentu saja dia sedang tidak baik-baik saja. Dan hebat nya, dia kini kembali menangis seperti saat aku belum menampakan dirinya di hadapan malfoy.
Dia kembali menunduk dalam. Dia sangat terisak, terlihat juga kelelahan. Astaga, benar-benar rapuh. Membuat ku mengingat harry saat sirius meninggalkannya untuk selamanya. Harry juga pernah sama kacau nya seperti ini, tapiii tidak juga. Harry tidak setidak terkendali Malfoy saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
BESIDE YOU | drimione
FantasyCERITA sebelum nya SEPENUH NYA ADALAH MILIK J.k ROWLING, karakter dan alur sebelum nya adalah milik J.K rowling. Saya disini hanya menyalurkan imajinasi saya tentang kisah setelah perang. Terimaksih atas pengertian nya. After the war of hogwart Keg...