04

231 43 3
                                    

Sinar matahari pagi ini, mulai menyilaukan mata. Yang membuatku melenguh dalam tidurku.

Rasa sakit di sekujur tubuhku dan dan rasa sakit area di bawah sana, saat aku mengingat bagaimana perkasanya seorang Oh Sehun melakukan itu padaku malam tadi.

Mata yang mulai terbuka itu, mulai menatap seorang laki-laki yang masih tertidur pulas di sampingku itu, membuatku tersenyum. Lalu beberapa detik, senyum yang tulus itu terganti dengan ketakutan dan kekhawatiran yang begitu besar.

Bukan hal yang tabu, jika di negara ini berpacaran lalu melakukan hal semacam itu akan terlihat biasa. Tapi aku berasal dari negara yang akan di anggap tabu jika melakukan hal semacam itu tanpa mengikat pernikahan.

Mata yang tadinya tertutup, kini kulihat mata sipit itu mulai terbuka dan bibir yang terangkat membentuk kurva saat melihat ku sudah dulu membuka mata.

Tangan kekar itu, kembali memelukku dengan begitu erat.

"Morning my princess" katanya, berbisik pada telingaku.

Hingga bibir yang tadinya mencium leherku, kini mulai melumat bibirku dengan lembut dan menghisapnya di sana.

Aku hanya bisa terdiam, dengan detak jantung yang tidak bisa ku kendalikan.

"Ada apa?" Tanya nya.

Mungkin Sehun juga merasa aku sedikit khawatir tentang ini dan menatapku begitu dalam.

"Jangan mengkhawatirkan apapun, karna kekhawatiran mu tidak akan terjadi,"

"Aku pastikan itu" lanjutnya, yang membuat hatiku sedikit melega saat Sehun berkata demikian.

Lamunan dengan mata lurus ke depan, dan tangan yang terus memutar sendok kecil mengaduk teh hijau di dalam sebuah cangkir kecil di atas meja di hadapanku, membuatku tidak fokus.

Memori yang terus berputar di kepala seperti roll film itu, saat mengingat kejadian malam tadi. Serta pengulangan yang Sehun minta di pagi tadi membuat mataku memanas.

Ada apa denganku?

Bisa selemah ini dan se-serah ini pada Sehun. Ini bukan diriku yang dulu, yang selalu menjaga kehormatan ku. Tapi kenapa sekarang aku seperti gadis murahan yang dengan rayuan, rela menyerahkan tubuhku pada seorang pria yang bukan suamiku?

Sebenarnya ada apa denganku? Apa kebutaan ku akan cinta Sehun membuatku seperti ini?

Cup

Kecupan singkat di pipi kananku, yang membuatku menoleh menatap seseorang yang baru saja mengecup pipiku itu.

Siapa lagi, jika bukan Oh Sehun.

"Ingin aku pesankan makan apa?" Tanyanya, sambil memeluk tubuh ku dari belakang. Serta menenggelamkan kepalanya pada ceruk leherku.

"Terserah kau saja," kataku, mulai melepaskan pelukannya yang membuatnya menatapku.

"Aku ingin mandi" lanjutku, mulai melangkah memasuki kamar mandi tepat di samping kamar kecilku.

Ku lihat, Sehun yang masih menatapku itu ada raut kecewa di dalamnya. Mungkin Sehun merasa aku menolaknya atau bagaimana, aku juga tidak tau itu.

Tapi biarlah, aku ingin menenangkan diriku untuk saat ini.

Di kaca besar di hadapanku ini, aku yang mulai menatap diriku dengan handuk putih yang melilit tubuhku.

Mata yang menatap wajahku itu, kini ku alihkan pada tanda biru keunguan yang menempel di sekitar tubuhku.

Sebuah tanda kepemilikan dari Oh Sehun malam lalu, seketika membuat air mataku jatuh dalam diamku memandang tanda itu.

Kran yang mulai ku putar dan menangis di dalamnya, menangis sekencang-kencangnya. Berpikir bodohnya aku yang sudah bersedia melakukan hal yang tidak seharusnya kami lakukan.

Dan bodohnya aku, saat Sehun yang mulai tersadar dari permintaannya. Namun aku menepisnya dengan mengangguk sebagai persetujuan.

Isakan dalam tangisan, mulai ku keluarkan dengan tangan yang menyentuh dada kiriku. Sesak dan nyeri di waktu bersamaan yang saat ini ku rasakan.

Mimpi buruk yang selalu menggangguku, kembali menguasai pikiranku yang membuatku takut akan takdir yang membuatku jauh dari Oh Sehun.

Walau memang benar, Sehun tidak akan meninggalkanku. Tapi bagaimana dengan takdir?

Jika takdir ingin merebut paksa Sehun dari ku, aku bisa apa selain berpasrah dan pergi meninggalkannya?

Hingga tanpa ku sadari, sebuah ketukan dari luar kamar mandi terus ku hiraukan. Yang membuat Sehun yang berada di luar, mendobrak pintu itu dan terkejut atas keadaan ku yang berjongkok sambil menangis dengan tangan yang mencengkram kuat dada kiriku.

Sehun yang mulai berlari kearahku, mulai memelukku dengan erat.

"Ada apa?" Tanyanya, sambil terus memelukku dengan aku yang terus menangis tersedu-sedu.

"Semuanya akan baik-baik saja, dan aku akan terus di sampingmu" lanjutnya, yang membuatku menatap matanya.

"Aku berjanji padamu, Ayu"

"Sejauh apapun atau seberat apapun rintangan yang  menyulitkan kita, atau apapun yang memisahkan kita. Aku tidak akan pernah melepas genggaman tanganku pada mu" lanjutnya lagi-lagi, yang membuatku mengangguk dalam tangisku.

Walau sedikit membuatku lega, setidaknya Sehun benar-benar mencintaiku dan tidak akan meninggalkan ku.

Kalimat itu, yang menjadi penguat ku hingga saat ini.


To be continued

Dear Mr. Oh ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang