16

169 37 2
                                    

"Morning, duplikat nya Daddy"

Senyum tampan, tangan kekar yang mengelus perut rata ku, serta suara serak khas bangun tidur. Jaehyun tunjukan untuk menyapa janin yang tertanam di rahimku.

"Tidurmu nyenyak?" Tanyanya, pada perut rata ku seakan mengajaknya berbincang. Tentu saja, itu membuatku tersenyum.

Jaehyun tidak berubah sama sekali. Lima tahun yang lalu, Jaehyun juga melakukannya saat aku masih mengandung Peachy. Sekarang, Jaehyun juga melakukannya saat aku mengandung bayinya.

Laki-laki yang begitu manis itu, membuatku terus tersenyum di pagi ini.

Cup

Kecupan singkat, Jaehyun darat kan di perut rata ku dengan senyum tampannya.

"Jangan nakal ya, Mommy mu mudah sakit" katanya lagi, kini Jaehyun mulai menatapku dan mencium bibir ku begitu lembut.

"Masih mual?" Tanyanya, aku menggeleng.

Aku tau, Jaehyun pasti sangat lelah. Saat malam tadi hingga sekarang waktu yang sudah menunjukan pukul tiga pagi ini, Jaehyun selalu menemaniku memuntahkan apapun di dalam perutku.

"Tidur saja, kau pasti lelah"

"Besok kau bekerja" lanjutku, Jaehyun tersenyum dan membelai rambutku.

"Aku tak apa, kau yang harus tidur. Sini" kata Jaehyun, mulai memeluk ku dan menenggelamkan kepalaku di dada bidangnya.

Begitu nyaman.

Pelukan yang sama, saat lima tahun yang lalu dimana aku begitu terpuruk akan keadaanku saat itu.

"Jay, aku khawatir" kataku, Jaehyun masih mengelus kepalaku.

"Apa yang kau khawatirkan?" Tanyanya, begitu lembut.

Sangat lembut.

"Besok"

"Aku khawatir, jika salah satu dari mereka ada laki-laki itu"

"Aku takut dia melihat Peachy dan mengambilnya dari kita"

"Aku benar-benar takut" lanjutku, Kurasakan Jaehyun yang semakin mengeratkan pelukannya padaku.

"Itu tidak akan pernah terjadi, dia tidak akan pernah tau Peachy" kata Jaehyun, mencoba menenangkanku.

"Bagaimana jika besok aku dan Peachy tidak ikut?" Kataku, Jaehyun menatapku.

"Peachy akan marah, aku sudah berjanji padanya" katanya, aku menghela nafas panjang ku dan menoleh menatap wajah Peachy yang tertidur dengan damainya.

"Ayu, ada aku"

"Tidak perlu takut ataupun khawatir, Peachy putriku. Putri kita"

"Dan bukan putrinya" lanjut Jaehyun. Aku mengangguk dan mulai mengeratkan pelukanku padanya.

"Sekarang tidurlah"

Sinar matahari cepat sekali datang, mataku mengerjap dan menoleh dan menemukan Jaehyun maupun Peachy masih terlelap dalam tidurnya.

Aku bangkit dari berbaringku dan menuju kamar mandi, sekedar membersihkan tubuh lalu menyiapkan air mandi untuk Jaehyun dan juga Peachy.

Itu aktivitas ku selama lima tahun belakangan ini.

Setelah membersikan diri dan menyiapkan air mandi, aku mulai keluar kamar mandi dan menemukan Peachy yang sudah terbangun dengan posisi terduduk nya tengah mengganggu tidur ayahnya.

Kulihat tangan Peachy menowel-nowel pipi ayahnya dengan senyum cantik di wajahnya.

"Peachy?" Kata Jaehyun, saat terusik dari tidurnya karena putri mungilnya.

Dear Mr. Oh ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang