10

181 35 3
                                    

"Kau tau, bagaimana aku mengekspresikan wajahku di depan dokter saat dokter itu mengatakan kau hamil dan dia mengira aku ayahnya?"

"Aku seperti orang yang idiot"

Suara Jaehyun seakan bercerita itu,  membuatku mendengar ocehannya namun dengan tatapan kosong ku.

Lidah seakan kelu dan Leher seakan tercekat, sekedar mengucapkan rangkaian kata untuk menjawab semua pertanyaan yang Jaehyun layangkan padaku.

"Jay, aku ingin pulang" kataku, yang membuat Jaehyun sekilas terdiam menatapku lalu mengangguk untuk mengiyakan keinginanku.

Lamanya perjalanan dari klinik, ke rumah kecilku. Sampailah kami di halaman rumah kecilku dan Jaehyun yang selalu tersenyum itu, membuat mataku memanas. Seakan ingin menumpahkan semua air mata yang ku tahan selama di klinik tadi.

"Minum vitamin mu" katanya, yang membuatku tidak tahan untuk menahan lebih lama lagi air mataku yang hampir ingin terjun bebas.

"Masuklah, hawanya semakin dingin" katanya lagi yang ku angguki.

Aku yang mulai berjalan memasuki rumah dan sekilas menoleh menatap Jaehyun yang masih setia menungguku sampai aku masuk kedalam rumah kecilku itu, dengan senyum manis di bibirnya.

Demi Tuhan Jung Jaehyun!

Jangan seperti itu. Perilaku mu yang seperti itu, semakin membuatku semakin merasa bersalah padamu.

Aku yang mulai memasuki rumah dan aku mulai menutup pintu rumah kecilku itu dan ku dengar motor yang Jaehyun kendarai juga terdengar, yang berarti Jaehyun juga sudah pergi.

Air mata yang ku tahan, akhirnya turun tanpa ku minta.

Kalimat dari Jaehyun yang menyatakan bahwa aku sedang hamil itu, terus saja berputar yang membuatku meremas kuat dada kiriku dan ku sentuh perut rata ku dengan jantung yang begitu berdetak kencang.

"Aku hamil?"

Batinku, dengan dada yang terus bergemuruh di dalam sana.

Hingga lampu rumah tiba-tiba menyala, tanpa aku nyalakan. Yang membuatku tersentak kaget saat kulihat laki-laki dengan perawakan tinggi, berdiri di sana menatapku dengan raut khawatirnya.

"Sayang, ada apa?" Tanya nya, mulai berjalan menghampiriku dan memelukku begitu erat.

Sehun yang datang itu, semakin membuat dadaku sesak karena aku yang mengetahui keadaanku sekarang yang sedang mengandung bayinya.

Apa aku harus berbicara padanya?

"Kenapa?"

"Ada apa?" Tanya nya lagi, yang ku jawab gelengan serta pelukan erat yang ku berikan pada tubuh kekar Sehun membuat Sehun semakin khawatir akan diriku.

Lamanya Sehun yang membuatku tenang, hingga kita berada di dalam kamar dengan aku yang menyandar pada dada bidang Sehun masih dengan diamku.

"Kau makan dengan baik kan selama aku pergi?" Tanyanya, yang ku jawab anggukan serta senyuman dariku.

Melihat wajah damai Sehun yang begitu senang karena bertemu denganku, membuatku takut untuk sekedar mengatakan keadaanku padanya.

Aku takut, jika aku mengatakannya, membuat Sehun menjauh dariku. Karena mungkin Sehun juga tidak akan siap untuk menjadi ayah di usianya yang masih muda.

Aku benar-benar takut.

Aku harus bagaimana?

"Se.. Sehun" panggilku, yang membuat Sehun menatap ku begitu dalam seakan-akan menyentuh dalam jiwaku.

"Tidak jadi" kataku, mulai memalingkan wajah yang membuat Sehun mengerutkan dahinya.

"Apa ada sesuatu hal yang kau sembunyikan dariku, Ayu?" Tanyanya.

"Ti.. tidak" jawabku, begitu terbata.

"Sungguh?"

"Tentu saja, Oh Sehun!" Kataku, yang membuatnya tersenyum dan memelukku begitu erat.

"Ingin mendengarkan lagu baruku?" Katanya, yang membuatku mengangguk.

Kulihat Sehun mengeluarkan ponselnya dengan layar touchscreen potretku dengannya, tentu saja aku tersenyum saat melihatnya.

"Dengarkan lah" katanya, dan Sehun mulai mengeplay lagu barunya dan itu yang membuatku tersenyum.

"Kau adalah satu-satunya gadis yang pertama mendengar lagu ini" katanya, sambil mencium dahiku.

Hingga dari luar, kami mendengar seseorang mengetuk pintu yang membuatku maupun Sehun saling tatap.

"Malam-malam begini?" Kata Sehun, yang ku jawab menaikan kedua bahuku.

Aku yang mulai bangkit dari berbaringku untuk melihat siapa yang berkunjung itu, membuatku menoleh menatap Sehun

"Tunggu disini" kataku.

Lalu aku mulai berjalan menuju pintu utama, dan mulai membuka pintu disana. Namun saat aku membuka pintu, kulihat seseorang tak ada di sana.

Dengan kata lain, tak ada siapapun yang berkunjung. Dan itu membuatku menaikan alis ku, seakan bertanya siapa yang begitu iseng malam-malam begini?

Aku yang mencoba memastikan tidak ada orang itu, mulai keluar rumah dan menengok kekanan dan kekiri. Namun tetap saja, tidak ada satupun orang di sana.

Hingga dari belakang, Sehun datang yang membuatku terkejut karena kedatangannya tiba-tiba itu.

"Siapa?" Tanya nya, yang membuatku memegang dadaku karena terkejut kedatangan Sehun yang tiba-tiba itu.

"Kau mengagetiku!" Kataku, yang membuat Sehun tersenyum.

"Kenapa kau jadi kagetan sekali" katanya, sambil mencubit pucuk hidungku dengan senyum menggemaskannya.

"Siapa?" Tanya Sehun lagi, sambil melihat kekanan dan kekiri.

"Tidak tau" jawabku.

Mendengar jawabanku, membuat Sehun mengerutkan dahi sambil kembali menoleh kekanan dan kekiri seakan mencari seseorang yang baru saja mengetuk pintu itu.

"Malam-malam begini iseng?"

"Astaga" kata Sehun, yang mulai kesal itu yang membuatku tersenyum.

"Ayo masuk" ajakku, yang di angguki Sehun sambil memeluk bahuku dan mencium dahiku di sana.

Namun, tanpa kami menyadari. Seseorang memotret kami dari radius jauh.

Seseorang yang nantinya akan menjadi penyebab aku dan Sehun terpisahkan dan mungkin akan saling meninggalkan satu sama lain.

Dan itu tidak bisa kami hindari.

Tidak akan bisa.

To be continued

Dear Mr. Oh ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang