13

158 33 4
                                    

Satu bulan sudah, Sehun tidak ada kabar karena kesibukannya yang sedang melakukan tour luar negeri atas comeback nya kali ini.

Laki-laki yang biasanya akan terus menghubungiku itu dan terus menanyakan keadaanku itu, kini di satu bulan ini tidak ada pesan darinya.

Benar-benar tidak ada.

Rasa cemas menyelimuti hati, saat ku pandang benda pipih yang memperlihatkan potretnya bersamaku di layar touchscreen benda ini membuat rasa rindu semakin kentara kurasakan.

Tentu saja, itu juga membuat bibirku sedikit terangkat.

Walau dengan melihat senyum tampannya, sedikit menghilangkan rasa cemas ini. Namun tetap saja, tidak menghilangkan rasa takut yang menyerang jiwa saat mataku kini mengalihkan pada perut yang kini semakin hari semakin membuncit.

Apa aku harus mengatakannya saat Sehun pulang nanti?

"Disini?"

Suara seseorang, dari arah belakang yang membuatku menoleh untuk menatap seseorang itu.

"Diluar dingin" katanya lagi, sambil menyampirkan jaket nya pada bahuku.

"Dingin Jay, nanti kau sakit" kataku, saat Jaehyun. seseorang yang menyampirkan jaketnya pada bahuku itu, sendiri nya memakai kaos hitam pendeknya.

"Aku lebih menghawatirkan mu" katanya, mulai duduk di sampingku dengan angin malam yang meniup wajah kami.

Angin yang berhembus menyapu wajah kami membuat kami terdiam, menatap sang rembulan di atas sana malam ini.

"Dia sudah tau?" Tanya Jaehyun tiba-tiba, yang membuatku menoleh menatapnya.

Senyum simpul serta gelengan lemah, ku tunjukan sebagai jawaban yang membuat mata Jaehyun membulat serta senyum manis di bibirnya meluntur saat mendapat gelengan dari ku sebagai jawaban atas pertanyaan nya.

"Aku takut" jawabku, mulai menunduk dan tersenyum masam disana.

Kurasa Jaehyun masih memperhatikanku.

"Apa kau bodoh?" Kata Jaehyun, aku mendongak menatapnya.

Menatap matanya yang kental dengan ketajaman.

"Ayu, ini masalah serius"

"Kau sedang mengandung bayinya, dan kau belum memberitahunya?" Lanjut Jaehyun, dengan penekanan kata di setiap ucapannya. Tentu saja, itu membuatku untuk terus menatapnya.

Ada sorot serius yang Jaehyun layangkan padaku.

"Bukan, maksudku,"

"Ayu, dia seorang publik figur. Akan sangat mudah meninggalkanmu untuk menjaga nama baiknya demi popularitas, kau tau itu kan?" Lanjutnya.

"Tapi Sehun tidak seperti itu, Jay"

"Itu bisa saja terjadi, ayu!" Balasnya, yang membuatku terdiam.

"Ayu, bicara lah dengannya sebelum terlambat"

"Aku tidak tau masalah apa ke depannya yang akan kau hadapi sebelum kau mengatakan padanya" kata Jaehyun lagi-lagi, yang masih membuatku bungkam.

Hingga kami mulai mendengar suara Yura yang berada di dalam kedai yang akan tutup itu, berhasil membuat kami terkejut dan memasuki kedai sekedar melihat apa yang sedang terjadi.

"Ada apa?" Tanyaku, saat aku dan Jaehyun memasuki kedai dan bisa kulihat, Yura menatap sebuah berita di televisi kedai yang membuat jantungku berdegup dengan kencang.

Sebuah portal berita terbesar di negara ini, berhasil meliput dan mengambil potret seorang idol yang sedang mencium kening seorang gadis di sebuah rumah kecil.

Jaehyun yang berada di sampingku, tak kalah terkejut saat melihat berita itu dan mulai menatap kearahku.

"Siapa gadis brengsek itu yang berani mengencani Oh Sehun!" Teriak Yura, yang membuatku menoleh menatapnya.

Dan itu adalah, aku.

"Gadis miskin sepertinya berani sekali mengambil Oh Sehun, dasar sialan" umpat Yura, yang membuatku membatu. Aku takut.

Benar-benar takut.

Apa ini alasan Sehun tidak menghubungiku sama sekali?

Apa sebelumnya dia sudah tau?

Aku yang mulai sedikit menjauh dan mulai menghubungi nomor Sehun itu, lagi-lagi Sehun membuatku kecewa saat nomornya tiba-tiba tidak terdaftar.

Ini kah yang aku dapat?

Aku mulai menangis dengan ketakutan yang kembali muncul di hatiku.

Apa seperti ini nasibku?

Apa aku akan berakhir menyedihkan?

Sehun sungguh meninggalkanku?

"Ayu" panggil Jaehyun, yang membuatku menoleh menantapnya dengan air mata yang sudah turun di pipiku.

Kurasakan tubuh kekar Jaehyun memelukku begitu erat, dan mengelus rambutku disana.

"Jay, aku harus bagaimana?" Kataku, di sela isakan ku.

"Nomor Sehun tidak bisa di hubungi" lanjutku, di sela tangisan pilu yang kini ku tunjukan di hadapan Jaehyun.

Jaehyun yang mulai melepas pelukannya padaku dan mulai menatap kedua mataku begitu teduh.

"Ganti pakaianmu, aku antar pulang" katanya, yang ku angguki.

Aku yang di sepanjang jalan memeluk pinggang Jaehyun saat menaiki motor hitam besarnya dan menangis dalam diam itu membuat dadaku sesak.

Seakan ujian tak kunjung berakhir, tepat di depan rumah kecilku, beberapa gadis dengan pakaian hitam dan tangan yang memegang kamera tengah menunggu di depan sana.

Apalagi ini?

"Ayu, disini tidak aman untukmu" kata Jaehyun, yang membuatku kembali meneteskan air mata.

Jaehyun yang kembali menjalankan motor hitamnya entah kemana, membuatku terisak dalam diamku.

Hingga disinilah kami, di pinggir sungai Han dengan Jaehyun yang terus menggenggam tanganku.

"Berapa lama, dia tidak menghubungimu?" Tanyanya, aku terdiam sesaat. Tidak langsung menjawabnya.

Hembusan nafas panjang, telah Jaehyun hembuskan dengan kasarnya, "Ayu, bagaimana bisa kau bertemu dengan laki-laki brengsek sepertinya?!" Katanya.

Aku masih terisak dalam tangisku, kulihat mata Jaehyun kini menatap perut yang sedikit membuncit itu.

"Bagaimana sekarang?"

"Kau ingin pulang dalam keadaan seperti itu?" Tanyanya, aku semakin terisak dalam tangisku.

"Ayu dengarkan aku" kata Jaehyun lagi, mulai mencengkram lembut kedua bahu ku.

"Tidak perlu menangis" katanya, aku menatap matanya.

"Jay, ak.. aku takut" kataku, Jaehyun dengan cepat menghapus air mata ku dan menggeleng.

"Jangan takut"

"Aku yang akan mengambil tanggung jawab itu" kata Jaehyun, membuatku terdiam dan menatap Jaehyun yang sedang menatapku dengan wajah seriusnya.

To be continued

Dear Mr. Oh ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang