17

159 34 5
                                    

Detak jantung yang seakan terus bergemuruh, membuatku terus menyentuh dadaku di dalam sebuah rumah kecil di samping kebun.

Tepatnya, sebuah rumah kecil untuk Jaehyun dan para pekerja di kebun ini berganti pakaian maupun menikmati makan siang mereka.

"Ada apa?" Tanya Jaehyun, saat ku lihat dia datang dengan sarung tangan di genggamnya.

"Tidak tau" jawabku, Jaehyun mulai duduk di sampingku dan menggenggam tanganku.

"Ayo keruangan ku" ajaknya, mulai bangkit dari duduknya dengan tangan yang menarik pelan tanganku untuk di ajaknya di ruangannya.

Ceklek..

Pintu terbuka, dan bisa ku lihat. Ruangan Jaehyun juga seperti sebuah kantor dan ada sofa panjang di samping mejanya.

"Berbaringlah di sofa" kata Jaehyun, mulai menuntunku untuk berbaring di sofa itu.

"Badanmu panas" katanya.

Aku juga merasa seluruh tubuhku panas. Mungkin karena hamil muda ini, membuatku seperti ini lagi. Sama persis saat pertama kali aku masih mengandung Peachy, aku juga seperti ini.

"Berbaringlah disini, aku akan ke kebun" katanya, aku masih menggenggam tangannya.

"Peachy?" Tanyaku, Jaehyun tersenyum.

"Akan ku awasi, kau istirahat saja disini. Jika butuh apa-apa, panggil aku" katanya, aku mengangguk.

"Aku ke kebun" lanjutnya, mulai mencium keningku dan bibirku, lalu mulai bangkit dari duduknya dan melangkah pergi.

Kepergian Jaehyun, membuatku menghembuskan nafas panjang ku dan memejamkan mataku.

"Bahkan mataku panas sekali" gumamku, saat aku memejamkan mata dan merasakan mataku yang begitu panas.

Hingga seorang wanita paruh baya memasuki ruangan Jaehyun ini, membuatku bangkit dari berbaringku.

"Nona Jung?" Katanya, aku mengangguk ragu.

Wanita paruh baya itu tersenyum, dan menyodorkan kepadaku segelas teh hangat untukku.

"Terimakasih"

"Tuan Jung menyuruh saya kemari" katanya, aku tersenyum dan menerima sodoran gelas berisi teh hangat itu.

"Saya bekerja disini sudah lama, bahkan saat tuan Jung masih sangat kecil" katanya lagi, yang membuatku tertarik mendengar cerita darinya.

"Tuan Jung sering sekali di ajak kesini oleh Tuan dan Nyonya besar"

"Dulu, Tuan Jung tidak pernah tersenyum pada siapapun. Walau sudah menginjak usia dua puluh lima tahun"

"Tapi pertama kali saya melihat senyum taun Jung, saat ada kabar bahwa tuan Jung menikahi seorang gadis"

"Dari itu, saya dan juga para pekerja yang melihat tuan Jung tersenyum untuk pertama kalinya setelah pernikahan nya itu, membuat kami terkejut" ceritanya, aku tersenyum.

Jaehyun bahagia menikah denganku?

"Dan dulu, ini kebun persik. Karena tuan Jung penggemar buah persik" kata Wanita paruh baya itu, kedua alisku menaut sesaat.

"Lalu dua tahun yang lalu, saat tuan Jung mengetahui jika putri pertamanya menyukai buah anggur, tuan Jung menyuruh kami untuk menanam pohon anggur disini"

"Dan dengan niat awal tuan Jung menanam pohon anggur ini karena sang putri menyukai buah anggur, dua tahun yang lalu, tuan Jung membuat projek untuk membuat wine dengan anggur dari kebun ini dan sekarang berkembang dengan pesat" lanjutnya, aku kembali tersenyum.

Sesayang itu Jaehyun pada Peachy.

"Nona, anda beruntung memiliki tuan Jung"

"Tuan Jung laki-laki yang penyayang, dia akan melakukan apapun untuk membuat keluarganya bahagia" kata wanita paruh baya itu, membuatku mengangguk dan tersenyum.

"Saya jadi cerewet seperti ini" katanya, aku menggeleng.

"Tidak Bibi"

"Saya suka cerita Bibi" kataku, wanita paruh baya itu tersenyum.

"Dan saya dengar dari nyonya Jung, anda sedang mengandung bayi kalian yang kedua?" Tanya nya, aku mengangguk.

"Semoga nona tetap sehat dan selalu berbahagia bersama tuan Jung" katanya, aku mengangguk dan tersenyum.

"Kalau begitu, saya ke dapur dulu nona. Membuatkan makan siang untuk para pekerja, jika nona membutuhkan sesuatu, panggil saja saya nona" katanya, aku kembali mengangguk. Lalu wanita paruh baya itu mulai melangkah pergi meninggalkan tempat ini.

Kepergian wanita paruh baya itu, membuatku tersenyum dengan mata yang menatap luar jendela yang berada di ruangan Jaehyun ini.

Tepatnya, menatap seorang laki-laki yang tengah berbicara pada seorang pria paruh baya disana.

Bibirnya yang berbicara yang diikuti lesung pipi yang selalu terlihat itu, membuatku tersenyum.

Hingga ku lihat, Peachy yang berlari menjauh dari ayahnya itu, membuatku bangkit dari dudukku.

"Astaga Peachy" gumamku, saat kulihat gadis kecil itu berlari menjauhi ayahnya yang sedang berbincang dengan para pekerja.

"Jaehyun kecil itu, tidak bisa diam"

Kesal ku, akan gadis kecil itu dan mulai melangkah menghampiri Jaehyun untuk mencari Peachy.

To be continued

Dear Mr. Oh ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang