02

299 47 1
                                    

Sejauh mata memandang, luasnya samudera dan pasir yang berhamparan. Serta langit cerah yang membentang tinggi, nyatanya suatu khayalan kebahagian yang ingin setiap orang rasakan bersama dengan keluarga mereka.

Tidak jauh sepertiku, khayalan yang selalu ku bayangkan dan selalu ku dambakan dalam hidupku sewaktu kecil bersama keluarga itu, nyatanya pupus sudah saat Mama dan Papa memilih untuk berpisah.

Hidupku hancur, tak ada artinya. Saat melihat Papa dan Mama saling menjauh dan saling membenci. Bahkan aku sebagai putrinya, juga ikut terseret atas masalah mereka.

Aku putrinya, yang tidak tau menahu ikut kena imbas dari perceraian mereka. Seakan putrinya ini, adalah sebuah kesalahan dan penyebab persatuan mereka.

Garis keturunan, serta garis darah mereka yang mengalir di tubuhku, nyatanya tidak mereka hiraukan sama sekali dan terkesan tidak memperdulikan apapun yang ku lakukan.

Dan ya, inilah jalan hidupku. Putrinya yang tidak di inginkan mereka.

Tapi sudahlah, aku tak ingin membahas itu lagi. Mengingatnya saja, membuatku begitu membenci mereka.

"Ayu!"

Suara seseorang terdengar, yang membuatku tersadar dari ingatan masalalu yang membuatku terdiam di belakang kedai tempat ku bekerja.

"Kenapa masih disini?"

"Kau tak ingin siap-siap, sebentar lagi kedai tutup" kata Yura, sahabat masa kecilku itu.

"Ponselmu juga sejak tadi berbunyi" lanjutnya, yang membuatku menoleh menatapnya.

"Siapa itu S?"

"Dia sejak tadi menghubungimu" lanjutnya lagi-lagi, yang membuatku bangkit dari dudukku dan berlari mencari keberadaan benda pipih persegi itu.

Sesampainya di dapur kedai, seseorang menoleh karena pijakan kaki ku sewaktu berlari terdengar oleh rungu nya.

"Ah Ayu!"

"Ponselmu sejak tadi berbunyi" katanya, yang ku jawab anggukan dan mulai meraih ponsel itu dan kembali berlari sedikit menjauh dari mereka.

Saat ku rasa, aku yang sedikit menjauh itu dan kurasa akan aman. Aku mulai membuka ponsel dan mataku membulat, saat melihat begitu banyak pesan dan panggilan dari laki-laki itu kirimkan padaku.


LINE

S
Sebenarnya kau ada dimana? Kenapa susah sekali menghubungimu?

S
Jangan membuatku khawatir dan memutuskan untuk pulang sekarang!
Read


Dua pesan terakhir dari banyaknya pesan yang Sehun kirimkan padaku itu, nyatanya membuat sudut bibirku tertarik.

Aku yang mulai mengetik nomornya untuk sekedar menghubunginya itu, takut-takut jika laki-laki nekat itu akan benar-benar pulang dari Tour luar negeri yang sudah lima hari ini ia jalani.

"Ah, Seh.."

"Hey!"

"Kau dimana saja?!"

"Kau hampir saja membuatku mati karena takut atas dirimu!" Pangkasnya bertubi-tubi itu, membuatku tersenyum.

Sangat menggemaskan.

"Maaf, tadi banyak sekali pelanggan kedai. Lalu aku pergi ke belakang kedai tanpa membawa ponsel"

"Maaf kan aku" kataku, hingga ku dengar hembusan nafas Sehun di sebrang sana.

Dear Mr. Oh ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang