11

180 33 1
                                    

"Selamat bertemu dengan para gadis cantik, Oh Sehun"

Kataku di pagi ini, dengan memasangkan dasi di leher Oh Sehun.

"Ini hanya Fansign, Princess" katanya, dengan senyum tampan nya dan tangan nakal itu mulai mencubit pucuk hidung ku dengan gemas.

"Disana pasti banyak sekali gadis cantik, bukan?" Kataku, saat kulihat mata Oh Sehun yang sedang menatap ku itu.

"Secantik apapun gadis di dunia ini, tidak akan ada yang bisa mengalahkan kecantikan mu" katanya, yang membuatku mencebik mendengar gombalan nya itu padaku.

"Aku sungguh mengatakan nya" katanya lagi, yang membuatku tersenyum dan mulai memeluk nya dengan erat.

Kebahagiaanku hanya sederhana, yaitu terus bersama Oh Sehun dan hidup bahagia bersamanya selamanya.

Namun nampaknya, keinginan sederhanaku itu akan begitu menyulitkan bagi diriku sendiri. Keinginan sederhana yang nyatanya ingin di miliki para gadis yang memuja seorang Oh Sehun itu, membuatku kesulitan untuk melihat kenyataan.

Oh Sehun yang nyatanya mudah ku gapai itu, nyatanya akan lebih sulit lagi jika aku memaksakan nya.

Memaksakan nya dalam arti, mendesak Sehun dan memaksa Sehun untuk tetap tinggal dan terus berada di sampingku walau Sehun tidak akan menolak itu.

Dan kenyataan yang harus ku lalui saat nantinya aku di kenalkan Sehun pada dunia bahwa aku ini adalah orang yang istimewa di hidupnya, dan nantinya aku juga harus siap seluruh dunia akan memusuhiku karena posisiku.

"Kau pucat" kata Sehun lagi, yang membuatku mendongak menatap nya.

"Huh?"

"Tadi pagi aku tidak sengaja melihatmu mual di kamar mandi, kau tak apa?" Tanya Sehun, yang membuatku membasahi bibirku.

"Ah, i-itu aku, aku hanya tidak enak badan saja"

"Tidak usah khawatir, aku baik-baik saja" lanjutku, yang membuat Sehun menatap lekat wajahku dan membuatku memalingkan wajahku.

"Apa sekarang kau sedang berbohong?" Tanya nya.

"A-apa yang kau katakan?!"

"Tidak mungkin aku berbohong padamu. Sungguh" kataku, yang membuat Sehun membuang nafas panjangnya dan mengangguk.

"Sudah pukul delapan, nanti kau terlambat" kataku, yang di angguki oleh Sehun.

"Aku pergi" katanya, sambil mencium keningku.

"Jika kau tidak enak badan, jangan bekerja. Istirahat saja dulu!" Lanjutnya, yang ku jawab anggukan.

Sehun yang menggenggam tanganku dan di elusnya di sana, membuatku menatap Sehun begitu dalam.

"Jangan sampai terluka" katanya, yang ku jawab anggukan.

"Aku pergi, nanti saat aku selesai. Aku akan langsung kesini" katanya, yang lagi-lagi ku jawab anggukan.

Hingga ku lihat, Sehun yang mulai melangkah pergi menaiki mobil hitam nya dan menjalankan nya.

Setelah melihat mobil Sehun yang menjauh itu, aku mulai memasuki rumahku.

Namun belum sempat aku melangkah, ekor mataku tak sengaja menangkap seseorang dengan pakai serba hitam mengarahkan sebuah kamera kearah ku, dan itu membuatnya langsung berlari menjauh saat mengetahui aku yang melihat posisinya.

Melihat itu, membuatku langsung memasuki rumahku dan menguncinya.

Aku yang mulai berlari menuju kamarku untuk mengambil ponselku itu dan mengetikan nama Sehun di sana.

Panggilan terhubung, namun belum Sehun angkat. Mungkin Sehun sedang fokus menyetir mobil, namun tak lama, panggilan itu di angkat oleh Sehun.

"Oh Sehun!" Panggilku, begitu khawatir itu membuat Sehun di sebrang sana tak kalah Khawatir.

"Ada apa?"

"Kau sakit?"

"Aku akan putar balik sekarang" Katanya di sebrang sana, dengan nada khawatir.

"Tidak"

"Bukan itu" lanjutku, yang masih di dengar oleh Sehun di sebrang sana.

"Lalu?"

"Ada seseorang yang melihat kita, aku takut Sehun" kataku.

Namun ku dengar, Sehun menghela nafas di sebrang sana.

"Aku kira ada apa" katanya, begitu santai yang membuat alisku menaik.

"Aku kira ada apa?" Ulang ku.

"Dia melihat kita Oh Sehun!"

"Aku takut, jika dia berbicara pada semua orang!" Kataku, yang begitu kesal dengan laki-laki itu.

"Itu tidak akan terjadi, tenanglah" katanya di sebrang sana.

"Kau yakin?" Tanyaku.

"Hem, aku yakin. Mungkin dia juga tidak mengenalku dan mungkin saja dia hanya tak sengaja melihat kita"

"Kau masih mengingat satu tahun yang lalu di saat kau takut pada seorang wanita yang melihat kita?"

"Dan dia ternyata tidak mengenalku. Kau masih ingat itu kan?" Kata Sehun, yang membuatku sedikit bernafas lega.

"Iya, aku ingat" jawabku.

"Nah, mungkin dia juga seperti itu. Jangan terlalu takut. Bersikaplah biasa saja" kata Sehun.

"Yasudah, aku tutup. Hati-hati di jalan" katak

"Hem, aku mencintaimu" kata wajib Sehun, sebelum menutup panggilan denganku itu.

"Aku juga mencintaimu" jawabku, lalu panggilan mulai ku putus dan aku yang mulai bernafas lega.

Setelah menelepon Sehun, ekor mataku mulai melirik sebuah benda yang pagi-pagi sekali itu ku beli dari apotek saat Sehun masih terlelap di tidurnya.

Perkataan Jaehyun sehari yang lalu masih membuatku tidak percaya, dan akhirnya aku memutuskan untuk membeli Taspack dan ingin mencoba nya.

Aku yang mulai mengambil benda itu, dan mulai pergi di kamar mandi.

Namun matamu membola, saat kulihat dua garis biru yang muncul pada benda itu.

Jaehyun tidak sedang bercanda.

Aku harus bagaimana?

Mengatakan nya pada Sehun?

Atau aku akan tetap diam sampai perubahan bentuk tubuhku seiring berjalannya waktu, di sadari oleh Sehun sendiri?

Aku bingung, aku harus berbuat apa?

Jika Sehun menerima kehamilan ini, akan sangat membahagiakan. Tapi jika sebaliknya?

Jika Sehun tidak menginginkan nya?

Bagaimana?

Bagaimana jika aku mengatakan pada Sehun, lalu Sehun meninggalkanku?

Lalu akan jadi apa aku?

Aku yang mulai meletakan benda itu pada laci nakas samping ranjang ku, dan duduk di karpet merah bawah ranjang. Menjambak rambutku dan tertunduk disana.

Memikirkan bagaimana caranya berbicara masalah ini pada Sehun.

Tuhan tolong aku,

Aku harus bagaimana?


To be continued

Dear Mr. Oh ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang