12

194 35 0
                                    

"Wajahmu pucat"

Suara Jaehyun terdengar, saat aku baru saja tiba di kedai tempatku bekerja bersamanya itu.

Tanpa menjawab ucapan Jaehyun, aku lebih memilih duduk di meja bar dapur dengan kepala yang ku tenggelamkan di atas meja.

Rasa pusing, pening dan mual membuat tubuhku begitu tidak berenergi hari ini.

Perut yang terasa teraduk-aduk itu, membuatku mati-matian menahan mual di depan Jaehyun atau rekan kerjaku yang lain.

Kurasakan, tangan Jaehyun mulai mengelus kepalaku. Yang membuatku mendongak menatap Jaehyun yang sudah duduk di sampingku dengan wajah tampannya.

"Aku tidak ingin memaksamu menceritakan tentang siapa ayah dari bayi yang sedang kau kandung" kata Jaehyun, yang masih ku dengar.

"Aku akan menunggu sampai kau mau berbicara sendiri padaku" lanjut Jaehyun, yang membuat air mataku terkumpul di pelupuk mataku.

Kulihat tangan Jaehyun yang mulai menghapus air mata yang hampir jatuh itu, membuat dadaku begitu sesak.

"Jangan menangis, apapun yang terjadi. Aku akan tetap berada di sampingmu" katanya lagi-lagi, yang membuatku tak tahan untuk tidak menumpahkan air mata yang mati-matian ku tahan di hadapan Jaehyun itu.

Kurasakan, Jaehyun mulai memelukku dengan erat dan mengelus kepalaku di sana.

"Tak apa Ayu, tumpahkan semuanya" lanjutnya, yang membuatku menjauh dari Jaehyun untuk sekedar menatap matanya.

"Selesai jam kerja, bisa kau ke rumahku?" Tanyaku, yang membuat Jaehyun tersenyum dan mengangguk mengiyakan permintaanku.

°


"Mau minum apa Jay?"

Kataku, saat kami baru sampai di rumah kecilku dan menyelesaikan jam kerja kami.

"Kali ini, aku yang akan membuatkan minuman untuk kita" kata Jaehyun, mulai melangkah ke arah dapur yang ku ikuti dari belakang.

Sesampainya di dapur, kulihat Jay mulai membuka kulkas dan melihat ada bahan apa di sana.

"Madu dan lemon, oke!" gumamnya, mulai mengambil dua bahan itu yang ku letakan di dalam kulkas, dengan aku yang masih  memperhatikan Jaehyun dari belakang.

"Ingin membuat apa?" Tanyaku, yang membuat Jaehyun menoleh dan tersenyum menatapku.

"Honey Lemon" jawabnya, kembali berkutik dan mencari gelas untuk membuatnya.

Hingga jadilah dua gelas Honey Lemon hangat yang begitu pas dengan hawa yang dingin di malam ini.

"Jay" panggilku, saat kami sudah berada di ruang tamu dan Jaehyun mulai menoleh menatap ku dengan senyum yang memperlihatkan lesung pipinya.

Sangat tampan.

"Tidak perlu terburu-buru..."

"Oh Sehun!" Pangkas ku, yang membuat Jaehyun terdiam dan menatapku.

"Oh Sehun adalah ayah dari bayi ini" lanjutku.

Lalu kulihat, Jaehyun mulai tersenyum dan terkekeh di sana.

"Ayu, aku tak yakin kau sama dengan Yura yang begitu tergila-gila dengan..."

"Aku sungguh mengatakannya" pangkasku lagi, yang membuat Jaehyun terbatuk di sela kekehan nya, serta melunturkan senyumnya dan tatapan mata yang mulai menatapku.

"Bagaimana kau bisa..."

Ceklek..

"Aku pulang"

Suara seseorang yang tiba-tiba datang itu, membuat ku dan Jaehyun mengalihkan pandangan kami di depan pintu utama rumah kecilku.

Melihat seseorang itu, membuatku dan Jaehyun lantas berdiri dan terdiam di sana.

Mungkin wajah Jaehyun lebih terlihat seperti terkejut.

"Oh Sehun" gumam ku, mulai berjalan menghampiri laki-laki yang baru saja datang itu.

"Ada tamu?" gumam Sehun, sambil memperhatikan dengan datar kearah Jaehyun.

"Sehun, kenalkan ini Jung Jaehyun"

"Teman kerjaku" kataku, menghilangkan atmosfer aneh yang tiba-tiba menyerang kami karena kedatangan Sehun.

"Ah.. Jung Jaehyun" kata Jaehyun, mulai tersenyum dan menyodorkan tangannya kearah Sehun untuk menjabat tangannya.

"Oh Sehun, Kekasih Ayu" kata Sehun, dengan begitu datar itu membuat Jaehyun terdiam dan tersenyum kaku di sana.

"Ah Ayu, aku pulang ya, sudah malam. Ibu pasti menungguku" katanya, yang ku jawab anggukan.

Lalu ku lihat, Jaehyun mulai melangkah pergi menghampiri motor hitamnya.

Kepergian Jaehyun, membuat Sehun menatapku tajam seakan meminta penjelasan dariku.

"Apa?" Tanya ku, mulai mengambil dua gelas Honey Lemon itu dan meletakannya di dapur. Tepatnya di tempat gelas kotor, dan itupun Sehun mengikutiku dari belakang.

"Kenapa pria itu sampai datang ke sini?" Tanya nya, yang membuatku terdiam sejenak lalu mulai berbalik menatap Sehun.

"Tadi Jaehyun hanya mengantarkanku" jawabku, yang membuat alis Sehun menaik Sebelah.

"Aku sungguh mengatakannya, Oh Sehun" jawabku, mulai melangkah pergi dan tentu saja, Sehun mengikuti dari belakang menuju kamar kami.

"Hey, kenapa kau yang marah?"

"Harusnya aku yang marah" kata Sehun, sambil memeluk ku dari belakang.

"Siapa yang marah?"

"Aku tidak marah" kataku, mulai berbalik dan tersenyum di sana.

"Bagaimana hari ini bertemu para Gadis cantik?" tanyaku, yang membuatnya berpikir. Dan itu membuat ku kesal dan sedikit mendorong tubuh kekar Sehun untuk sedikit menjauh dari tubuhku.

"Biasa saja, karena aku setiap hari bertemu dengan gadis cantik. Bahkan saat ini aku sedang menemuinya" katanya, yang membuatku tersenyum dan kembali memeluknya.

"Aku membawa hadiah untukmu" katanya lagi, yang membuat ku melepas pelukannya serta melihat tiga sampai empat buah paperbag yang di bawa nya kemari.

Alisku menaut, saat melihat paperbag itu.

"Hey, Oh Sehun" kataku, yang membuat Sehun menatapku.

"Penggemarmu memberimu itu padamu, tapi kenapa kau malah memberikannya padaku" lanjutku, begitu kesal pada laki-laki itu.

Bukan untuk pertama kalinya jika Sehun dan grup nya melakukan fansigh atau jumpa penggemar. Sehun pasti akan memberikan hadiah dari penggemarnya itu padaku.

"Barang-barang ini lucu dan imut. Mana mungkin aku menyimpannya saat aku memiliki gadis imut yang sangat cocok jika memakai barang-barang ini" jawabnya, yang membuatku memutar bola mataku.

"Ah, aku tau maksud dari tatapan mu,"

"Tentu saja aku menghargai pemberian penggemar, aku memberikan nya pada mu, gadis yang begitu istimewa untukku" lanjutnya, yang membuatku tersenyum.

"Setidaknya aku tidak pernah membuang barang-barang pemberian penggemar" katanya lagi.

Aku lega, saat Sehun berkata seperti itu. Sehun masih mempunyai hati dan pikiran untuk tidak menyia-nyiakan tanda kasih sayang yang penggemarnya tunjukan padanya lewat barang-barang itu.

"Lelah?"

"Ingin ku buatkan minuman atau makanan mungkin" kataku, saat aku mulai menatap wajah Sehun yang terlihat lelah.

"Tidak, kita langsung tidur" jawabnya, yang ku angguki.

Lalu kami mulai berbaring di tempat tidur dan malam ini, dengan hawa yang begitu dingin menusuk tulang itu.

Tanpa kami mengetahui, kejadian apalagi yang besok akan terjadi untuk membuat ku dan Sehun saling menjauh.

Dunia begitu tidak adil padaku.


To be continued

Dear Mr. Oh ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang