09

181 36 4
                                    

Dua minggu sudah, Sehun tidak menemuiku karena jadwalnya yang begitu padat, yang membuatku merindukan sosoknya.

Sehun yang kerap berseliweran di layar kaca televisi, membuatku tersenyum seakan mengobati rinduku padanya.

Walau kami tidak bertemu, setidaknya Sehun selalu mengirimiku pesan atau menelepon untuk sekedar bertanya kepada ku, apakah aku sudah makan dengan baik hari ini atau belum.

Seperhatian itu Sehun padaku.

Sehun yang begitu manis itu, membuatku tersenyum karena perhatian kecil dari pria itu.

Kadang, Sehun juga mengirimiku makanan sehat dari orang yang di suruh nya.

"Coklat panas" kata seorang laki-laki, yang membuatku menoleh menatapnya setelah membuyarkan lamunanku mengingat tentang manisnya perlakuan Sehun padaku itu.

"Terimakasih" jawabku, yang membuatnya tersenyum hingga memperlihatkan lesung pipinya dan mulai duduk di sampingku.

"Beberapa hari ini, ku lihat wajahmu pucat"

"Kau tak apa?" Lanjut Jaehyun, yang membuatku menatapnya.

"Aku tak apa" jawabku, yang membuat Jaehyun semakin menatap lekat wajahku.

"Hanya saja beberapa hari ini, aku sedang tidak enak badan" lanjutku, mulai menatap lurus ke depan dan menyesap coklat panas yang Jaehyun buatkan untukku itu.

Terdapat jeda disini cukup lama di antara aku dan Jaehyun, atmosfer aneh yang seakan menyerang kami di malam ini membuat kami tiba-tiba bungkam.

Entah mengapa, aku merasa sikap Jaehyun yang begitu perhatian kepadaku itu membuatku tak nyaman sendiri.

Ada rasa bersalah pada Jaehyun yang menyelimuti ku.

Tepatnya, dua hari yang lalu. Dimana Jaehyun yang memaksaku ingin mengantarkan ku pulang. Dan tentu saja, aku menurutinya karena Jaehyun yang terus memaksaku itu.

Jaehyun yang dengan tiba-tiba mengungkapkan perasaannya padaku itu, seakan membuatku membatu sekedar mendengar rangkaian kalimat dari mulut Jaehyun yang membuatku terdiam membisu.

"Ayu!" Kata Jaehyun, yang membuatku membuyarkan lamunanku.

"Huh?" Kataku, yang membuat Jaehyun kembali melayangkan senyuman tampannya padaku.

"Apa yang sedang kau pikirkan?" Katanya, namun aku masih saja bungkam untuk sekedar menjawab pertanyaan darinya.

"Untuk perkataanku, dua hari yang lalu"

"Anggap saja, itu tidak pernah terjadi. Jika karena itu membuatmu tak nyaman jika bersamaku" lanjut Jaehyun, yang membuatku mengangguk dan tersenyum.

"Aku tak ingin pertemanan kita hancur karena perasaan dari ku yang muncul untukmu" lanjut Jaehyun lagi.

Perkataan Jaehyun yang seakan menyalahkan dirinya sendiri karena pengungkapan perasaanya padaku itu, membuatku juga merasa bersalah akan Jaehyun.

Jaehyun laki-laki yang baik dan juga tampan, tak ada alasan untuk menolak sosoknya. Namun disini berbeda, aku yang sudah memiliki seorang Oh Sehun membuatku menolak sosok Jaehyun, laki-laki yang begitu baik dan pekerja keras itu.

"Maaf ya, Jay" kataku, yang membuat Jaehyun menatapku begitu dalam seakan tatapan Jaehyun menusuk relung hatiku.

"Untuk?"

"Untuk aku yang tidak bisa menerimamu" kataku, yang mulai menunduk itu membuat Jaehyun mengelus bahuku begitu lembut dan tersenyum di sana.

"Tak apa, aku akan menunggumu sampai kau bisa menerima ku" katanya, yang membuatku mendongak menatap Jaehyun.

"Sudah waktunya tutup, ayo siap-siap"

"Aku akan mengantarkanmu pulang" kata Jaehyun, mulai bangkit dari duduknya yang masih ku tatap seakan ucapan terakhir dari Jaehyun masih mengelilingi otakku.

Senyum tampan, serta uluran tangan yang Jaehyun berikan untuk membantuku bangkit dari duduk. Seakan ucapan Jaehyun bertambah kencang mengelilingi kepalaku, dan itu seakan membuat kepalaku begitu pusing.

Hingga,

Brukk!

Semua gelap, dan aku merasakan mati rasa seluruh tubuhku.

Entah berapa lama aku menutup mata itu, hingga membuat mataku kembali mengerjap menyesuaikan cahaya lampu yang begitu menyilaukan penghihatan ku.

Kulihat walau samar, seseorang menatapku yang membuat tatapan yang tadinya samar menjadi terlihat jelas.

"Jaehyun?" Gumam ku, saat kulihat wajah tampan Jaehyun pertama saat aku membuka mata.

Kepala yang seakan kembali berputar itu, membuatku menyentuh kepala sekedar mengelusnya dan mulai bangkit dari berbaringku. Namun tangan kekar Jaehyun menahanku untuk bangkit dan seakan menyuruhku untuk tetap berbaring seperti ini.

"Berbaring saja dulu" katanya.

"Ini dimana?"

"Di klinik" 

"Tadi kau pingsan, jadi aku membawamu kesini" jawabnya, yang ku jawab anggukan.

"Aku terkejut, saat melihatmu pingsan di kedai, jadi aku langsung membawaku kesini" katanya lagi-lagi, yang masih ku dengarkan.

"Terimaka..."

"Dan kau juga membuatku terkejut dua kali setelah aku membawamu kesini" pangkas Jaehyun, yang membuatku terdiam dan menatapnya.

"Siapa ayahnya?" Tanya nya, yang membuatku menautkan alisku.

"Apa yang kau.."

"Siapa ayah dari bayi yang kau kandung, Ayu Leestya?" Pangkasnya lagi-lagi, yang membuatku membolakan mataku dengan mata yang menyorot ke bawah. Seakan memandang perut rataku itu.

"Kau hamil" lanjut Jaehyun, yang seakan membuatku mematung.

Ini yang aku takutkan, ketakutan ku benar terjadi.

Aku harus bagaimana?


To be continued

Dear Mr. Oh ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang