SEPULUH

321 20 11
                                    

Tukkk.

"Aw" Orang itu mengiris kesakitan, sambil memegangi kepalanya.

Ara memberanikan diri untuk melihatnya. Alangkah terkejutnya Ara, sampai sampai ia menjatuhkan pemukul bisbol itu ke lantai.

"Ri...Ri..Riyan" Ucap Ara tak lancar.

Ara tak percaya pada seorang dihadapan. Dalam pikirannya bertanya-tanya 'apakah benar itu Riyan?'

Riyan mengehentikan aktivitas mengelus-elus kepalanya, mengangkat kelapa agar berhadapan dengan Ara.

Dengan cepat Ara membalikan badannya. Agar Riyan tidak melihat wajah Ara yang tengah acak-acakan lengkap dengan mata sembab.

"Ngapain Lo kesini?" Ucap Ara so tegar.

Padahal bayangan tadi siang begitu jelas di kepalanya.

"Gue kesini cuma mau bilang--"

"Bilang apa? Batalin perjodohan? Yaudah gapapa. Ara juga ga sedih" Ucap Ara gemetar, Ara berhasil mencegah cairan bening itu keluar dari matanya.

Entah mengapa Ara selalu berhasil mencegah air mata keluar saat dia bertemu orang lain terutama papa mamanya, Justru Ara tidak bisa mencegah air matanya keluar saat ia sendiri.

Riyan menyiritkan dahi. Ada yang gak beres. Pikir Riyan.

Riyan memegang bahu Ara, Riyan mencoba membalikkan tubuh Ara. Namun Ara berontak.

"Ngapain lo pegang-pegang gue!" Ucap Ara tajam seraya menepis kasar tangan Riyan yang berada di pundaknya.

"Lo kenapa Ra?" Tanya Riyan yang mulai khawatir pada gadis didepannya.

"Lo yang kenapa. kalo lo punya pacar, punya cewe. Gausah so so an terima perjodohan ini"
Ucap Ara dengan penuh penekanan.

"Emangnya lo pikir gue nggak tau hah?" Ucap Ara meninggi.

Riyan benar-benar bingung dengan Ucapan Ara, apa yang dimaksud Ara. Riyan bingung bagaimana cara menangani gadis didepannya, selama Riyan hidup Riyan tidak pernah mengalami kasus seperti ini. Riyan mulai frustasi. Namun Riyan mencoba untuk tenang.

"Kenapa Ra? Jelasin sama gue, gue ada salah?" Tanya Riyan lembut.

"Iya lo salah! Lo seharusnya ga terima perjodohan ini kalo lo punya pacar" Ucap Ara penuh tekanan. Cairan itu kini tidak tertahan, hingga jatuh lagi lagi dan lagi. Bahkan Ara tak ingat berapa kali dia menangis hari ini.

Riyan mencoba mencerna ucapan Ara. Seharian ini Riyan hanya bersama teman teman satu profesi dan Key, apa mungkin yang Ara maksud 'pacar' itu Key adiknya sendiri?.

Riyan langsung membalikan tubuh Ara, dan menarik kedalam pelukannya. Ara melotot, terkejut atas perlakuan Riyan padanya. Ara tidak bisa menahan karena Riyan melakukannya tanpa aba-aba. Ara mencoba melepas pelukannya. Namun tenaganya tidak bisa mengalahkan tenaga Riyan. Ara memukul-mukul dada bidang Riyan dengan tangan mungilnya, Air matanya terus mengalir dalam pelukan Riyan. Hati Ara hancur hingga dia tidak bisa berkata-kata selain menangis.

Riyan terus memeluk erat tubuh Ara, agar Ara merasa tenang. Perlahan isak tangis Ara mulai mereda, selain Ara sudah tenang Ara juga sudah cape untuk menangis.

"Ra" panggil Riyan lembut.

Ara tidak menjawab.

"Ra" Ucap Riyan seraya melepaskan pelukannya.

Riyan memegang kedua pundak Ara.

"kenapa, jelasin sama gue! Gue ada salah?"
Tanya Riyan.

Bukanya mendapatkan jawaban, Riyan hanya mendapati Ara menunduk dan diam seribu bahasa.

Semua Tentang Kamu Kapten! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang