Piala Api; 15

1.6K 284 14
                                    

Aku menggelengkan kepala dengan pelan, memasuki ruang rekreasi yang sepi dan langsung menaiki kamar, aku melihat kekasurku, disana ada gaun putih yang sangat cocok dipadukan dengan rambut putih bagian belakangku, gaun itu dari pinggang sampai kebawah berimpel banyak sedangkan dari pinggang sampai atas gaun itu bercorak bunga berwarna biru, pas dengan warna mata dan juga poni depanku. Aku segera memakainya, dan gaun ini terasa nyaman ditubuhku, aku melepaskan gelang pemberian Diggory waktu natal tahun lalu, karena gelang itu tidak akan cocok jika dipadukan dengan gaunku, sebaliknya, aku masih mengenakan Liontin yang juga diberikan entah oleh siapa padaku tahun lalu, hanya tinggal wajah yang belum, aku mengambil tongkatku dan mengarahkannya dengan hati-hati pada wajahku sendiri, setelah itu aku menutup mata dan menggumamkan mantra perias. Aku membuka mataku setelah beberapa menit, wajahku terlihat sangat jelas dipantulkan kaca, bibirku berwarna merah muda tipis mengilap, pipiku menjadi lebih kemerahan dari biasanya, rambutku yang pendek tak mengalami perubahan yang berarti, hanya saja yang ini lebih rapi dari sebelumnya, dan aku merasa jika aku sangat cantik malam ini.

Pintu tiba-tiba terbuka, Lavender dan Parvati masuk sambil terkikik, dan mata mereka melihat padaku, mereka tampak terpana sekali, "Halo," Sapaku pelan.

"Aku akan keluar," Kataku sebelum akhirnya membereskan barang-barang yang berada dikasur dan melenggang pergi melewati Lavender dan Parvati yang masih terdiam.

Ruang rekreasi lumayan sepi, hanya ada beberapa anak perempuan, anak laki-laki tak ada, mungkin karena ini baru jam setengah tujuh, jadi mereka masih bermain melempar salju diluar, lalu Angelina dan juga Alicia muncul dari lorong masuk, menatap padaku, "Kau cantik, Cassandra."

"Err--terimakasih." Kataku sambil tersenyum canggung, dan Angelina membuka lagi mulutnya, "Dan yah, Diggory tadi sedang mencarimu, dia berada diluar."

"Oke," Kataku pelan, jantungku sekarang berdetak dengan cepat lagi, "Terimakasih, Angelina."

Aku bergegas keluar dari asrama dan mendapati Diggory dengan jubah pesta dansa hitamnya, dia juga memakai dasi kupu-kupu warna hitam, aku menahan nafas, Diggory sangat tampan! "Err--"

Mata Diggory menatap padaku penuh arti, lalu senyuman terbit dari bibirnya, "Kau sangat menawan."

"Terimakasih," Kataku pelan dan aku mendekat pada Diggory, Diggory mengulurkan tangannya padaku, dan aku tentu saja menerimanya, kami bergandengan tangan sampai menuju Aula Depan, rasanya aku sangat gugup, ini seperti pertandingan final Quidditch saat tahun lalu melawan Slytherin! Aula Depan juga penuh anak-anak, semua menunggu datangnya pukul delapan, saat pintu Aula Besar akan dibuka. Anak-anak yang menunggu pasangannya dari asrama lain menyelinap-nyelinap diantara kerumunan, saling mencari.

Serombongan anak Slytherin muncul dari tangga ruang bawah tanah mereka. Malfoy paling depan. Dia memakai jubah pesta beludru hitam dengan kerah tinggi, yang menurut pendapatku membuatnya tampak seperti pendeta. Parkinson yang memakai jubah merah jambu pucat bergayut di lengannya. Crabbe dan Goyle memakai jubah hijau. Mereka mirip batu besar berlumut, dan keduanya, tak berhasil mendapat pasangan. Pintu depan yang terbuat dari kayu ek terbuka, dan semua anak menoleh ketika anak-anak Durmstrang masuk bersama Profesor Karkaroff. Krum paling depan, ditemani Hermione yang memakai gaun biru. Aku juga bisa lihat Alegra dengan jubah pestanya menggandeng cewek, itu Katie! Alegra berhasil mengajaknya ternyata. Melewati atas kepala, aku melihat area di depan kastil telah diubah menjadi semacam gua penuh cahaya peri, berarti ratusan peri asli sedang duduk di semak mawar hasil sihiran, dan beterbangan di atas patung yang tampaknya seperti patung santa claus dan rusanya.

Dan kemudian terdengar suara Profesor McGonagall memanggil, "Para juara silakan ke sini!”

Profesor McGonagall, yang memakai jubah pesta kotak-kotak merah dan menghiasi tepi topinya dengan tanaman berduri, menyuruh kami menunggu di sisi pintu, sementara anak-anak lain masuk. Aku diberitahu oleh Diggory bahwa nantinya kami akan memasuki aula besar beiringan setelah anak-anak lain duduk. Delacour dan Davies menempatkan diri paling dekat pintu. Davies tampak terpana pada nasib baiknya bisa berpasangan dengan Delacour sehingga dia nyaris tak bisa melepas pandangannya dari gadis itu.

Cassandra Aldrich [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang