Senin
Pagi buta ketika fajar menyingsing terbit
Para pekerja berangkat mengais duit
Dengan langkah terbirit
Namun aku bersyukur dengan Perkejaanku
Untuk menyalin senyummu dalam puisiku
Walaupun engkau tersenyum irit
Itu sudah cukup membuat penduduk langit korat karit
Selasa
Ah, bangunku kesiangan
Kala fajar tampak naik, dan bercampur dengan awan
Kopi pun telah tersuguhkan penuh dengan aroma kerinduan
Terdengar suara ayam memanggil namamu
Tapi kenapa namamu, apa ayam itu juga merindukanmu?.
Maafkan aku ayam,
Puisiku lebih merindu dari suaramu.
Rabu
Siang ini hujan
Dan air sudah tercampur dengan tanah
Wahai hujan mari kita ukur antara derasnya airmu dengan derasnya rinduku
Bila engkau membasahi puisiku di lembaran tanah,
Maka rinduku akan menghujani langitmu yang tak terjamah.
Kamis
Sore yang malang
Ketika senjamu perlahan mulai menghilang
Para penikmat senja pulang
Melukis senyum dari indahnya ronamu
Namun kekasih
Aku mencintaimu di luar keseanggupan senja
Menahan indah ronanya
Jumat
Malam sunyi
Terdengar gema gema kerinduan
Para darwis berlalu lalang
Menapaki jalan kesunyian.
Kau mungkin tak melihat ini
Aku menguzlahkan diri
Memuisikan kesedihanmu
Yang kunukil dari air matamu
Sabtu
Terdengar kabar
Tetanggaku tak lagi memiliki ayah dan ibu
Dan kini ia menjadi yatim piatu.
Kau tahu kekaksih
Bahwa rindu adalah ibuku
Dan cinta adalah ayahku
Dan denganmu, aku tak akan sekalipun menjadi yatim piatu
Minggu
Para perkerja tak lagi bekerja
Mereka libur, berrehat sehari
Namun kekasih
Tak ada kata libur atau istirahat dalam kamus puisiku
Karna perkerjaanku adalah mencintaimu
Kang Poed
2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Asmarasa
PuisiSepilahan puisi Dari rasa ini, kepada pemilik hati yang tak diketahui