Kamu bisa menipu dunia,tapi bukan ibumu...
• • •
Dyeza bergerak gelisah sambil menitikkan air matanya."tidak,tolong jangan pergi."lirihnya.
"Apa yang sebenarnya terjadi?"
"Tidak,kamu mau kemana?"
Mama Karin yang mendengar gumaman dyeza yang tertidur disampingnya segera terbangun dan menggoyangkan bahunya pelan."hei dyeza bangun."
"Tidak!"bukannya bangun tapi membuat dyeza semakin bergerak gelisah.mama Karin yang melihat itu semakin menggoyangkan bahu dyeza dengan brutal sambil berteriak kecil.
"dyeza bangun!"
Dyeza tiba-tiba bangkit dari tempat tidurnya dengan nafas memburu dan melihat ke arah mama Karin yang melihat kearahnya dengan cemas.
"Ada apa?"tanya mama Karin sambil mengambil gelas di meja samping tempat tidur dan memberikan ke dyeza.
Dyeza tidak menggubrisnya dan hanya meminum air putih lalu memberikan ke mama Karin.
"Ada apa?"tanya sekali lagi mama Karin sambil merapikan rambut berantakan dyeza dan melihat wajahnya yang agak pucat.
Dyeza menutup matanya beberapa menit dan menghembuskan nafasnya kemudian membuka matanya sambil tersenyum lebar kearah mama Karin.
"Tidak apa-apa kok mah".jawab dyeza yang masih tersenyum lebar ke arah mama Karin,melihat mama Karin masih belum menurunkan tatapan mata intimidasinya dyeza mengambil tangan mama karin sambil berujar yakin."sungguh loh dyeza tidak apa-apa hanya mimpi buruk."
Mama Karin mengangguk kepalanya sekilas walaupun masih ragu melihat dyeza yang agak pucat tapi mungkin ada alasan mengapa dyeza tidak menceritakan semua kepadanya.
"Baiklah mama akan percaya tapi dengar yah dyeza,kamu memang bisa menipu dunia dengan senyum mu, tapi kamu tidak bisa menipu ibu sendiri.mama tau kamu butuh waktu tapi jangan pernah memendamnya sendiri ada mama yang selalu mendengarkan."ujar mama Karin tersenyum menenangkan sambil mengusap kepala dyeza pelan.Dyeza mengangguk kepalanya dengan cepat sambil berujar yakin."pasti mah."dyeza menidurkan kepalanya ke pangkuan mama karin dengan menyengir lebar"mah dyeza ngantuk,pinjam pahanya yah."
Melihat dyeza menyengir lebar membuat mama Karin tertawa kecil lalu mengusap rambut dyeza pelan."tidur saja dyeza, kamu ini segala minta pinjam ajah."
Dyeza menutup matanya ketika kepalanya diusap yang membuatnya semakin mengantuk dan tertidur.
• • •
Seorang laki-laki tua masuk kesebuah ruangan yang agak sedikit minim cahaya dengan langkah tegas dan duduk dikursi kebesarannya sambil menatap mereka semua yang berada diruangan ini dengan tatapan tajam."jadi ada kemajuan?"
Mendengar suara dingin atasannya membuat buluk kuduk mereka meremang dengan hati-hati mereka semua menatap seorang wanita yang baru saja berdiri dari tempat duduknya tepat didepan atasannya, membiarkan wanita itu menjawab pertanyaan laki-laki tadi.
"Iya pak ada kemajuan lima puluh persen bagi mereka yang berlatih dan untuk bagi pengungsi sekitar seribu empat ratus orang yang masih selamat dari kejadian beberapa bulan yang lalu,dua ratus orang anak laki-laki dan seratus orang anak perempuan bagi seorang laki-laki dewasa ada empat ratus orang dan seorang perempuan dewasa tiga ratus orang sedangkan para remaja laki-laki dan perempuan sekitar dua ratus orang."ujar wanita itu sambil membaca semua papan kertas yang dipegangnya dengan nada tegas.
Mendengar perkataan wanita didepannya yang masih belum lengkap, membuat rahangnya mengeras dan bertanya dengan dingin."jumlah bagi tentara yang masih selamat berapa?"
Wanita itu menelan ludahnya ketika melihat tatapan mata tajam atasannya dan menjawab dengan gugup."sek-sekitar dua ribu orang pak."wanita menundukkan kepalanya ketika bmelihat tatapan atasannya yang semakin menajam.
"Dua ribu orang yah,KENAPA BISA?"teriaknya terakhir sambil melihat mereka semua yang menundukkan kepalanya.
Seorang laki-laki yang duduk disamping kanan menjawab pertanyaan atasannya dengan nada yang sedikit ragu."sebab makhluk itu semakin lincah , mereka semua juga semakin banyak pak, sedangkan kita tidak bisa mengimbangi gerakan lincah mereka dan membuat para tentara tergigit."
Laki-laki itu mengangguk kepalanya dan masih melihat kearah bawahannya dengan tajam.
"Kalau begitu kita jadikan lima persen itu menjadi sembilan persen oh tidak kalau bisa minimal seratus persen."ujar laki-laki itu dengan tegas.
Mereka semua saling menatap bingung dengan perkataan atasannya dan salah satu dari mereka bertanya penasaran."bagaimana caranya pak?"melihat atasannya tersenyum miring dan menatap kearahnya memutuskan mengalihkan pandangannya,asal tidak bertemu mata atasannya yang agak menyeramkan sambil mengumpat didalam hatinya karena kebodohannya yang bertanya dengan berani pada atasannya.
Melihat semua bawahannya menundukkan kepalanya tanpa menatap kearahnya membuatnya tersenyum miring dan menjawab pertanyaan bawahannya dengan nada dingin."buat bagi para pengungsi untuk masuk kedalam para tentara latih mereka dengan keras semuanya harus ikut kecuali orang yang memiliki penyakit ataupun yang tidak sanggup,kita akan membuat para tentara khusus."
••o0o••
Jangan lupa votenya yah ;)Dheasyad
(13-oktober-2020)
KAMU SEDANG MEMBACA
THE FORTRESS ||ON GOING
AzioneThis story is my first story, and I'm trying to make it better, hope you like it Seorang gadis bangun dari tidur panjangnya, menatap ke atap langit kamar yang serba berwarna putih, dia bangkit dari tempat bangkar dan melihat sekelilingnya. "Dimana i...