"Fiona, buku apa yang sedang kau baca?" Tanya Giona. Gadis itu melirik sebuah buku yang sedang dibaca kembarannya.
"Sebuah Novel Fantasi-Romantis. Ada apa? Apa kau mau membacanya?" Tanya Fiona sambil mengernyitkan dahinya. Selama yang dia tahu, Giona sangat anti dengan hal hal yang berbau romantis.
"Huh? Tidak, tentu saja tidak."
"Aku sudah menduganya. Tapi buku ini sangat menarik loh, apa kau benar benar tak ingin membacanya? Kujamin kau akan menyukainya."
Giona membalas Fiona dengan gelengan kepala.
"Orang aneh mana yang membaca novel didalam club malam. Dasar bodoh." Tepat sekali, orang aneh mana yang membaca buku ditempat seperti ini.
Giona sampai malu dengan orang orang yang menatap aneh kearah adiknya itu, rasanya ingin pura pura tak mengenalnya, tapi dengan sekalai lirikan pun orang orang tahu jika mereka bersaudara.
Giona segera memanggil seorang pelayan yang ada didekatnya.
"Sebotol Armand de Brignac Midas."
Pelayan tadi segera mengambil pesanan Giona, sedangkan Viona memandang sebal kearah Giona.
"Apa?" Dengan wajah datar Giona memandang kemarannya yang secara terang terangan sedang menatapnya dengan penuh kekesalan.
"Kau menghabiskan uang untuk hal yang tak berguna, Giona sayang."
"Apa kau lupa? Pemasukanku berkali kali lipat lebih banyak dari pengeluaranku."
"Baik-Baik. Giona Steenward, pendiri perusahaan Dieetrich. Top five in world. Kau memang selalu benar."
Fiona lebih memilih untuk mengalah daripada harus beradu argumen yang pastinya akan dimenangkan oleh Presiden direktur muda kita, Giona.
Tak ada angin dan tak ada hujan, tiba tiba saja datang belasan orang dengan setelan jas formal, orang orang itu melirik Giona dan Fiona bergantian, mereka saling memandang dan mengangguk untuk saling meyakinkan jika mereka sudah mendapatkan target yang mereka incar.
Giona menghadang Fiona, ia berdiri tepat dihadapan Fiona yang masih membaca buku dengan santai.
"Sial. Perasaanku tidak enak." Gumam Giona.
Oh, ayolah dude. Feeling wanita tak pernah salah.
Beberapa orang berjas itu mengeluarkan sebuah pistol dan tanpa ragu menembak kearah dimana Giona dan Fiona berada.
"Shit."
Giona tidak akan menyangka jika Rival bisnis-nya seniat itu sampai sampai merencanakan pembunuhan di sebuah club.
Sebenarnya, Giona tak perlu khawatir akan dirinya, sebelumnya Giona telah memakai kaos anti peluru dibalik dress party miliknya.
Tapi berbeda dengan Fiona, gadis itu tidak memikirkan kemungkinan terburuk menjadi seorang adik dari pengusaha besar dunia. Fiona sama sekali tidak memakai ataupun membawa perlindungan apapun.
"Fiona lari, target mereka adalah aku, kau tak akan terluka jika kau tak ada didekatku." Teriak Giona dengan panik.
"Apa kau gila?! Aku tak akan meninggalkanmu." Balas Fiona dengan datar.
Giona menggertakan giginya, ia segera mengambil sebuah H&K compact 9mm miliknya dari pouch bag Celine berwarna putih yang dibawanya.
Keadaan Club sekarang sudah tak karuan, orang orang berteriak dengan panik dan berlari keluar dari club itu. Club menjadi berantakan karena ulah pria berjas itu.
Giona segera menembak pria berjas itu. Beberapa dari mereka jatuh karena terkena tembakan.
"Fiona ayo keluar." Teriak Giona sambil menarik kasar tangan Fiona.
Fiona yang panik hanya bisa mengikuti refleks yang diperintahkan otak saat berada dalam bahaya, kakinya dengan cepat menelusuri tangga darurat karena tak mungkin dengan keadaan seperti ini mereka turun kelantai dasar dengan menggunakan lift.
Giona yang melihat Fiona sudah berlari menjauh sontak membalikan badannya dan kembali melawan belasan pria berjas itu.
Setelah beberapa tembakan ia lempar kepada mereka, Giona menarik meja disampingnya untuk memblokir jalan menuju pintu darurat.
Giona melirik tangga dan dengan cepat meluncur melalui pegagan tangan yang licin.
"GIONA! CEPAT!" Teriak Fiona sambil menekan klakson mobil Ferrari portofino silver miliknya.
Giona mengangguk cepat, hanya tinggal beberapa langkah lagi ia bisa sampai didepan mobil, tapi tiba tiba seorang pria berjas yang berhasil lolos menembak telak Giona.
Door
Door
Tembakan yang dilontarkannya tepat mengenai Paha kanan dan tangan kiri Giona.
Giona mengernyit menahan sakit sambil menggertakan giginya kesal, ia berjalan dengan cepat kearah mobil sambil memegang erat tangannya yang terkena tembakan.
Sedetik setelah Giona duduk dan memakai seat belt mobil, Fiona langsung mengendarai ferrari-nya menerobos jalanan dengan kecepatan 160km/jam.
Setelah beberapa menit berlalu dan tidak ada tanda tanda musuh mengejar, Fiona kembali mengendarai mobilnya dengan kecepatan normal, Fiona melirik Giona yang sudah terlihat pucat.
"Hei, kemampuan balapan mobilmu itu ternyata berguna juga disaat seperti ini." Lirih Giona
Fiona menatap khawatir saudaranya, dan Giona yang menyadari itu segera menenangkan adiknya dengan lirih.
"Aku baik baik saja Fiona, kau tahu 'kan aku sudah terbiasa dengan hal ini." Ucap Giona. "Setidaknya, untuk saat ini."
Fiona dengan kembali mengendarai mobilnya
Dengan kecepatan diatas rata rata. Fiona segera pergi melesatkan mobilnya menuju rumah sakit terdekat."Bertahanlah- kakak."
Giona melirik kerarah Fiona, ia melihat sebuah truk besar yang melaju cepat menuju mereka.
"Aku tak mudah mati kau tahu- FIONA AWAS!"
Dengan cepat Giona membuka seatbelt milik Fiona dan melempar Fiona menuju trotoar.
Bruk
Ringisan Fiona tertahan saat melihat sebuah truk dengan kecepatan tinggi menabrak Ferrari miliknya.
'Braak
"GIONA! Ya..."
"...pft"
Disisi lain, Giona sama sekali tak merasakan sakit, seluruh tubuhnya mati rasa, darah keluar tak henti henti dari seluruh badannya.
Pandangannya memburam dan matanya tertutup.
'Apa aku akan mati sekarang? Terimakasih tuhan karena telah memberiku adik yang manis seperti Fiona, tolong berkahi adikku kemanapun dia pergi.'
*****
"Ugh."
"Putri? Putri anda sudah sadar? Putri!?"
"Siapa?"
"YANG MULIA PUTRI CLARISSA SUDAH SADAR.!"