SATU

23 4 0
                                    

2 Februari 2014.

"Gue terlambat"

Teriak seorang gadis dengan pipi chubi yang terlihat seperti adonan mochi, Dia bergegas memakai sepatunya dan meraih ransel yang siap untuk digendonganya. Pagi nya selalu diawali dengan keributan yang membuat tetannga akan mendecak sebal. Bagaimana tidak gadis itu akan berteriak sekeras mungkin mengutarakan rasa kesalnya. Setelah semuanya siap ia lansgung bergegas berlari keluar.

"Ma Gita berangkat!" teriaknya tanpa melihat wajah Mamanya.

"Zia.....Zia.. Woy cepetan telat tau" teriaknya setelah sampai didepan pagar rumah berwarna kuning yang berada tepat didepan rumahnya.

"Entar masih pake Sepatu" balas Gadis lain dari dalam rumah.

"Wah gila lu. Ini hari pertama Gue masuk sekolah, masa udah telat" teriaknya lagi.

"Iya sabar" jawabnya sambil setengah berlari keluar rumah.

"Mah Zia berangkat" pamitnya.

Tanpa aba-aba Zia langsung berlari tanpa memperhatikan gadis itu yang sedari tadi menunggunya. Zia berlari sekuat tenaga.

"woyy tunggu" dia yang mengetahui hal itupun sontak saja ikut berlari mengejar Zia, berlar sampai di halte bus. Walaupun sudah sampai dihalte Bus tepat waktu, namun keduanya masih saja tidak tenang. Waktu terus berjalan tanpa ada halangan. Waktu terus berdetak tanpa sepengetahuan pemiliknya. Mereka menatap Bus dari kejauhan, Nampak sudah kini. Hati mereka berbunga, seperti mau dapat bantuan subsidi saja.

Bus itu tepat berhenti dihadapan mereka. Tanpa banyak bicara mereka langsung berebut masuk dengan penumpang lainnya. Kota metropolitan seperti Jakarta sudah biasa dengan kesibukkan paginya yang harus berdesakan dengan yang lainnya. Begitupun mereka berdua. Dengan sekuat tenaga masuk kedalam Bus dan berharap bisa mendapatkan tempat duduk nanti. Tapi tidak beruntung.

"Aduh sempit banget. Bang jagan injak sepatu Gue dong" keluh gadis itu yang berhimpitan.

"aduh Mba, jagan dorong-dorong" keluhan yang sama dari Zia.

"Gimana Jakarta Ri?, keren kan?" Zia menyenggol pundaknya sambil tersenyum sinis.

"Gila sih ini" mereka langsung tertawa bersamaan.

20 menit mereka menepuh perjalanan dengan Angkutan umum, selama mereka berdesakkan didalam Bus, tanpa disadari waktu sudah menekan mereka. 10 menit lagi gerbang sekolah akan segera ditutup. Mereka berdua berlari sekuat tenaga. gadis yang memiliki tubuh sedikit gemuk itupun langsung merasakan lelah padahal belum jauh dia berlari. Benar saja, sampai didepan gerbang sekolah sudah ada Pak Santoso, Guru paling kiler yang ada disekolah ini.

"Pagi pak Santo....so" dengan nada yang tersenggal.

"Kalian terlambat" katanya.

Zia dan gadis itu langsung melihat jam tangan mereka, memastikan apakah benar kalau sudah terlambat.

"Belum Pak, masih ada 2 detik lagi" sanggah Zia.

"2..1. teng kalian berdua terlambat, eh tunggu siapa gadis mochi ini?" Tanya Pak Santoso kepadanya. "Murid baru, sudah berani bikin ulah, Ayok masuk. Bapak maafkan untuk hari ini, terutama kamu Zia" tebak Pak Santoso bahkan sebelum dia memperkenalkan dirinya. Tapi setidaknya mereka berdua selamat hari ini. Walaupun pada akhirnya jadi saling tuduh karena kesalahan yang sama.

Perkenalkan nama gadis yang memiliki pipi seperti Mochi itu bernama, Gita Ria Safitri. Biasa dipanggil Ria, tapi kalau udah dirumah berubah jadi Gita, nama kesayangan dari Mamanya. Pipi Chuby dan mata yang sipit menjadi ciri khasnya. Gadis berumur 17 tahun yang baru saja pindah dari bandung ke Jakarta karena pekerjaan ayahnya. Ria mempunyai sahabat waktu kecil bernama Zia yang sangat cantik dan bersemangat, rumah mereka berhadapan dan itu disengaja karena orang tua Zia adalah teman kerja ayahnya. Mengapa banyak orang yang bilang bahwa dunia ini sekecil daun kelor. Ya.. sepertinya Ria percaya.

Ria pindah ke sekolah yang sama dengan Zia yaitu SMA****. Hal ini bertujuan agar mudah untuk bersosialisasi, namun rupanya Ria mendapatkan kelas yang berbeda, yaitu kelas 11 IPA B, sedangkan Zia kelas 11 IPA A. walaupun begitu Ria tidak merasa sedih. Karena pada dasarnya sikapnya memang seorang anak yang ceria dan cerewet. Makannya dia bisa cepat bergaul dengan teman sekelasnya.

Perkenalkan juga Azkia Rahayu, biasa dipanggil Zia, umur mereka sama. Sahabat Ria dari kecil dulu. Anaknya sangat cantik dan ramah, tubuhnya yang tinggi dan porsi tubuhnya yang langsing membuat siapa saja yang mengenal Zia menjadi sebuah keberuntungan yang sangat luar biasa, walaupun anaknya sedikit genit tapi baik kok.

~~~~

"Aduh Gue gak bawa baju olahraga lagi." Keluh Ria saat Gurunya mengatakan akan olahraga. Karena dirinya masih murid baru, makanya dimaklumi. Ternyata teman dikelasnya banyak juga yang tidak membawa baju olahraga, alasannya beragam, dari yang sakit sampai yang malas. Mereka hanya duduk didepan kelas sambil memperhatikan yang lainnya melakukan olahraga. Dalam artian kasarnya sih, beberapa orang yang tidak membawa baju olahraga tidak boleh mengikuti pelajaran olahraga. Disitulah Ria melihatnya. Seorang pria yang bisa mengubah hidupnya dalam beberapa waktu kedepan.

Karena ini kelas gabungan. Makannya kelas mereka di gabungkan dengan kelas A. siapa lagi yang akan ditemuinya kalau bukan Zia. Zia menghampiri Ria dan sedikit memperoloknya.

"Ciee, hari pertama udah dihukum" katanya sambil tersenyum jahil.

"Apaan sih Lu."

Pandangan Ria tertuju pada satu siswa pria yang sedang asik bermain bola. Wajahnya yang rumawan dibandingan dengan teman lainnya membuat siapa saja yang melihat klub bola itu hanya tertuju padanya. Dengan rambut basah karena keringat menambah ketampanan siswa pria itu.

"Namanya Septian Alwi Aditya. Biasa di panggil Alwi. Wajar sih kalau Lo tertarik sama dia Ri. Karena bukan lu ajah , semua cewek disekolah ini juga naksir tuh sama dia. Dari kelas 1, 2 bahkan kakak senior ajah banyak lohh yang naksir dia. Jadi jangan harap deh lohh, banyak saingan kawan." Jelas Zia bahkan sebelum Ria bertanya.

"Apaan sih Zi, siapa yang naksir Cuma lihat doang. Soalnya kenapa cewek-cewek semuanya pada teriak-teriak gak jelas. Kayak lihat Le Min Ho Oppa ajah." Ketusnya.

"Ehh denger yaaa. Kegantengan Alwi itu udah setara dengan Oppa-Oppa Korea Selatan tau" bela Zia.

"Lu kira Milkita apa!, setara dengan satu gelas susu murni" jawabnya sambil tertawa lepas. Sontak saja suara tawa itu membuat semua orang memperhatikannya. Termasuk cowok itu, yang menghentikan sedikit kegiatannya hanya untuk memperhatikan siapa yang tertawa. Sontak saja itu membuatnya membungkam mulutnya rapat-rapat. "kebiasaan" katanya sambil memukul mulutnya sendiri.

Kisah mereka bermula dari tatapan yang sangat tidak disengaja. Cowok dingin super cuek yang menjadi incaran semua siswa cewek yang ada disekolah ini, Untuk membayangkan dekat dengannya saja Ria tidak berani. Terlalu tinggi untuk berharap.

Cinta pertama yang kata orang tidak akan pernah terlupakan itu. Berlabuh pada orang yang salah, pada orang yang seharusnya tidak dia temui. Bukannya tuhan sudah mentakdirkan seseorang yang terbaik untuk makhluknya. Dia percaya bahwa disemua hati manusia yang ada dibumi ini telah terhubung satu sama lain, terlalu banyak yang terhubung, bersaing siapa yang bisa bertahan. Aku, Kamu atau dirinya. Hingga hubungan itu benar-benar bertaut didalam hati masing-masing dikunci dengan rapi dan diberi system pertahanan yang paling rumit, apalagi kalau bukan Setia.

Apakah dia setia?, tentu. Lalu siapa yang salah?, sepertinya Aku.


To Be Continue.....

(Tidak) Berakhir Indah? (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang