SEMBILAN

3 1 0
                                    

Pagi ini terasa membosankan, redup tak bersemangat. Ponselnya tidak berdering sama sekali, mati seperti rusak tidak bisa diperbaiki. Alwi juga tidak ada kabar sama sekali, rasanya kayak pergi perlahan-lahan.

"Kusut banget tuh muka" Zia memukul pundaknya "Masih belum ada kabar?" tanyanya lagi.

Tapi gadis itu hanya berjalan berlalu meninggalkannya, langkahnya yang lunglai menandakan bahwa ia tidak baik-baik saja.

"Kenapa sih lo?" tanyanya lagi sambil menyelaraskan posisi jalannya.

Tapi Ria hanya menyodorkan ponsel kehadapannya. "Coba cek hp gue zi, rusak kali ya" katanya lemas.

Zia mengambilnya, menekan tombol dan memeriksa isinya, semuanya berfungsi dengan baik "Semua ok kok, masih mulus dari casing sampai dalamnya juga" sambil membolak balikkan ponselnya.

"Nah teruss... Kenapa dari semalam gak ada suaranya"

"Hah?, apa maksudnya?" zia bingung.

Sekali lagi gadis itu tak menjawab pertanyaannya. Pergi berlalu menaiki bus yang sedari tadi telah tiba, duduk dibangku belakang yang bersebelahan langsung dengan jendela, melihat sekeliling yang mulai terasa bergmhenti bergerak perlahan.

"PR lo udah belum?, gila banget Pak Santoso kalau ngasih tugas gak masuk akal semua, bisanya soal dengan contohnya berbeda haha" terdengar gelak tawa yang mengejek.

Namun suara zia itu, terdengar seperti suara katak saat hujan reda, sangat besar, mengema lalu hilang.

Ria hanya menatap keluar jendela, mendengar suara hatinya sendiri berulang-ulang. Kenapa ya Alwi gak hubungin gue?, apa dia marah yaa sama gue?, zia ajah bisa tahu semuanya tentang lomba itu, kenapa gue gak dikasih tahu?, alwi kenapa sih?, pertanyaan itu terus berkembang dari satu pertanyaan, menjadi dua, tiga, empat dan puluhan pertanyaan menumpuk memenuhi kepala Ria yang kecil.

"Ri lo kenapa sih?, gak kesurupan kan?" tiba-tiba saja Ria menegakkan kepalanya seperti seseorang yang baru saja mendapatkan ilham.

"Aah gue tahu kenapa Alwi gak hubungin gue" katanya semangat.

"Eeh kampret loo" Zia terkejut. "Bisa gak santai ajah ngomongnya" sambil mengelus dadanya.

"Gue tahu kenapa Alwi bersikap dingin sama gue zi" mengoyang tubuh zia yang kecil.

"Ok... Eeehh kenapa emang... Pegel gue njir.."

"Mungkin ajah Alwi gak punya pulsa" tebaknya. "Iya pasti itu alasannya" mantap sekali ekspresinya.

"Loo gak gila kan ri?"

Namun ria tersenyum sambil sedikit meyakinkan dirinya lagi, pasti itu alasannya, keyakinan itu semoga menjadi sebuah alasan yang benar saja dialami oleh Alwi, agar gadis bucin itu tidak terluka.

*****
Jam istirahat pun Alwi tidak terlihat di sekolah, dikelasnya pun tidak ada, kemana dia?

"Zi, alwi mana?" tanyanya.

"Mana gue tahu, tanga sama Ari sono" ketusnya, lalu pergi kekantin

"Eeh ari..." ria memanggilnya setelah sosok mungil Ari terlihat samar dibalik jendela kelas A,

"Apaan" kepalanya muncul dicelah jendela yang sedang terbuka.

"Aahh... Keluar dulu kenapa sih" pintanya.

"Males gue, dari sini ajah. Apaan? Penting gak?, kalau gak penting jagan panggil-panggil gue, sumpek tahu"

"Sumpek apaan ri?"

"Aah gak tahu aahh, gak usah bahas itu. Kenapa lu manggil gue?, gak biasanya, pernah sihh sekali, kapan yaa??" meletakkan jarinya di dagu "Aah bodo amat, ada apa sih?"

"Lo tau Alwi kemana?"

"Tahu"

"Aahh beneran? Dimana?" tanyanya lagi antusias.

"Di ruang guru, karena pertandingan kemarin, Alwi jadi gak bisa ikut ujian matematika yang diajar sama Pak Santoso, mungkin bentar lagi kelar, tunggu ajah" jelasnya.

"Aahh makasih ya Ari, owh iya ngomong-ngomong itu pinggang gak pegel" lalu ria pergi meninggalkan Ari yang sedang berusaha melepaskan kepalanya dari celah jendela tersebut.

"Woyy gak nolongin nihh, Riaaa kepala gue nyangkut nihh... Woyyy Ria" sekuat apapun Ari memanggilnya, gadis itu tidak akan dengar karena lari kedepan ruang guru.

Ria berdiri dengan tubuhnya yang sedikit menyandar di dinding, menunggu seseorang yang dikatakan ada disana.

"Ngapain berdiri disini?" tanya ibu siti yang ternyata hari ini adalah hari piketnya.

"Nunggu teman bu" kataku sambil terpaksa tersenyum.

"Owhhh" ibu Siti berjalan beberapa langkah, lalu membalikkan tubuhnya seketika, sepertinya teringat sesuatu. "Kamu sibuk nak?" tanyanya.

"Eh saya bu?" ria panik.

"Iya kamu, masa tembok ehah kan tidak mungkin" sambil sesekali tertawa garing "Ibu minta tolong belikan kue biapong sama jus jeruk yaa dikantin" pintanya.

"Hahah... Baik bu, mana uangnya" ria sebal.

"Ok... Ibu suka anak yang begini, tunggu, nah ini 5rb buat beli kuenya, 5rb jusnya, 5rb lagi buat kamu, ongkos jalan hehe"

"Wah ok bu, terimakasih mohon menunggu" ria bergegas pergi kekantin.

Namun sepertinya gadis itu melupakan tujuan awalnya. Ria asik saja berjalan kekantin, lalu memesan apa yang sudah diminta ibu siti.

"Eeh kayak ada yang kelupaan" ria memikir sambil berjalan kembali dari kantin. "Astaga.. Alwi" ria langsung berlari.

Benar saja, Alwi sudah tidak ada di dalam ruang guru, pak Santoso juga tidak ada, setelah menyelesaikan tugasnya, riq bergegas mencari Alwi. Terlihat samar punggu lelaki yabg dicarinya duduk dibangku taman sedang membaca sebuah buku. Ria langsung mengenalinya. Siapa lagi kalau bukan Alwi.

"Alwi" sapanya langsung duduk disampingnya.

"Ria... Kenapa?" dengan santainya.

Ria memandanginya cukup lama, kenapa?, perntanyaan itu yang seharusnya di tanyakan oleh Ria, tangganya mulai mengepa pertanda kalau ria sedang kesal.

"Lo yang kenapa?, kemana ajah hah?" dengan nada yang sedikit tinggi.

"Aaahh kenapa lo kesal ri?"

"Aahh lo masih nanya, alwi lo kemana kemarin?, kenapa gak ngabari gue dari kemarin?" pertanyaan itu terus terlontar dari mulut ria.

"Bukannya lo sibuk sama zia kemarin?"

"Iya.. Tapi kenapa gak hubungin gue setelah itu, terus lo gak kasih tahu gue tentang lomba club bola itu" ria kesal.

"Gue pikir lo bituh ruang tanpa gue ri, gue takutnya malah ngangguin waktu lo sama zia" jelasnya.

"Hah jadi itu alasannya?, gue pikir karena lo gak punya pulsa"

Alwi tertawa, "Maaf yaa..."

Sebuah jawaban yang membuat hati ria akhirnya tenang, ternyata kekhawatiran itu terjawab dengan sebuah jawaban yang tepat sekali.

"Ternyata gue salah paham"


To Be Continue....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 12, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

(Tidak) Berakhir Indah? (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang