Kisah mereka berjalan sesuai rencana, setiap alasan yang diberikan diterima dengan baik satu sama lain, sepertinya Ria benar-benar merasa kalau Alwi adalah jodohnya.
"Alwi... Hari ini kemana?" Ria bertanya setelah melihatnya duduk di teras kelas.
"Hari ini ada janji sama club bola, mungkin gue gak bisa belajar bareng di perpus untuk beberapa hari ini, sebentar lagi kita ada pertandingan" jelasnya.
"Iya gak papa, gue ngerti kok, tapi jangan lupa ya, tetap kabarin gue"
Terlihat anggukan kecil disebrang sana.Setelah pertemuan singkat itu, 3 (tiga) hari Alwi sudah tidak mengubunginya, sms saja tidak. Ria bahkan tidak melihatnya di sekolah. Gadis itu mengendap masuk kedalam kelas A, ini pertama kalinya masuk.
"Lo maling ya..." seseorang berteriak dan memukul pundaknya.
"Owhh sakit tau, apaan sih zi" keluhnya.
"Lo ngapain sih, jalan kayak gitu?. Mau maling yaa" tuduhnya sambil cengegesan.
"Enak ajah, sembarangan banget sih. Gue tuh nyari Alwi" spontan saja
"Aahhh Alwi?, kirain gue" sedih
"Alwi dan club bolanya tuh lagi gak ada di sekolah ini, lagi ada pertandingan, emang lo gak tahu" katanya sambil duduk.
"Enggak, sejak kapan Zi, kok gue gak dikasih tahu sih"
"Gak tahu dehh... Udahlahh maklumin ajah, mungkin lupa atau gak sempat kan. Secara diakan kaptenya" sambil melangkah duduk
"Iya gue ngerti, tapi apa sesulit itu ngabarin gue" ikutnya duduk
" Entahlahh... Atau jangan-jangan...."
"Enggak tahu deh, ngomong sama zia gak ada titik terangnya... Buram" ria tertawa dan pergi meninggalkan kelas.
"Ck.. Dasar"
*****
Ponselnya tidak berdering, padahal ini sudah seharian ria menunggu kabar dari pacar dinginnya itu."Sesibuk itu ya"
Ria membanting ponselnya di kasur, berlalu menemui mama yang sedang asik bersenandung di dapur. Mencuci piring adalah hobi mama, katanya sih untuk menghilangkan stress.
"sore mam" sapanya lalu berlalu ke arah kulkas.
"Sore sayang... Owh iya papa tadi telpon katanya malam ini pulang" jelas mama.
Saking sibuknya dengan hubungan asmaranya, Ria sampai lupa dengan keberadaan papa nya. Papa ria biasa pergi keluar kota buat pekerjaannya, biasanya sebulan sampai 3 kali dengan kurun waktu 3 sampai 4 hari.
"Owh iya Ria sampe lupa kalau papa pergi dinas" sambil meminum jus jeruk.
"Dasar kamu ini" mama meringgis
"Ma... Gita mau nanya dong... Papa kan sering pergi, emangnya mama gak takut apa kalau seandainya papa sampai menduakan mama?" tanyanya penasaran.
"Sayang... Sebuah hubungan itu harus saling percaya... Itu resep nya"
"Emhh tapi apa mama gak penasaran sama tingkah lalu papa diluar tanpa mama?" tanyanya lagi.
Mama menghentikan kegiatannya, membalikkan badan kearah Ria yang berdiri bersandar di meja makan.
"Semua pasangan pasti punya perasaan khawatir, penasaran, cemburu dengan pasangannya. Mereka akan melakukan apapun untuk mempertahankannya, begitupun mama sama papa. Komunikasi sayang, papa selalu mengabari mama setiap saat. Saat kita sudah menemukan orang yang benar kita sayangi, pasti akan muncul rasa percaya, saat rasa itu dipupuk dengan komunikasi yang baik, yahh jadilah kayak mama dan papa mu sekarang ini. Langeng" sambil tersenyum.
"Mama akui pada awalnya sangat berat sayang, ditinggal sampai beberapa hari dirumah, khawatir apa yang sedang dilakukan diluar sana, cecok setiap papa pulang, karena mama hanya percaya tanpa ada komunikasi, tapi ternyata mama masih belum bisa sepenuhnya percaya dengan papamu"
"Setelah berjalannya usia pernikahan kita, dan banyaknya yang sudah dilalui, melihat dirimu tumbuh, papa lebih terbuka dengan mama. Yahh sampai sekarang dehh masih betah sama papa" mama tertawa dan melanjutkan mencuci piring.
"Gita??... Kalau nanti ada pria yang suka sama gita. Harus kasih tahu mama yahh... Komunikasi diantara orang tua dan anak sangat penting lohb"
"Iya ma, Gita paham"
"Teruss.. Kenapa Alwi gak pernah main Lagi?. kalian masih baik-baik ajah kan?. Masih belajar bareng kan?" gantian mama yang menanyakan berbagai hal kepada Ria.
"Iya ma aman kok, cuma Alwi akhir-akhir ini juga masih sibuk sama kegiatan club bolanya. Jadinya gak sempet main deh, bahkan buat kabarin Gita ajah enggak ma"
"Emhh pantesan kamu nanyain mama, ternyata kamu berada diposisi yang sama yahh. Lagi ditinggal hahahaha" mama meledek.
"Aahh mama ahh. Enggak kok" Ria malu.
Terdengar suara tawa didapur itu, mama mengelengkan kepalanya melihat Anak perempuannya pergi meninggalkan dapur dengan ketus. Menggemaskan.
"Ternyata anak mama udah besar ya.." mama tersenyum.
Brakkk Ria menutup pintu kamarnya dengan perasaan kesal.
"Iihh apa sih mama, bikin gue malu ajah ihh"
Ria mengambil ponselnya tidak ada pesan darinya. Kenapa sih?.
Sampai malam ria menunggu kabaf darinya, tidak ada satupun notifikasi darinya. Hatinya mulai gelisah "Apa main bola sampai malam?" ketusnya. Ria menunggu, bahkan sampai larut malam, sampai papa pulang pun tidak ada pesan darinya. Riapun memberanikan diri untuk menelponya.
Tuttttt...tutttt...tutt
-Panggilan yang anda tuju sedang berada diluar jangkauan-
Beberapa kali panggilan itu akan berakhir dengan seorang wanita yang mengatakan panggilan itu sedang berada diluar jangkauan. Ria makin kesal.
-Lo dimana?. Sudah makan?- pesan itu beberapa kali dikirimnya.
-kalau udah selesai mainnya, telpon gue ya-
-Alwi? Kamu lagi sibuk yahh?-
Pesan itu tetap tidak ada balasannya.
"Ihh Alwi ngeselin.. Gak tahu apa gue khawatir... Kenapa sih dia" Ria memukul kasurnya, lalu mendekap mulutnya dengan bantal dan berteriak. Semarah itu.
"Ahh jengkel... Gue benci sama Alwi"
Ting... Notifikasi pesan masuk keponselnya, ria langsung bergegas melihat ponselnya.
"Nomor baru?" ria bingung.
-Gue juga ingin kayak lo ri-
Ria melihat pesan itu dan terkejut, ternyta sudah beberapa kali pesan dengan tulisan yang sama dan nomer yang sama masuk di ponselnya, hanga saja pesan itu tertimbun dengan pesan-pesan yang lainnya.
"Ini siapa sihh?" ria bingung, sebenarnya siapa yang mengirim pesan itu. Apa yang di irikan darinya, apa mungkin karena hubungannya dengan Alwi?.
"Gue harus cari tahu"
To Be Continue.......
Semoga kalian menyukai cerita yahh....😁
KAMU SEDANG MEMBACA
(Tidak) Berakhir Indah? (Hiatus)
Romance"Emhh bagaimana kabarmu?, Aku rindu" terkejut Ria mendengarnya. Apakah ini bertanda bahwa dirinya bisa kembali. Sebenarnya rasa cinta masih ada didalam hatinya. Hanya saja gengsi menghalangi semua itu. "Aku ingin kembali" rasanya ingin sekali mengat...