ENAM

9 3 0
                                    

10 juni 2014

Semuanya berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Tidak ada yang pernah menyangka bahwa Alwi seorang pria populer di sekolah itu menjadi dekat dengan Ria. Semuanya benar-benar sebuah kejutan. Hari-hari mereka sangat menyenangkan, mereka mulai dekat, bahkan sangat dekat untuk seorang teman lelaki dan wanita. Bukankah banyak orang yang mengatakan bahwa tidak ada pertemanan diantara wanita dan laki-laki, semuanya pasti akan berakhir dengan rasa.

Sudah hampir 2 semester mereka selalu bersama. Kalau dibilang orang sih katanya PDKT, semuanya berjalan tanpa hambatan, pertemuan, kebersamaan menjadi bumbu cinta yang saling melengkapi satu sama lain.

Alwi sering mengajari Ria, terkadang mereka pergi bersama di hari libur sekolah. Alwi bahkan sering datang berkunjung ke rumah Ria, alasannya simpel buat belajar. Sedangkan mama senang akan hal itu, akhirnya anak bodohnya bisa belajar dengan benar, begitu fikir mama.

"Ri aku kerumah yaa..." pesan singkat dari sosok yang sungguh dikaguminya.

"Mau ngapain?" balasnya .

"Kangen nih sama calon mertua" gombalan yang sangat usang, namun ria tersenyum membacanya. Sesekali Alwi memang mengodanya, rasanya sangat mengelikan, ternyata dia bisa seromantis itu.

Malam itu benar-benar dihabiskan dengan saling berbalas pesan, hal itu sudah biasa bagi mereka. Terkadang Ria akan menabung uang sakunya untuk sekedar membeli pulsa. Sederhana yaa... Saat mereka saling berhubungan tidak akan ada yang bisa mengalihkan semuanya. Hanya tertuju pada mereka.

"Kayaknya lu udah ngelupain gue ya" suara terdengar di balik jendela kamarnya.

"Astaga....Zia... Bikin kaget ajah" ria terkejut karena sibuk dengan ponselnya.

"Laper nih... Beli odading mang Alwi yuk" sambil tertawa.

"Apaan sih zi, sejak kapan alwi jualan odading" ketusnya.

"Bercanda kali ri, habisnya lu gak ada waktu buat gue sekarang" zia memanyunkan bibirnya sambil mencoba masuk lewat jendelan.

"Lewat pintu ajah kali, entar gue bukain pintu" ria beranjak.

"Uuuhh eehhh gak usahh.... Gue lagi uji nyali... En...tar gue bisa kok" katanya tersengal karena berusaha menaiki jendela.

Brukkkk "Nah kan bisa juga" sambil cengegesan.

"Ngapain sih?"

"Gue kangen tahu sama lu yang dulu"

"Gue gak berubah kok, biasa ajah" ria menolak.

"Lu emang bisa mengelak dari itu ri, tapi yang lihat dan memperhatikan gak akan mengatakan hal yang sama dengan lu. Tapi gue bisa mengerti sih, orang akan berubah kalau sudah mengenal cinta, bukan hanya lu ri kucing gue juga gitu kok" katanya sambil tersenyum.

"Lah emang betul kok. Lu nya ajah yang perasa, lagian yaa gue gak kenal ama kucing lu" tertawa.

"Gimana?. Hubungan lu sama Alwi?, ada kemajuan?" zia melangkah mengambil cemilan di laci meja belajar Ria.

"Iihhh nanti mama tahu, coklatnya gue sembunyiin disitu" keluh ria.

"Tante pergi kok, lu gak tahu kan?"

"Ehh mama gue pergi?. Kok gak pamitan" ria kesal.

(30 menit lalu. "Gita mama sama papa mau kondangan di rumahnya teman papa. Mau ikut?" kata-kata mama semuanya tidak sampai ke telinga ria, entah kemana. Dia yang sibuk memainkan ponselnya berbalas pesan dengan cowok. "Gita mama pergi. Beneran gak mau ikut?. Nanti mama panggil zia buat temenin kamu ya" benar tidak dengar ya)

"Gimana?" tanya zia lagi.

"Apanya sih?..... Emhhh yahh gitu lahhh. Masih kayak biasa ajah"

"Owhhh..... Lu gak berharap kan?, gue takut lu bakalan kecewa terus nangis-nangis gak jelas ke gue"

"Tenang kok. Gue tahu batasan yang ada di diantara kita berdua yang bisa gue lewatin. Gue sadar diri zi, tapi gak papa sih untuk sekarang cukup begini ajah, gue gak mau yang lebih" ria menatap zia.

"Lu gak usah munafik ri. Sudah sekitar  5 bulan lu pindah ke sekolah dan mengenal dia, gak mungkin kalau lu gak berharap lebih. Itu lah kenapa cinta itu buta, terlalu menyakitkan untuk melihat kenyataan yang gak bakalan lu terima, makannya lu mengelak dari perasaan lu yang mulai serakah. Gue udah hampir 18 tahun kenal lu ri, hampir semua hal gue tahu tentang lu, bahkan semua yang lu suka dan enggak gue tahu" celoteh zia.

Ria menatap zia dengan tatapan menyelidik, mencari tahu celah yang mungkin saja bisa di terobos oleh ria.

"Lu gak lagi pacaran kan?, aahh atau kau lagi suka sama cowok ya.. Siapa... Ari, aahh fahri?" tebaknya.

"Lu gak akan tahu kalau gue cerita ri. Soalnya ada penghalang yang gak bisa gue hilangkan. Cukup lu tahu gue mungkin ajah bisa melakukan hal nekat suatu saat nanti ri" zia menatap serius.

"eeeihhhh ya udah gak usah cerita kalau gak mau, nanti gue juga bakalan tahu kok siapa orangnya... Tapi gue mohon jagan sampai lu ngelakuin hal bodoh yang bisa merusak diri lu... Paham!" ria menyakinkan, terlihat anggukan kecil dari zia yang sibuk memakan coklat.

Malam mereka berakhir dengan zia yang menginap di rumanya. Walaupun Mereka berteman dekat, bahkan bisa dibilang sebagai sahabat tetap saja ada rahasia yang disembunyikan masing-masing. Tidak semua hal harus diberitahukan kepada orang lain. Simpan saja sendiri jika kau anggap masih masih bisa di kendalikan.

Rasa apa yang bisa membuatmu berubah?. Apakah cinta bisa menjadi alasan berubahnya dirimu?. Apakah cinta bisa menerima wanita egois yang menginginkan semuanya?. Apakah semuanya akan berakhir indah?. Tidak ada jawaban dari semua itu, hanya bisa menunggu sang waktu untuk menjawab secara perlahan.

Semoga kita memiliki arti yang lebih dari sekedar dekat. Sungguh ada iblis jahat yang ada dihati mereka berdua.......

To Be Continue.....
Semoga suka yaa dengan cerita ini. Jagan lupa vote dan comentyaa.....

(Tidak) Berakhir Indah? (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang