Bab 7

1.1K 116 33
                                    

~CASEY~

Aku menoleh ke arah Will yang berjalan cepat menghampiriku. Dan teriakan Will padaku tadi juga menarik perhatian seluruh pengunjung di restoran ini. Walaupun tidak banyak orang yang ada di restoran ini, tapi itu cukup membuatku merasa malu. Begitu sampai di mejaku, Will menatap tajam ke arahku.

"Aku tahu bahwa kemarin kau marah padaku karena aku mengabaikanmu saat bersama Clara di taman hiburan. Tapi, kau tidak harus membalas pada Clara atas kekesalanmu padaku itu, Casey. Kenapa kau mendorong Clara?", Will bertanya tajam padaku. Ekspresinya terlihat sangat marah.

Seketika, aku juga ikut marah mendengar ucapannya padaku.

"Clara yang lebih dulu mengambil dan memaksa ingin melihat isi ponselku. Aku tidak mengizinkannya. Tapi, dia tetap tidak mau menyerahkan ponsel itu padaku. Jadi, kau jangan menyalahkan aku jika Clara terdorong saat aku berusaha merebut ponselku darinya. Clara tidak akan terdorong jika dia mendengarkanku agar segera menyerahkan ponsel itu padaku. Salahkan saja kekasihmu yang tidak tahu malu dan tidak punya sopan santun ini.", aku berkata tidak kalah tajam pada Will.

Setelah itu, aku langsung meraih tas dan buku catatanku lalu berdiri dari kursiku. Aku berjalan keluar dan meninggalkan mereka berdua. Aku tidak peduli jika saat ini aku menjadi pusat perhatian di restoran ini.

Aku marah. Aku sangat marah dan sakit hati pada mereka berdua. Terutama pada Will. Dan yang membuatku lebih sakit hati lagi adalah Will tidak memanggil atau menahanku saat aku berjalan keluar dari restoran ini.

Aku memang bodoh. Memangnya siapa aku dimata Will hingga aku berani berharap bahwa Will akan menahanku pergi dari restoran ini? Aku hanya sahabat yang baru saja menyakiti kekasihnya. Aku yakin, setelah ini Will pasti akan menganggapku bukan siapa-siapanya lagi. Dia tidak akan mau bersahabat denganku lagi.

Begitu berada di luar restoran, aku langsung menghentikan taksi yang lewat di depanku. Aku memutuskan akan langsung pulang ke rumah dan tidak kembali lagi ke kantor.

***

Aku sudah sampai di rumah sejak tiga jam yang lalu. Ketika tadi aku baru sampai di rumah, Mommy bertanya padaku kenapa aku pulang lebih awal seperti saat ini. Aku menjawab bahwa aku sedang merasa tidak enak badan. Aku terpaksa berbohong pada Mommy.

Dan sekarang, di sinilah aku, berbaring di atas ranjang kamarku. Aku sedang memikirkan sesuatu. Aku sedang berpikir untuk berhenti bekerja sebagai sekretaris Will. Aku sedang mempertimbangkan keputusan yang akan kubuat ini. Mungkin, inilah saatnya aku menyerah akan rasa sukaku pada Will. Aku sudah memendam perasaanku padanya selama bertahun-tahun. Tapi, Will tidak pernah menyadarinya. Sampai kapan pun, Will mungkin tidak akan pernah menyadari bahwa aku menyukainya. Dan itu berarti bahwa tidak ada kesempatan bagiku untuk mendapat balasan cinta dari Will. Memikirkan hal itu membuatku semakin yakin bahwa keputusan yang akan kuambil ini adalah benar. Memang sudah saatnya aku belajar melupakan perasaanku pada Will.

Kemudian, aku bangun dari ranjang lalu menuju meja kerja yang ada di kamarku. Aku membuka laptop lalu menyalakannya. Aku akan membuat surat pengunduran diriku untuk kuserahkan ke ruangan Will besok.

***

Hari ini, aku sengaja berangkat ke kantor pada siang hari. Aku datang ke kantor hanya untuk meletakkan surat pengunduran diriku ke ruangan Will. Aku sengaja datang saat jam istirahat makan siang karena aku tidak ingin melihat Will saat aku meletakkan surat pengunduran diriku ini di ruangannya. Biasanya, di jam istirahat makan siang seperti ini Will tidak ada di ruangannya karena dia sedang makan siang di luar kantor bersama Clara.

Sebelum masuk ke ruangan Will, aku lebih dulu menuju meja kerjaku untuk mengambil barang-barangku. Aku tidak menyimpan banyak barang di meja kerjaku. Aku hanya menyimpan peralatan make up serta sikat gigi yang kumasukkan ke dalam masing-masing pouch yang kusimpan di laci meja kerjaku. Aku mengambil barang-barangku lalu memasukkannya ke dalam tas. Setelah itu, aku langsung menuju ke ruangan Will untuk meletakkan surat pengunduran diriku di atas mejanya.

Saat sampai di depan pintu ruangan Will, aku langsung masuk tanpa mengetuk pintunya lebih dulu. Karena kupikir Will sedang tidak ada di dalam ruangannya. Begitu pintu terbuka, aku terkejut saat melihat Clara sedang berdiri di balik meja kerja Will. Tangan kanannya sedang memegang serta menggerak-gerakkan mouse komputer di meja kerja Will. Dia seperti sedang mengutak-atik komputer kerja milik Will.

"Clara, apa yang kau sedang lakukan?", aku bertanya pada Clara.

Clara tampak terkejut saat mendengar suaraku. Dia langsung mendongak dan membelalakkan mata saat melihatku. Kemudian, aku melihat dia buru-buru mencabut sesuatu mirip flashdisk yang sebelumnya tertancap pada port USB komputer di meja kerja Will. Lalu, dia berjalan menjauh dari meja kerja Will dan menuju ke arahku.

"Casey, ini tidak seperti...", ucapan Clara terpotong oleh suara pintu kamar mandi yang terbuka di dalam ruangan ini.

Aku menoleh dan melihat Will berjalan keluar dari dalam kamar mandi di dalam ruangannya.

"Casey, apa yang kau lakukan di dalam ruanganku?", Will bertanya padaku. Raut wajahnya tampak tidak senang saat melihat kehadiranku di sini.

Sepertinya, dia masih marah padaku atas insiden di restoran kemarin. Ya, dia memang masih marah padaku. Itu terbukti dari dia yang tidak menghubungiku sama sekali sejak kemarin.

Namun, aku mengabaikan hal itu. Sekarang, ada hal yang lebih penting yang harus kukatakan pada Will. Aku harus memberitahunya tentang apa yang baru saja dilakukan oleh Clara pada komputernya saat Will sedang berada di dalam kamar mandi tadi.

"Will, sepertinya Clara sedang berusaha mencuri data di komputermu. Tadi, aku melihat dia...", ucapanku terpotong oleh amukan Will.

"Cukup, Casey!", Will membentakku. Dia terlihat sangat marah. "Aku tahu bahwa kau marah padaku. Kau mungkin juga tidak menyukai Clara. Tapi, kau tidak berhak menuduh Clara sebagai pencuri. Apa kau sedang berusaha memprovokasiku agar membenci Clara? Cukup katakan saja bahwa kau memang tidak menyukai Clara. Kau tidak perlu menuduh Clara sebagai pencuri atau memprovokasiku seperti ini.", Will berkata tajam padaku. Kemudian, dia menatap kecewa ke arahku. "Kupikir selama ini kau adalah sahabat terbaikku, Casey. Tapi, sahabat macam apa yang tega menuduh kekasih sahabatnya sebagai pencuri dan berniat menghancurkan hubungan sahabatnya?", ucap Will berapi-api di akhir kalimatnya.

Sungguh, aku tidak percaya dengan apa yang baru saja Will katakan padaku. Aku berniat baik untuk memberitahunya agar waspada terhadap Clara. Tapi, dia malah menuduhkan hal bermacam-macam padaku. Dan itu membuatku sangat marah dan sakit hati. Kemudian, aku menatap tajam ke arah Will.

"Dengar, Will. Aku bukan tipe orang yang sembarangan menuduh seseorang sebagai pencuri. Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri bahwa tadi Clara menancapkan sesuatu semacam flashdisk pada port USB komputermu. Aku juga melihatnya menggerakkan mouse seperti sedang mengutak-atik komputermu. Begitu dia menyadari kehadiranku, dia langsung panik dan mencabut flashdisk itu dari komputermu. Jika kau tidak percaya, kau periksa sendiri saja apa isi flashdisk yang ada di tangannya itu.", ucapku berapi-api pada Will. Kemudian, aku mengeluarkan sebuah amplop dari dalam tasku lalu menyerahkannya dengan paksa pada Will. "Ini. Surat pengunduran diriku. Aku datang ke sini hanya untuk menyerahkan surat itu padamu.", ucapku padanya.

Kemudian, aku berbalik dan berjalan menuju ke pintu keluar ruangan Will. Ketika aku hendak keluar, aku teringat pada sesuatu. Aku berbalik lagi untuk menatap Will.

"Oh ya, satu lagi. Kau lupakan saja persahabatan kita selama ini, Will. Aku tidak ingin bersahabat lagi denganmu. I don't wanna be your best friend anymore, Stupid Asshole!", ungkapku kesal seraya mengumpat padanya.

Setelah itu, aku keluar dari ruangan Will dan langsung berjalan ke arah lift. Saat di dalam lift, aku melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangan kiriku. Sekarang sudah jam setengah satu siang. Aku masih punya waktu sekitar satu jam lagi untuk menuju ke bandara. Ya, aku memang sudah memutuskan untuk pergi dari New York dan melupakan semua kenangkanku bersama Will di sini.

***

You're My Best (Girl)FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang