Bab 9

1K 100 3
                                    

~WILL~

Tadi, aku sudah bertemu dengan kakak Casey dan suaminya. Mereka menyambutku dengan sangat baik. Tapi sayangnya, aku belum bertemu dengan Casey. Kakaknya mengatakan bahwa saat ini Casey sedang berada di kebun anggur. Setelah meletakkan koperku di kamar yang disediakan oleh kakak Casey, aku langsung menuju ke kebun anggur dimana Casey berada saat ini.

Kebun anggur milik kakak ipar Casey berjarak sekitar lima puluh meter dari halaman belakang rumahnya. Selain itu, kebun anggurnya juga sangat luas. Dari kejauhan, aku bisa melihat seorang gadis berpakaian overall dengan luaran kemeja tartan sedang berdiri di tengah-tengah kebun anggur. Dia juga mengenakan topi dengan pinggiran lebar serta sebuah keranjang kecil disampirkan pada lengan kirinya. Dari postur tubuhnya, aku langsung mengenali bahwa gadis itu adalah Casey. Kemudian, aku langsung berjalan menuju tengah-tengah kebun anggur untuk menghampirinya.

Sekarang, aku sudah berada dekat dengan Casey. Jarakku dengannya hanya sekitar lima meter. Tapi, Casey masih belum menyadari kehadiranku di belakangnya. Dia masih sibuk memetik buah anggur di hadapannya. Aku terus berjalan mendekat ke arahnya. Dan ketika aku sudah berjarak sekitar dua meter darinya, Casey baru menyadari kehadiranku. Dia menoleh dan terkejut saat melihatku yang sedang berdiri di belakangnya. Tapi, sedetik kemudian dia memasang ekspresi dingin dan marahnya padaku.

"Hai, Casey...", sapaku seraya tersenyum canggung padanya.

Casey tidak membalas sapaanku. Dia malah melengos lalu berjalan cepat menjauh dariku.

"Casey, tunggu...", aku berkata padanya seraya sedikit berlari mengejarnya.

Begitu Casey sudah berada dalam jangkauanku, aku meraih lengan kanannya untuk membuatnya berhenti berjalan menjauh dariku.

"Lepaskan tanganku!", ucapnya tajam padaku.

Aku tidak melepas cekalan tanganku padanya.

"Casey, tolong dengarkan aku.", ucapku padanya.

"Who are you?", tanyanya dengan menatap dingin ke arahku.

Sungguh, aku sangat takut dan sedih ketika melihat Casey yang berbicara dengan nada dingin seperti ini padaku. Apalagi, dia juga berpura-pura tidak mengenaliku. Itu berarti bahwa Casey benar-benar marah padaku.

"I'm sorry, Casey. Aku bersalah padamu. Aku memang bodoh. Aku sudah bersikap keterlaluan padamu kemarin.", ucapku meminta maaf padanya. Kali ini, aku melepas cekalan tanganku padanya.

Casey tidak membalas ucapan permintaan maafku. Dia menatap datar ke arahku selama beberapa saat. Kemudian, dia berjalan ke arah depan tidak jauh dariku lalu melanjutkan kegiatannya memetik buah anggur.

Aku bersyukur bahwa saat ini Casey tidak lagi menghindar dariku. Dia tidak berjalan cepat menjauh seperti tadi. Walaupun dia mengabaikanku, tapi dia masih berdiri tidak jauh dariku sambil memetik buah anggur di depannya. Sepertinya, inilah kesempatan bagiku untuk menjelaskan semuanya pada Casey lalu meminta maaf padanya.

"Aku minta maaf, Casey. Aku salah karena sudah berburuk sangka padamu. Kau benar. Ternyata, Clara sedang berusaha mencuri sesuatu dari komputer di ruanganku...", ucapku memulai pembicaraan. Kemudian, aku terus menceritakan kejadian setelah Casey keluar dari ruanganku kemarin hingga usahaku untuk meminta maaf padanya sampai aku menyusulnya ke Spokane seperti saat ini.

Selama aku bercerita, Casey tidak menanggapi ucapanku sama sekali. Dia hanya diam sambil terus memetik buah anggur. Tapi, tidak apa-apa. Setidaknya, dia mau mendengarkanku.

"Aku memang bodoh, Casey. Aku sungguh minta maaf atas sikapku yang menyebalkan padamu selama beberapa hari ini. Tolong, maafkan aku.", ucapku meminta maaf lagi.

You're My Best (Girl)FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang