🄲🄾🄼🄿🄻🄴🅃🄴🄳
Perpisahan bukan berarti kalian tidak akan berjumpa kembali, perpisahan hanyalah nasihat supaya kalian tetap akrab ketika bertemu kembali.
Karena sesungguhnya perpisahan itu tidak sepenuhnya berpisah, melainkan hanya jarak yang me...
Yeonho mengeluarkan benda kecil yang dimasukkannya ke dalam kantong celananya tadi, kemudian diarahkannya ke gagang pintu gudang tersebut.
Ceklek!
Pintu tersebut berhasil dibuka, Yeonho keluar dan menutup kembali pintunya secara perlahan.
Ia tak mungkin kabur melewati gerbang depan karena jika ia ingin ke situ maka ia harus melewati rumahnya terlebih dahulu, jadi mau tidak mau ia melewati gerbang kecil di belakang.
Gerbang tersebut agak tinggi, dan bagian atasnya sangat runcing sehingga siap melukai siapa saja yang terkena ujungnya.
Entah bisa disebut sebuah keberuntugan atau apa, ujung mata Yeonho menangkap sesuatu di dekat pohon belakang rumahnya.
Tangga, dia menemukannya.
Ia bergegas mengambil tangga itu mengarahkannya ke tembok.
Dengan pelan ia menaiki tangga tersebut agar tidak menimbulkan suara, ia ingin kabur dan tak ingin usahanya kali ini gagal.
Sampai di atas tembok Yeonho mengangkat tangga itu sekuat tenaga, lalu menyandarkannya ke tembok yang berhadapan dengan jalan kecil di belakang rumahnya.
Yeonho menuruni tangga itu secara perlahan kemudian ia menaruh tangga tersebut di pohon yang letaknya sedikit jauh dari belakang rumahnya, ia sengaja melakukannya agar tak ada yang menyadari bahwa ia kabur melewati gerbang belakang.
Entah apa alasannya, orang tua Yeonho tak pernah memasang cctv di sekitar area gudang dan belakang rumah sehingga Yeonho bisa kabur dengan aman.
Dia berterima kasih pada benda kecil pipih berwarna emas ini, ia mencurinya dulu dari ruang kerja ayahnya yang berada di lantai dua.
Pada masanya itu memang sempat heboh bahwa kunci cadangan pintu gudang hilang tapi itu hanya berlangsung selama sehari, setelahnya orang tua Yeonho tak pernah mempermasalahkan hal tersebut lagi.
Tanpa mereka ketahui bahwa Yeonho lah yang mencuri kunci itu dan menyimpannya di lemari kecil dekat tempat tidurnya.
Setelah memastikan keadaan sekitar sepi, Yeonho langsung berlari agar bisa cepat sampai di rumahnya.
Lebih tepatnya yaitu rumah keduanya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kenapa hari ini terasa berat banget ya" Gyehyeon berjalan kaki di trotoar.
Entah apa yang membawanya sore ini untuk memilih pulang ke rumah hanya dengan jalan kaki saja.
Gyehyeon sendiri pun tahu bahwa dirinya termasuk orang yang mageran tingkat dewa, makanya dia sediri bingung kenapa dia lebih milih jalan kaki daripada harus naik bis.
Pikirannya kosong, tapi untung saja Gyehyeon masih bisa fokus berjalan agar tidak menabrak orang yang sedang berjalan di trotoar juga.
Bruk!
Seseorang menabrak Gyehyeon.
Ia sedang bad mood saat ini dan sekarang emosinya siap untuk mengajak kelahi orang yang menabraknya ini.
"Lo kalo jalan liat-liat ga—"
"Ma-maap kak, ma-maap aku ga sengaja"
"Yeonho!?" Gyehyeon.
"Hah? Eh! Kakak kok—" Yeonho.
"Loh kok kamu bisa disini? Kangmin mana??" Gyehyeon.
"Kangmin kayaknya udah pulang duluan kak" Yeonho.
"Loh terus kamu kenapa masih disini?" Gyehyeon.
"Aku habis diculik kak" Yeonho.
"Hah!? Ka-kamu ga papa kan? Ada yang luka? Ada yang sakit? Kamu ga di apa-apain kan?" Gyehyeon.
"Engga kok kak, aku gapapa, lagian juga aku udah berhasil kabur kan, untung sekarang aku ketemu kakak" Yeonho tersenyum.
Gyehyeon tidak sebodoh itu, dia tau ada maksud lain dari senyum yang tertera dan pandangan mata Yeonho.
"Kamu hutang cerita sama kakak" Gyehyeon.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.