---Part 6---

6.6K 563 197
                                        

CERITA INI HANYA FIKTIF BELAKA, JIKA TERDAPAT KESAMAAN NAMA, TEMPAT, DAN KEJADIAN HANYA KEBETULAN SEMATA, DAN MURNI DARI IMAJINASI PENGETIK.

MENGANDUNG BAHASA YANG KASAR DAN VULGAR DIMOHON PARA PEMBACA UNTUK LEBIH BIJAK DALAM MEMILIH BAHAN BACAAN.

TERIMA KASIH.

---------------------------------------------------
Naiya mondar-mandir di dalam kamar Dante, setelah selesai mengobati luka Erick, Dante menyuruhnya untuk istirahat lebih dulu mengingat jam sembilan pagi nanti mereka akan mengadakan meeting lagi. Tapi sudah satu jam berlalu sejak Naiya masuk, Dante tidak juga kunjung datang menghampirinya. Padahal Naiya sudah sengaja memakai gaun tidur terbarunya yang berwarna merah untuk memikat Dante.

Ia tidak bisa berhenti berpikir tentang Valerie Whitlaw, baru kali ini Naiya merasa takut Dante nya diambil darinya. Padahal sejak kabar simpang siur mengenai perjodohan Dante dan nona Whitlaw tersebar beberapa bulan lalu, Naiya tidak merasa khawatir sama sekali. Ia malah berpikir untuk merelakan Dante saja dan mencari penggantinya, toh hubungan yang seperti ini juga tidak berujung sama seperti apa yang Erick dan Nina alami.

Kini bahkan Nina sudah mengakhiri hubungan gelap mereka, Naiya dan Nina memang lumayan dekat. Nina sering bercerita tentang kisah terlarangnya dengan Erick begitu pula dengan Naiya. Mereka pernah berjanji jika terus tidak ada kejelasan mengenai hubungan ini, mereka akan mengakhirinya dengan para pria itu.

Nina juga sudah menceritakan tentang keputusannya meninggalkan Erick, bahkan berita kehamilan yang sempat Naiya dengar sore tadi masih menjadi misteri. Nina tidak mengatakan padanya apakah anak yang sedang ia kandung adalah anak Erick atau Billy. Nina hanya meminta doa darinya, mudah-mudahan keputusannya sudah tepat.

Hal itu membuat Naiya berpikir lagi untuk meninggalkan Dante, tapi ciuman panas mereka setelah mereka mendarat di LA tadi mengurungkan niat Naiya untuk pergi. Ia mencintai pria itu, sangat. Dan Naiya ingin memperjuangkan Dante.

"Kenapa kau belum tidur?"

Naiya tersentak kaget mendengar suara Dante di belakangnya. Ia menahan nafas saat Dante mulai melepas kancing kemejanya dan pergi menuju kamar mandi. Naiya menyusul kemudian dan melepas mantel kamarnya hanya untuk memeluk Dante yang tengah berdiri telanjang di dalam shower. Wanita itu memeluk dan mengusap tubuh Dante, Naiya tidak peduli jika gaun tidur yang ia kenakan menjadi basah. Asalkan Dante suka dengan pelayanan yang ia berikan, justru kondisi tubuhnya yang seperti inilah yang membuat Naiya lebih percaya diri untuk menggoda bosnya. Tubuh telanjangnya tercetak jelas dibalik gaun tidur basah transparannya.

Dante tidak menolak pelukan dan sentuhan Naiya pada tubuhnya, atau bagaimana tangan Naiya yang menggodanya. Wanita ini tahu bagaimana cara membuat ia puas. Hanya saja, Dante belum bisa mengenyahkan bayangan Vale dari benaknya. Karena itu ia menarik kepala Naiya dari bagian sensitif tubuhnya yang sudah menegang dengan sempurna.

"Aku lelah. Aku sedang tidak ingin bercinta. Tidurlah. Bukankah kau sudah kuperintahkan untuk tidur sejak tadi?" kata Dante.

Naiya merasa tertampar mendengar kalimat itu, ini pertama kalinya Dante menolak servis oralnya. Dengan sisa harga diri yang sudah terkoyak, Naiya berdiri lalu melepas gaun tidurnya dan meraih handuk agar ia bisa keluar.

Wanita yang berpofresi sebagai sekretaris itu mengenakan gaun tidur lain dan berbaring diatas ranjang, menunggu Dante. Ia sengaja tidak memakai bra dan celana dalam karena berpikir Dante bisa saja berubah pikiran. Kejantanan Dante sudah sangat keras tadi, tapi Dante malah menyuruhnya pergi. Apa ini semua karena Valerie?

Naiya juga masih ingat bagaimana Erick dan Gabe bercerita soal Vale yang menembak Erick tadi. Ia dibuat penasaran tentang sosok Vale sekarang, siapa wanita itu sebenarnya? Bukankah dia seorang novelis berkacamata? Tapi kenapa dia bisa secantik itu? Kenapa dia bisa menembak?

THAT WOMAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang