---Part 23---

4.4K 480 88
                                    

CERITA INI HANYA FIKTIF BELAKA, JIKA TERDAPAT KESAMAAN NAMA, TEMPAT, DAN KEJADIAN HANYA KEBETULAN SEMATA, DAN MURNI DARI IMAJINASI PENGETIK.

MENGANDUNG BAHASA YANG KASAR DAN VULGAR DIMOHON PARA PEMBACA UNTUK LEBIH BIJAK DALAM MEMILIH BAHAN BACAAN.

TERIMA KASIH.

---------------------------------------------------

“Aku tidak tahu apakah harus menyampaikan berita ini atau tidak.”

Rei masih mengatur nafasnya yang ngos-ngosan setelah salah satu maid yang ia pekerjakan membersihkan dan mengobati luka di sekujur tubuhnya.

Dante Bloodstone sialan.

“Ada apa uncle?” tanya Rei.

“Aku baru mendapat informasi kalau Vale diculik oleh Mathias Videl.”

Mata Rei yang terpejam langsung terbuka lebar, ia bahkan lupa dengan sakit yang melanda sekujur tubuhnya. Karena itu ia langsung roboh kembali pada percobaan pertamanya untuk bangun.

“Aaarrrggghhh…” teriak Rei kesal dengan kondisi tubuhnya. Kenapa dia begitu lemah saat Valerie tengah membutuhkannya.

“Apa mau laki-laki itu?”

“Sepertinya dia hanya mengikuti perintah Naiya Wellington yang ingin balas dendam pada Valerie.”

“Bedebah!”

“Red Blood sedang menuju kesana.” kata uncle George.

Rei mendengus, “Hubungi kelompok Lionis paman.”

“Rei…”

“Aku tidak punya pilihan.”

Uncle George hanya mengangguk, dan mulai menghubungi salah satu kelompok mafia terbesar di amerika. Begitu sambungan terhubung, uncle George memberikan teleponnya pada Rei.

“Aku setuju bergabung denganmu. Dengan satu syarat…. Bawa kepala Mathias Videl dan Naiya Wellington padaku. Secepatnya.”

###THAT---WOMAN---23###

Uhuk

Vale hanya batuk sekali dan mulai kehabisan nafas. Dengan sekuat tenaga ia mencoba mengangkat kaki yang menekan dadanya dengan tidak manusiawi.

Kaki jenjang dan mulus itu terangkat dan Vale langsung menghirup oksigen sebanyak-banyaknya tidak peduli pada dadanya yang sakit maupun kepalanya yang nyut-nyutan.

Naiya menendang tubuh Vale agar wanita itu menatapnya. Dan ia tersenyum lebar melihat keterkejutan muncul dari bola mata Vale.

“Kau?”

“Hai… miss me??”

Vale mencoba bangun dan melihat di sekitarnya. Ia bukan orang bodoh hingga harus bertanya dimana ia berada sekarang, Vale hanya mencoba mengingat-ingat apa yang pernah Kris katakan tentang Naiya setelah Dante membuangnya.

Sudah pasti ini adalah kelompok narkotika milik Norman, dan pria bertato yang duduk di belakang Naiya pastilah Mathias Videl. Pria itu menyeringai dan menjilati bibirnya sendiri sambil menatap Vale.

“Sudah tahu kau berada dimana sekarang?” tanya Naiya yang menjulang tinggi di depan Vale.

Vale mulai berdiri dan membaca situasi di sekelilingnya. Setidaknya ada sepuluh orang disitu selain Naiya dan Mathias, dan masih ada banyak lagi diluaran sana. Vale tidak mungkin melawan mereka dengan tangan kosong.

Ia juga tidak tahu dengan kondisi bangunan diluar sana, dan kecil kemungkinan ia bisa kabur dengan selamat. Satu-satunya cara untuk tetap hidup adalah bertahan dan melawan. Tapi tidak ada pistol disini. Semua orang hanya berdiri dengan tangan kosong.

THAT WOMAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang