---Part 22---

4.2K 465 143
                                    

CERITA INI HANYA FIKTIF BELAKA, JIKA TERDAPAT KESAMAAN NAMA, TEMPAT, DAN KEJADIAN HANYA KEBETULAN SEMATA, DAN MURNI DARI IMAJINASI PENGETIK.

MENGANDUNG BAHASA YANG KASAR DAN VULGAR DIMOHON PARA PEMBACA UNTUK LEBIH BIJAK DALAM MEMILIH BAHAN BACAAN.

TERIMA KASIH.

---------------------------------------------------

Vale menarik rambut Reiner agar bibir mereka terlepas.

“Jangan kau pikir kau sedang sakit kau jadi seenaknya ya Reiner.” desis wanita itu.

“Ayo menikah Val.”

“Kau kebanyakan minum obat ya.” Vale mendorong Reiner hingga terjatuh dari ranjang.

Wanita itu berbalik menuju pintu keluar.

“Kau mau kemana?” tanya Rei.

“Pulang. Urusan kita sudah selesai.”

Rei buru-buru mengejar Vale dan menghadang langkahnya.

“Tinggalah sebentar. Please.”

“Aku masih banyak urusan Rei. Lagi pula Dante bisa marah kalau tahu aku ada disini. Aku tidak peduli dia marah padaku atau tidak, tapi dia bisa menghajarmu habis-habisan.”

“Aku tidak takut.” Rei tersenyum, “Kau mengkhawatirkanku ya?”

Vale memutar bola matanya, “Aku hanya tidak mau menjadi pihak yang merasa bersalah disini.”

“Tinggalah sebentar. Kau belum melihat-lihat Valerie kan?” Rei sudah memegang kedua tangan Vale.

“Valerie?”

“Hmmm.” Rei mengangguk, “Kapal ini namanya Valerie. Kau harus lihat isinya.”

Kini Rei sudah menggandeng Vale menjelajah isi kapal yang lumayan besar tersebut.

Uncle George tersenyum menyaksikan hal tersebut dari kejauhan. Sudah ia duga bahwa kedatangan Vale adalah obat yang paling mujarab. Belum lagi ciuman mereka, sudah pasti Rei akan bisa hidup seratus tahun lagi gara-gara ciuman itu. Ah ia jadi teringat akan masa mudanya dulu.

###THAT---WOMAN---22###

Dante terus memutar-mutar pulpen pada sela-sela jarinya saat rapat sedang berlangsung. Entah kenapa perasaannya mulai tidak tenang dan gelisah. Hal itu tidak luput dari pandangan Seb yang tengah memimpin rapat.

“Kita break dulu.” perintah Seb.

Sedetik kemudian Dante langsung berdiri dan keluar dari ruangan.

“Dasar budak cinta.” gerutu Seb saat punggung calon adik iparnya tidak terlihat.

Belum sempat Dante menekan nomor ponsel Vale, nama Vee memanggil muncul di layar smartphonenya.

“Ya Vee?”

“Dante? Aku tidak tahu apakah ini sudah benar atau tidak. Vale bilang jika dalam dua jam dia tidak mengabariku aku harus menghubungimu.”

Firasat Dante mulai tidak enak, “Ada apa?”

“Tadi ada seorang bapak-bapak tua datang ke rumah mencari Vale, dan meminta Vale untuk ikut dengannya.”

“Siapa?”

“Namanya George Hanman.”

“Siapa?” ulang Dante.

“George Hanman.”

Brengsek. Sepertinya Reiner ingin main-main dengannya.

“Terima kasih Vee.”

THAT WOMAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang