E L E V E N

36 33 5
                                    

Happy Reading!
Jangan lupa pencet tombol vote dan tinggalkan komentar!

Sebelum baca, siapin hati dulu ok😊

•°•°•°•

SANDRA terus berlari meninggalkan mereka semua. Pandangan Sandra sudah tidak terlalu jelas karena air mata nya yang terus mengalir. Sandra tidak sadar bahwa tali sepatunya terlepas sehingga ia pun terjatuh.

Sandra pun terduduk di lantai koridor sekolah yang dingin. Katakan ia terlalu alay, tetapi ini sungguh sakit. Ia pun memukul lantai koridor yang tidak memiliki kesalahan apapun. Ia terus menangis dengan keras.

"Hiks, sebegitu tidak berharganyakah hidup gue? Sampai-sampai orang yang gue sayang khianatin gue."

Sandra's PoV

Aku hanya ingin menghilang dari dunia ini. Mengapa dunia begitu jahat kepadaku? Tidakkah Tuhan memberiku kesempatan untuk bahagia?

Aku menahan sakit di pergelangan kakiku sebelah kanan. Aku berpikir bahwa kakiku sedikit terkilir. Jejak air mata masih tersisa di pipiku. Aku tidak akan menghapusnya, biarkan ini menjadi bukti seberapa hancurnya aku saat ini.

Aku mencoba untuk berdiri, aku tidak tahu apakah aku harus kembali ke kelas saat ini juga ataukah aku akan membolos untuk satu hari. Bel masuk pun berbunyi. Aku hanya tetap diam ditempat tadi. Dengan posisi yang sama. Dengan kehancuran yang sama. Jadi seperti inikah hidup yang hancur berkeping-keping?

Aku berusaha menguatkan hatiku. Dan bodohnya aku tidak membawa ponsel ku. Aku tidak ingin bertemu siapapun saat ini juga.

Suasana koridor sangat sepi. Ya memang ini adalah koridor yang sama yang menghubungkan dengan taman belakang sekolah. Tempat dimana Alvaro memintaku untuk menjadi kekasihnya. Tetapi itu semua omong kosong. Aku membencinya.

Dan lagi, air mataku menetes saat mengingat kejadian tadi. Melihat Alvaro, orang yang selama hampir dua minggu ini menemaniku, memberiku perhatian yang tidak dapat diberikan oleh orang lain untukku, dan lihat dia mengkhianati aku dengan bergandengan tangan dengan sahabatku sendiri, Maurin.

Kalian ingat Maurin? Sahabat yang menurut aku paling mengerti aku. Dia diibaratkan sebagai jalan keluar. Dia selalu memberiku solusi atas masalahku. Tetapi, sekarang dia adalah alasan utama kehancuran ku.

Kulihat sepasang sepatu berhenti dihadapanku. Seorang laki-laki tinggi. Aku mengangkat kepalaku untuk melihatnya.

Dia,

Kevin.

"Gue tau seberapa sakitnya lo sekarang. Lebih baik lo--."

"Kalo lo emang cuma mau ngejek keadaan gue sekarang, mending lo pergi. Lo pasti sama berengsek nya kayak temen lo." Ucap ku.

"Maaf, atas nama Alvaro gue minta maaf. Tapi gue mohon, sekali ini aja lo dengerin gue, cepet bangun." Kevin pun menyodorkan tangannya, bermaksud membantuku berdiri. Aku pun memandang tangan Kevin terlebih dahulu lalu memandang wajah tampan Kevin.

"Gue gak butuh bantuan lo. Gue bisa sendiri." Aku mencoba menolaknya. Katakanlah aku jual mahal, tetapi aku tidak ingin terlihat lemah. Setalah ini, pasti aku harus membutuhkan kekuatan yang lebih untuk menghadapi kejamnya mereka.

STROBERI || KTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang