T H I R T E E N

26 24 4
                                    

Happy Reading!
Jangan lupa pencet tombol vote dan tinggalkan komentar!

•°•°•°•

SANDRA mengerjapkan matanya menyesuaikan sinar cahaya yang masuk ke retina matanya. Ia memegang kepalanya yang terasa sakit. Awalnya semua masih hitam kosong lalu berubah menjadi berwarna abu-abu. Beberapa detik kemudian mata Sandra mampu beradaptasi dengan cahaya. Ia berusaha mengenali dimanakah ia saat ini. Kamar yang sama di rumah Kevin.

Sandra pun sedikit menggerakkan tubuhnya yang terasa pegal. Sebuah suara halus mengalun sopan di telinga Sandra.

"Kamu udah sadar sayang?" Tanya Tante Andra. Sandra pun mengarahkan pandangannya ke samping. Terlihatlah Tante Andra yang sedang menatapnya lembut.

"Sudah Tante."

"Bagaimana keadaan kamu?"

"Sedikit baikan. Tapi masih sedikit pusing, Tan." Sandra pun terus memegangi kepalanya.

"Syukurlah. Setelah ini kamu minum obat ya."

"Iya, Tan. Sebelumnya terimakasih. Maaf selalu merepotkan Tante."

"Sudah tidak apa-apa. Kamu udah Tante anggap kayak anak Tante." Sandra tersenyum mendengarnya. Tante Andra pun berpamitan keluar dari kamarnya sebentar untuk mempersiapkan obat yang harus Sandra minum agar Sandra lekas membaik. Sandra hanya tersenyum dan mengangguk.

Sandra menatap langit-langit kamar ini. Ia memutuskan merubah posisinya yang awalnya berbaring menjadi terduduk. Sedikit ia jatuh dalam lamunannya sebelum suara pintu yang dibuka terdengar. Sandra mengira jika yang datang adalah Tante Andra, tetapi bukan.

Sandra hendak membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu sebagai ucapan untuk Tante Andra, tetapi ia urungkan karena tahu siapa yang datang.

Seseorang laki-laki yang memakai jaket denim berjalan menuju tempat tidur Sandra sambil memasukkan tangannya ke dalam kantong. Tubuh Sandra kembali gemetar seiring dengan setiap langkah laki-laki tersebut.

Pandangan laki-laki itu tepat kepada Sandra. Sandra pun memalingkan wajahnya ke arah lain yang penting tidak melihat wajah memuakkan laki-laki tersebut.

"Ngapain lo kesini?" Ucap Sandra dengan nada dingin. Laki-laki itu hanya diam saja. Tidak ada jawaban.

Sandra menghela nafasnya kasar. "Lebih baik lo keluar Alvaro Kim Alexander."

Baru pertama kali ini Sandra menyebutkan nama Alvaro secara lengkap. Sandra bingung mengapa tidak ada jawaban dari Alvaro. Sandra pun mengalihkan pandangannya menatap Alvaro.

Mata mereka saling bertemu. Pandangan mata Sandra terbesit kesedihan yang sangat dalam. Itu semua dapat dilihat dari matanya yang terus mengalirkan air mata. Sedangkan Alvaro menatapnya tanpa ekspresi tetapi sedikit terbesit penyesalan.

Tanpa mereka berdua sadari, Tante Andra memperhatikan mereka berdua. Tante Andra mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam, biarkan Sandra dan Alvaro menyelesaikan masalah mereka.

Apakah ini hanya perasaan Sandra saja? Ia memperhatikan mata Alvaro yang berkaca kaca. Sandra pun menggelengkan kepalanya. Ia hanya salah lihat. Sandra pun mengalihkan pandangannya. Menyembunyikan air matanya yang menetes.

"Maaf." Akhirnya suara Alvaro terdengar. Suara deep favorit Sandra yang sangat Sandra rindukan. Sudah satu hari penuh ia tidak mendengar suara Alvaro. Rasanya Sandra ingin berlari dan memeluk Alvaro untuk meluapkan segala kesakitannya.

Sandra terus memalingkan wajahnya. Setetes air mata mengalir di sudut matanya. Memori kebersamaannya dengan Alvaro berputar. Mulai dari Alvaro yang selalu memberikan sentuhan halus di ujung kepalanya, saat Alvaro memanggilnya 'sayang' ya walaupun hanya satu kali, tetapi berhasil tersimpan di ingatan Sandra dengan baik. Apalagi saat momen mereka berdua pergi ke pasar malam kemarin Sabtu. Mungkin itu adalah hari terakhir Sandra bisa bahagia dengan Alvaro.

STROBERI || KTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang