CHAPTER #1

1.2K 91 1
                                    

                                

BRAKK
Seorang gadis bersurai merah muda membuka pintu apartemen nya dengan kasar. Raut wajah kesal masih tercetak jelas di wajah cantiknya. Keadaannya sangat berantakan. Rambut yang lepek dan juga baju yang basah kuyup. Sakura melempar tas selempang nya ke arah sofa.
"Benar benar menyebalkan si setan merah itu. Karena menunggunya yang nyatanya tak kunjung datang aku jadi kehujanan seperti ini". umpat Sakura sambil berjalan ke arah kamar mandi.
Setelah 10 menit membersihkan diri, sakura keluar mengenakan handuk piyamanya dan sebuah handuk bertengger manis di atas kepalanya.
"Haah.. sudah lebih baik" sakura menghela nafas pendek. Berjalan menuju dapur berniat membuat coklat panas untuk sekedar menghangatkan tubuhnya yang masih terasa dingin.
Ting tong ting tong
Seseorang menekan bel apartemen nya. Sakura meletakan cangkir berisi coklat panasnya di atas meja makan dan bergegas membukakan pintu.
Krieet.
Pintu terbuka. Menampakan seorang pemuda berambut merah. Pemuda itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal sambil tersenyum canggung.
"Masih berani kau datang kesini lagi." hardik sakura sarkatis. Sakura berlalu meninggalkan pemuda itu dan berjalan menuju meja makan kembali. Pemuda itupun mengikuti langkah Sakura.
"Gomen, Sakura.Tadi di kantor ada klien yang tiba tiba datang dan tak bisa ku tinggal. Saat aku tiba di kafe, kau sudah tidak ada." ujar sasori. Pemuda berambut merah tersebut.
Tak ada jawaban dari gadis yang duduk dihadapannya. Sesekali sakura menyeruput coklat panasnya. Merasa di abaikan, Sasori pindah tempat duduk di samping Sakura.
"Sakura, kau benar benar marah padaku?" Tanya Sasori sambil memiringkan kepalanya menatap sakura.
"Menurutmu apa aku tidak marah? Setelah 2 jam menunggumu lalu saat pulang kehujanan karena bis yang kutunggu juga tak kunjung datang? Apa aku tak boleh marah?" Sakura sudah tak tahan lagi menahan emosinya melihat pemuda di hadapannya nampak nya tak merasa bersalah sama sekali.
"Maaf. Aku juga tak sengaja membiarkanmu menunggu lama. Sakura.. jangan marah lagi ya. Aku janji besok akan menjemputmu tepat waktu" rengek sasori. Mengeluarkan jurus andalannya menatap sakura dengan puppy eyes.
Sakura menghela nafas panjang. Gadis itu selalu tak bisa tahan jika sudah di hadapkan dengan jurus andalan Sasori.
"Baiklah. Besok tak usah menjemputku. Aku akan mengerjakan tugas bersama Ino dan Garra."ucap Sakura. Besok dia memang berencana mengerjakan tugas kuliah bersama Ino sahabatnya gadis berambut pirang dan Garra pria berambut merah seperti Sasori. Kalau mereka sedang bersama orang orang mengira pasti mereka saudara kembar. Karena kemiripan pada rambut mereka.
"Baiklah. Kalau begitu aku akan membersihkan diri dulu imouto ku yang paling cantik" Sasori beranjak dari kursinya dan mencium kening Sakura sekilas. Sakura melihat punggung Sasori yang menjauh sambil menggelengkan kepalanya. Sakura memang tak bisa marah pada Sasori. Kakak sekaligus keluarga satu satunya yang Sakura miliki. Kedua orang tua mereka sudah meninggal sejak Sakura masih duduk di bangku Junior High School karena kecelakaan saat akan berlibur ke Kohoha merayakan hari pernikahan mereka.
                          🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
Sinar matahari pagi menelusup masuk melalui tirai jendela yang sedikit menyingkap. Membuat penghuni kamar tersebut mengerjapkan matanya menyesuaikan dengan cahaya yang masuk. Tangannya meraih jam yang ada di atas nakas samping tempat tidurnya. Jam menunjukan pukul 06.30. Sakura meletakan kembali jam pada tempatnya semula. Kemudian turun dari tempat tidur dan merapikan selimutnya. Setelah beres beres sebentar, sakura berjalan menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap siap berangkat kuliah.
Sementara Sasori melakukan kegiatannya setiap pagi. Menyiapkan sarapan untuk dirinya sendiri dan adik perempuan kesayangannya. Sudah sejak dulu Sasori selalu menyiapkan sarapan sebelum berangkat bekerja. Sasori menyadari jika Sakura kurang pandai dalam hal memasak. Pria itu pun juga tidak keberatan dengan tugasnya setiap hari.
Krieett.
Suara pintu terbuka. Menampakan Sakura yang sudah rapi dengan kaos panjangnya berwarna biru muda dan celana jeans panjangnya. Rambutnya yang panjang di ikat ekor kuda menampakan leher jenjangnya yang putih.
" Selamat pagi."sapa Sakura.
" Selamat pagi juga imoutou." balas Sasori sambil meletakan segelas susu putih dan secangkir kopi hitam di atas meja.
Sakura duduk di salah satu kursi di depan Sasori. Mengambil selembar roti dan mengoleskan selai stroberi di atasnya. Begitu juga dengan Sasori.
" Hari ini tidak usah mengantarku Ni-san. Aku di jemput Ino" ucap Sakura sambil memakan rotinya.
" Baiklah. Tapi hati hati di jalan. Bilang pada temanmu jangan ngebut menyetirnya" Sasori mengingatkan Sakura.
"Iya" jawab Sakura sekenanya.
Drrttt drrttt
Getaran ponsel Sakura di atas meja mengalihkan perhatian mereka. Sakura meraih ponselnya. Ternyata pesan dari Ino yang mengatakan bahwa gadis itu sudah menunggu di depan gedung apartemen nya.
" Aku berangkat dulu Ni-san. Ino sudah sampai." Sakura segera bergegas memasukan ponselnya ke dalam tas dan meminum susu yang dari tadi belum sempat di minumnya.
" Hati hati di jalan." teriak Sasori saat Sakura sudah berlari keluar apartemennya. Kemudian Sasori melanjutkan sarapan nya yang sempat tertunda.
                         🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Sebuah mobil sedan berwarna silver terparkir rapi di parkiran Universitas Suna. Tak lama, dua orang gadis berbeda warna rambut turun dari mobil tersebut. Sakura, gadis bersurai merah muda itu menghampiri sahabatnya Ino.
Mereka berdua berjalan bersama menuju kelas mereka. Karena mereka memang berada di kelas yang sama dan juga jurusan yang sama.
Krieettt.
Suara pintu kelas terbuka. Semua orang yang ada di dalamnya menatap dua orang gadis yang baru saja masuk.
"Selamat pagi, minna." sapa Ino sambil tersenyum kikuk. Ada yang menjawab dan ada juga yang tak peduli dengan sapaan Ino. Ino pun menghela nafas pendek. Sakura tak menghiraukan Ino maupun teman teman sekelasnya. Gadis itu melangkahkan kakinya menuju bangkunya. Dan segera mendudukan diri di kursinya saat sudah sampai. Ino pun mengikuti Sakura dan ikut mendudukan dirinya di samping gadis itu. Di belakang Sakura, sudah ada pria berambut merah yang menenggelamkan wajahnya pada kedua lengannya yang terlipat di atas bangku. Sakura memutar tubuhnya menghadap pria tersebut.
"Garra-kun," panggil Sakura sambil sedikit menggoyangkan bahu pria yang di panggil Garra oleh Sakura tadi.
Pria itu mengerjapkan matanya saat dirasa ada yang memanggilnya. Matanya melirik ke depan ke arah Sakura tanpa mengangkat kepalanya.
"Ada apa, Sakura?"tanya Garra dengan suara serak khas orang bangun tidur.
"Sebentar lagi Orochimaru-sensei datang. Kau tak mau kan mendapat hukuman dari sensei killer itu?"ucap Sakura berusaha membangunkan Garra yang selalu tertidur saat pelajaran belum di mulai. Itu karena setiap sore Garra harus bekerja di sebuah restoran hingga larut malam. Garra memang anak orang berada, namun dia menolak biaya hidup dari orang tua nya dengan alasan ingin belajar hidup mandiri.
"Garra tak akan di hukum, jidat. Dia kan mahasiswa kesayangan Orochimaru-sensei."timpal Ino sambil mengeluarkan buku pelajaran.
"Ck,iya aku bangun."Garra mengangkat kepalanya dan menegak kan duduknya.
Sakura tersenyum melihat salah satu sahabat nya yang masih mengerjapkan matanya berusaha agar tidak tertidur lagi. Sakura membalikan badan ke depan dan segera mengambil buku pelajaran dari dalam tas nya.
Setelah kesadarannya sudah benar benar kembali, Garra menatap punggung Sakura penuh arti sambil tersenyum tipis.
"Andai aku bisa mengungkapkannya Sakura." gumam Garra dalam hati.

Bersambung....


Takdir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang