Chapter#11 - End

1.5K 64 4
                                    

Keesokan harinya Sakura sudah kembali masuk kuliah. Sejenak dia menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan. Ada perasaan canggung jika dia bertemu dengan Gaara. Sungguh Sakura belum siap jika bertemu Gaara sekarang. Namun, bagaimana caranya menghindar? Mereka satu kelas, tak mungkin kan Sakura harus bolos hanya karena ingin menghindari Gaara. Dan Ino. Apa dia tahu perihal penolak dirinya terhadap Gaara? Apa pemuda itu menceritakannya pada Ino? Jika Ino mengetahuinya, mungkin hari ini akan jadi hari yang membosankan karena harus mendengar ceramahan Ino sepanjang hari. Karena Sakura tahu jika selama ini Ino sangat mendukung jika dirinya bisa bersama dengan Gaara.

Gadis itu melangkahkan kakinya memasuki kelas. Sakura menyapukan pandangan ke sekeliling kelas. Kelas belum terlalu ramai. Belum banyak teman-temannya yang datang. Pandangan gadis itu mengarah pada bangku Gaara yang masih kosong. Sakura menghela nafas lega. Setidaknya orang yang ingin di hindarinya belum datang. Setelahnya Sakura melangkahkan kakinya menuju bangkunya. Mengeluarkan beberapa buku untuk materi hari ini. Sudah 4 hari dia tidak masuk. Sudah pasti banyak tertinggal pelajaran. Karena itu gadis itu menyibukan diri dengan mempelajari pelajaran yang teringgal.

"Jidat...," teriakan Ino mengalihkan pandangan Sakura dari buku yang kini di bacanya.

"Ino-pig," gadis itu tersenyum lebar kala Ino berhambur memeluknya.

"Aku minta maaf. Kemarin tak bisa menjengukmu waktu di rumah sakit," kata Ino dengan menyesal di balik punggung Sakura.

Sakura melepaskan pelukannya sembari tersenyum. "Iya, Ino, tak apa. Aku tahu kau pasti sibuk dengan tugas-tugasmu. Lihat, sekarang aku juga sudah sehat kembali kan," gadis itu menunjuk dirinya sendiri.

"Padahal kemarin aku sudah berencana menjemputmu saat kau keluar dari rumah sakit. Tapi, tiba-tiba ibu memintaku untuk menemaninya menghadiri acara pernikahan anak sahabatnya," Ino menekuk wajahnya. Menyesali ketidakhadirannya saat kepulangan Sakura ke rumah.

Sebelah tangan Sakura terangkat menyentuh bahu Ino. "Sudahlah. Tak usah bersedih seperti itu. Lebih baik kau bantu aku mempelajari pelajaran yang sempat tertinggal beberapa hari ini,"

Wajah cemberut Ino berubah menjadi berbinar kala mendengarnya. "Baiklah, aku akan selalu membantumu," ucapnya penuh semangat.

Sakura terkekeh pelan melihat mood Ino yang mudah sekali berubah. Namun, tawa Sakura luntur kala dilihatnya Gaara berjalan memasuki kelas. Sontak, Sakura lekas menundukan kepala dalam. Hal itu tak luput dari penglihatan Ino.

"Eh, Saku, kau kenapa? Tadi kau semangat sekali belajar," tanya Ino keheranan.

"...." tak ada jawaban dari Sakura.

Drap

Drap

Drap

Langkah Gaara berhenti tepat di sebelah bangku Sakura.

"Gaara, tumben sekali kau datang terlambat," sindir Ino.

Gaara tersenyum samar. "Jalanan macet," balasnya singkat. Tatapan jade Gaara beralih ke Sakura. "Tak usah canggung begitu. Bersikaplah seperti biasa," kata Gaara. Sebelah tangannya mengusap pucuk rambut merah muda Sakura. Membuat gadis itu mendongak dengan tatapan bersalah.

"Gaara," bisiknya.

Sudut bibir Gaara tertarik menorehkan senyuman lebar. "Aku tak apa. Kau tak usah khawatir," ujarnya sembari melenggang menuju bangkunya yang berada di belakang Sakura.

Ino melihat interaksi antara Sakura dan Gaara dengan tatapan bingung. Tak mengerti akan situasi yang terjadi di antara mereka. Namun, Ino memilih untuk tak ikut campur. Ino hanya mengendikan bahu. Biar saja mereka menyelesaikan masalah mereka sendiri tanpa campur tangan Ino.

Takdir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang